Tuesday, 25 December 2012
Bentrok Ormas di Bali, Mengapa Mudah Tersulut? Bentrokan terjadi gara-gara penjualan petasan dan kembang api
Minggu malam, 23 Desember 2012, keheningan Kota Denpasar tiba-tiba pecah. Massa dari dua ormas, Laskar Bali dan Pemuda Padang Sambin Bersatu, terlibat bentrokan di sekitar Jalan Mahendradatta dan Jalan Buana Raya. Bentrokan terjadi gara-gara penjualan petasan dan kembang api untuk tahun baru.
Rangkaian kejadian itu bermula pada Sabtu 22 Desember 2012. Awalnya, anggota kelompok Pemuda Padang Sambian Bersatu melakukan sweepingterhadap toko-toko yang menjual petasan untuk tahun baru. Kelompok pemuda ini tidak ingin ada penjualan petasan dan kembang api di daerahnya sebelum mendekati puncak perayaan tahun baru.
Dalam sweeping tersebut, Pemuda Padang Sambian menemukan toko milik Paulina menjual petasan dan kembang api untuk tahun baru. Namun, toko Paulina merasa memiliki izin. Sehingga toko tersebut tetap menjual petasan dan kembang api. Toko Paulina bahkan meminta dukungan kepada kelompok lain, Laskar Bali.
Ketegangan pun terjadi hari itu. "Namun tidak sampai berujung bentrok," kata Kepala Sub Bagian Humas Polresta Denpasar, Ajun Komisaris Ida Bagus Made Sarjan, kepada VIVAnews, Senin 24 Desember 2012.
Kersokan harinya, Minggu 23 Dersember 2012, massa dari Laskar Bali menggelar konvoi menuju Mengwi. Mereka hendak menghadiri perayaan ulang tahun rekan mereka, Korlap Laskar Bali wilayah Mengwi. Konvoi tersebut melewati Mahendradatta dan Buana Raya. "Tempat di mana mereka terlibat ketegangan kemarin hari gara-gara toko Paulina," kata Sarjana.
Mengetahui iring-iringan Laskar Bali melintasi daerah mereka, Pemuda Padang Sambian Bersatu mempersiapkan diri. Informasi yang mereka peroleh massa Laskar Bali akan menyerang Pemuda Padang Sambian Bersatu.
"Timbul kesalahpahaman. Pemuda Padang Sambian Bersatu memukul kul-kul," kata Sarjana. Kul-kul merupakan kentongan yang dibunyikan sebagai pertanda bahaya mengancam desa mereka berdasar kebiasaan adat Bali. Semua penduduk, tua, muda, laki-laki dan perempuan harus siap mati dalam pertempuran menghalau bahaya.
Saat iring-iringan Laskar Bali melintas, ketegangan tak bisa dihindarkan. Massa yang sudah mempersenjatai diri dengan senjata tajam terlibat adu mulut. Saat itulah, massa menjadi beringas. Mereka melakukan perusakan. Dua mobil dirusak, tujuh motor dibakar. "Itu terjadi sekitar pukul 23.10 WITA," ujar Sarjana.
Hanya dalam tempo beberapa menit saja Polresta Denpasar tiba di lokasi yang memang tak jauh dari Mapolresta itu. Dibantu Dalmas dan Brimobda Polda Bali, kedua kelompok massa dihalau agar tak terjadi bentrok fisik. Meski berhasil dihalau, konsentrasi massa masih terlihat.
"Sekitar pukul 23.00 WITA hujan turun, namun masa masih terkonsentrasi di sekitar RS Bali Medika dan toko swalayan Nirmala. Polisi hujan-hujanan menghalau massa," terang Sarjana.
Ketegangan terus berlanjut hingga Senin dini hari, 24 Desember 2012. Massa di Jalan Mahendradatta dan Jalan Buana Raya baru bisa dibubarkan pada pukul 05.00 WITA. Dari inventarisir polisi, ternyata tidak hanya dua mobil dan tujuh motor yang menjadi sasaran. Sebuah Posko milik Laskar Bali di Jalan Buana Raya 2, Padang Sambian, juga dibakar massa.
Berdamai
Polisi bertindak cepat. Mereka tidak ingin kerusuhan itu meluas menjadi lebih besar lagi. Polresta Denpasar langsung mengumpulkan tokoh kedua ormas. Bertempat di Mapolresta Denpasar, proses mediasi dilakukan dengan difasilitasi polisi. "Kedua ormas sepakat untuk menahan diri dan tidak melakukan serangan," tutur Sarjana.
Menurut Sarjana, dalam pertemuan damai tersebut, Laskar Bali dihadiri Gung Kusuma dan Ketut Rochineng, sementara dari Pemuda Padang Sambian Bersatu dihadiri oleh Gung Cilik. "Mereka sepakat damai," kata dia.
Selain tokoh kedua ormas, pertemuan itu juga dihadiri oleh Ketua Komisi I DPRD Bali, Made Arjaya. Dari pertemuan tadi juga disepakati untuk mengelar upacara persembahyangan di Pura Besar di sekitar lokasi bentrokan.
Sementara itu, mengenai tujuh motor yang dibakar dan dua mobil yang dirusak dalam kerusuhan itu, sedang dalam pembicaraan untuk mendapat ganti rugi. "Soal motor dan mobil yang rusak akan dibicarakan dengan Pemkot Denpasar. Difasilitasi oleh Ketua Komisi I DPRD Bali Made Arjaya," kata Sarjana.
Meski sudah berdamai, Sarjana memastikan unsur kriminal kasus ini tetap diusut oleh polisi. "Untuk proses hukum tetap dalam penyelidikan," kata dia. Sarjana menambahkan, bentrok yang terjadi mulai pukul 23.10 WITA itu tetap menyisakan pelanggaran hukum.
Aparat kepolisian juga tetap waspada. Meski sudah berangsur kondusif, polisi tetap menempatkan personel di sekitar Jalan Mahendradatta dan Jalan Buana Raya, Denpasar, untuk mengantisipasi bentrok susulan. "Penempatan personel untuk menciptakan suasana aman dan nyaman di tengah-tengah masyarkat," kata Sarjana.
Jaga Bali
Bentrokan antar ormas itu membuat tokoh masyarakat Bali prihatin. Semua ormas yang bertebaran di Bali diminta untuk menjaga keamanan dan perdamaian, bukan malah membuat kekacauan. "Manusia yang hidup di Bali harus menghargai local genius Bali sebagai Pulau Surga yang damai," kata tokoh masyarakat Bali, Made Mudarta saat berbincang dengan VIVAnews.
Ormas, kata dia, basisnya menciptakan keamanan. Sudah semestinya ormas dikonsentrasikan untuk menciptakan suasana tersebut: kedamaian, saling bantu membantu, saling tolong menolong. "Semua harus tunduk pada aturan hukum yang berlaku," tegas tokoh muda Bali ini.
Menurut Mudarta, bentrok yang terjadi pada Minggu malam itu merupakan bentuk ketidakpercayaan kepada penegak hukum. "Sehingga yang muncul adalah menyelesaikan masalah sendiri. Mestinya masalah sekecil apapun diserahkan kepada yang berwenang," tutur dia.
Ia berharap pihak kepolisian dapat menjalin komunikasi apik dengan ormas yang ada di Bali. "Aparat kepolisian harus memberikan pembinaan. Koordinasi dengan pihak kepolisian harus terjalin," imbuh Mudarta. Ia percaya, orang-orang yang tergabung dalam wadah ormas tertentu merupakan pribadi mulia.
Sementara itu, tokoh pemuda asal Desa Sanur yang juga Ketua Komisi I DPRD Bali, Made Arjaya menegaskan, hal pertama yang penting dilakukan adalah penegakan hukum. "Lalu komitmen untuk menjaga Bali," kata Arjaya yang ikut mendamaikan bentrok sejak kemarin itu.
Ke depan, kata dia, yang penting diperhatikan adalah antisipasi dari pihak kepolisian. "Harapan kita antisipasi lebih dikedepankan. Kemarin itu sudah damai waktu kasus mercon muncul, kok pecah lagi," tanya Arjaya.
Agar peristiwa serupa tak berulang di kemudian hari, Arjaya menyebut setidaknya ada tiga hal yang mesti dilakukan. Pertama, koordinasi antarormas yang difasilitasi pemerintah menjadi penting. "Ormas bisa hidup pasti karena punya lahan. Ada pembiayan dari kegiatan yang mereka gelar. Dari mana biayanya, ini yang harus diidentifikasi dulu. Semua ormas harus dikoordinasikan untuk kebersamaan," kata dia.
Kedua, pengaturan atas pola kerja masing-masing ormas. "Ormas itu bergerak di bidang apa, itu harus ada pengaturan dan pemantauan. Kalau ke luar dari rel, maka ditegur dan dipertanggungjawabkan," ujar tokoh Pemuda Sanur Bersatu itu.
Ketiga, katanya, antara ormas, pemerintah dan stakeholder lainnya itu harus bahu membahu menjaga ketertiban masyarakat Bali. "Caranya jalin komunikasi dan terus lakukan evaluasi. Hal-hal kecil kalau dibiarkan akan menjadi besar," demikian kata Arjaya.
No comments:
Post a Comment