Sunday, 21 July 2013
Bila Klub Raksasa Liga Inggris Singgah ke Indonesia
Matahari kota Jakarta masih berada di atas kepala. Udara panas terasa seakan menusuk kulit. Meski begitu, ratusan orang berbaju merah rela berdiri himpit-himpitan. Demi melihat idolanya, Liverpool FC, dari jarak sedekat mungkin. Udara yang semakin pengap seakan tidak terasa.
Ya, itulah fenomena yang terjadi di Indonesia selama bulan Juli ini. Masyarakat, tidak hanya warga ibukota, dibuat tergila-gila oleh kedatangan tim-tim raksasa Premier League. Tidak tanggung-tanggung, Arsenal, Liverpool dan Chelsea datang secara berurutan.
Hadirnya para bintang lapangan hijau yang selama ini hanya bisa dilihat di televisi tentu tidak ingin dilewatkan para penggila bola. Apalagi para suporter setia klub-klub tersebut, sudah pasti tanda tangan sampai foto idolanya menjadi buruan utama.
Memang Indonesia bak "surga" untuk klub-klub atau negara-negara dengan sejarah sepakbola yang kuat. Banyaknya penduduk dan kultur sepakbola yang sangat melekat membuat daya tarik untuk hadir di tanah air makin memuncak.
Sebenarnya, bukan kali ini saja Indonesia menjadi tamu untuk tim-tim sepakbola dunia. Sudah beberapa klub Eropa maupun negara sepakbola datang menyambangi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Mulai dari kedatangan Borussia Dortmund pada akhir 2007, lalu raksasa Bundesliga lainnya Bayern Munich satu tahun berselang. Tim nasional Uruguay usai menjadi semifinalis Piala Dunia 2010 sampai klub La Liga, Valencia, tahun lalu juga sudah pernah mencicipi rumput Jakarta. Meski tidak sampai ludes, penjualan tiket ternyata cukup memuaskan.
Tapi titik balik dari kedatangan tim-tim kuat Eropa terjadi pada 2013 ini. Saat Belanda hadir Juni lalu, publik Indonesia bak dilanda demam Der Oranye. Suporter tim Garuda rela menanggalkan kostum merah mereka dan menggantinya dengan warna oranye khas Belanda.
Tentu momentum itu tidak ingin disia-siakan oleh klub-klub Inggris yang notabene memiliki basis penggemar yang sangat besar di Indonesia. Arsenal, Liverpool sampai Chelsea berjejer siap pamer kekuatan menghadapi pemain-pemain terbaik tanah air.
MU, Tim Inggris Pertama
Namun, ini bukan kali pertama tim-tim dari negeri Ratu Elizabeth menginjakan kaki di Indonesia. Tercatat Manchester United menjadi tim Inggris pertama yang hadir di Indonesia pada tahun 1975, atau sekitar 38 tahun silam.
Saat itu tim asuhan Tommy Docherty tersebut hadir di Jakarta untuk mengikuti turnamen segitiga yang juga diikuti timnas Indonesia Tamtama dan Ajax Amsterdam.
Pertandingan antara Indonesia melawan MU berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 1 Juli 1975. Hasilnya, Timnas yang ditukangi Wiel Coerver berhasil menahan imbang MU 0-0. Tim Merah Putih diperkuat pemain-pemain seperti Ronny Paslah, Sutan Harhara, dan Oyong Liza.
Yang mengecewakan, saat itu MU hanya memboyong 12 pemain, seorang pelatih dan seorang manajer saja. Dengan kekuatan pas-pasan, MU tak mampu berbuat banyak. Ajax Amsterdam akhirnya menjuarai turnamen segitiga ini setelah menaklukkan MU 3-2 dan Indonesia 4-1.
MU sebenarnya nyaris kembali ke Indonesia pada 2009, bahkan kedatangan tim hanya tinggal menunggu hari saja. Sayang, teror bom yang menimpa hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta pada Juli 2009, membuat kunjungan kedua ini dibatalkan.
Setelah itu, giliran Arsenal yang mengunjungi Indonesia pada Juni 1983. Kala itu, The Gunners menjalani tiga pertandingan, melawan PSMS Medan, Indonesia Selection, dan Niac Mitra.
Arsenal sanggup mengalahkan PSMS 3-0 di Medan, dan melumat Indonesia Selection 5-0 di Gelora Bung Karno. Namun, saat melawan Niac Mitra Surabaya di Stadion 10 November, 16 Juni 1983, Arsenal harus menelan kekalahan. Bermain pada pukul 14.00 WIB, Arsenal yang masih diperkuat pemain seperti Pat Jennings, Graham Rix dan David O’Leary, tumbang 0-2.
The Gunners akhirnya sanggup membalaskan dendam 30 tahun silam di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu 14 Juli 2013. Skuad Arsene Wenger menaklukkan Indonesia Dream Team dengan skor telak 7-0. Kedatangan kedua mereka ke Indonesia ini semakin berkesan karena sambutan luar biasa dari para The Gooners --fans setia Arsenal.
"Fans Indonesia memang sangat fantastis. Kami selalu mendapatkan sambutan hangat sejak mendarat di sini. Di mana-mana ada orang mengenakan baju Arsenal dan meneriakkan yel-yel The Gunners. Nyaris tak beda dengan fans di Inggris," puji gelandang muda Arsenal, Jack Wilshere, di sela-sela wawancara eksklusif VIVAbola, Sabtu 13 Juli 2013 lalu.
Klub Inggris lain yang pernah hadir di Indonesia adalah Queens Park Rangers yang mengunjungi Indonesia pada 23 Juli 2012. Saat itu, tim yang baru terdegradasi ke Championship Division tersebut menghadapi Persebaya 1927 di Stadion Gelora Bung Tomo. Hasilnya, QPR menang 2-1.
Gairah Suporter
Sadar besarnya animo masyarakat sepakbola di tanah air, tahun 2013 Indonesia langsung diinvasi oleh klub-klub Premier League. Sepakbola Inggris memang tidak asing dengan penikmat televisi Indonesia sejak 1990-an.
Pekan lalu saat Arsenal datang, aksi The Gooners selalu memukau mata punggawa-punggawa klub London Utara tersebut. Pada laga hari Minggu lalu, SUGBK pun disesaki oleh para pendukung Arsenal dan Timnas Indonesia. Tiga hari di Jakarta, para pemain pun bagaikan seorang bintang pop.
"Saya merasa seperti Justin Bieber, dengan fans yang terus berteriak. Bagi saya ini luar biasa. Fans di sini benar-benar luar biasa, membuat kami terkesan," ujar Alex Oxlade-Chamberlain seperti dikutip dari buletin Tur Asia di situs resmi Arsenal.
Dan pekan ini, klub dengan basis suporter lebih besar yang akan datang. Giliran 18 kali juara Liga Inggris, Liverpool, yang menyambangi dan membuat geger Jakarta.
Kedatangan pasukan Brendan Rodgers itu disambut oleh ribuan The Kopites yang memadati bandara Halim Perdana Kusuma hari Rabu lalu. Yel-yel serta nyanyian "You'll Never Walk Alone" selalu berkumandang saat bus-bus pemain Liverpool beriringan menuju hotel.
Tentunya hal tersebut menjadi perbincangan. Situs resmi Liverpool sangat antusias dengan sambutan heboh itu. Begitu juga Lucas Leiva yang menilai hal tersebut salah satu bukti bahwa klub asal Merseyside itu adalah salah satu klub raksasa dunia.
Tidak sampai di situ, fans pun lalu berpindah ke Hotel Mulia tempat pemain-pemain Liverpool menginap. Mereka dengan setia menunggu para pemain meski mendapatkan penjagaan ketat dari petugas dan dilarang masuk ke dalam lobi hotel.
"Animo fans memang luar biasa. Kami dari pihak keamanan sebisa mungkin menjaga agar pemain Liverpool tidak risih," kata Hendro, pihak pengamanan lapangan tim Liverpool kepada VIVAbola.
"Fans boleh saja meminta tanda tangan pemain asal berjalan dengan tertib dan pemain tersebut bersedia," lanjutnya.
Animo masyarakat dalam menikmati kedatangan Liverpool semakin menggunung saat tim yang bermarkas di Anfield itu melakoni sesi latihan terbuka pada Jumat malam, 19 Juli 2013. SUGBK sudah dibanjiri lautan manusia dengan kostum merah meski latihan baru digelar dua jam kemudian.
Tapi titik puncaknya diharapkan saat Liverpool menggelar laga kontra Indonesia XI pada hari Sabtu, 20 Juli 2013. 88.000 tempat duduk yang disediakan SUGBK kemungkinan besar akan penuh sesak dengan penonton.
Indonesia Cederai Chelsea
Antusiasme dengan Liverpool belum surut, Indonesia sudah akan menyambut Chelsea pekan depan. Hadirnya Jose Mourinho serta pilar-pilar utama The Blues dipastikan akan membuat masyarakat berbondong-bondong ingin menyaksikan pemain pujaan mereka secara langsung.
Jumlah pendukung pasukan Stamford Bridge itu memang terus berkembang dalam beberapa tahun belakangan. Prestasi yang terus berdatangan membuat Chelsea semakin dikenal oleh para pecinta sepakbola. Hal itu dibuktikan oleh terpilihnya Indonesia sebagai salah satu tuan rumah tur pra-musim 2013, setelah harus gigit jari melihat Malaysia dapat kesempatan dua tahun belakangan.
Kesempatan ini tentu menjadi ajang meraup uang bagi sebagian orang. Bahkan, berbagai kegiatan dengan para pemain Chelsea pun sudah disiapkan. Tapi tidak gratis. Harga tinggi dipatok oleh penyelenggara untuk jumlah peserta yang terbatas. Tapi ternyata timbul masalah saat Chelsea belum menginjakan kaki di Indonesia.
Seperti dilansir dua media ternama Inggris, Daily Mail dan Independent, pihak promotor memungut bayaran hampir £1.500 (setara Rp23,1 juta) untuk bisa bertemu skuad Chelsea. Untuk bisa mendapat tanda tangan pemain The Blues, dipungut bayaran £460 (setara Rp7,1 juta), sedangkan yang ikut coaching clinic wajib bayar £330 (setara Rp5,1 juta). Tapi hal tersebut ternyata berlawanan dengan filosofi Chelsea yang mengusung "Here to Play, Here to Stay".
"Kami menyadari praktek seperti ini biasa terjadi di Indonesia, tapi tidak cocok dengan filosofi tur kami. Untuk itu, siapapun yang membeli tiket sejumlah kegiatan itu akan mendapatkan refund, dan mendapatkan akses tiket secara gratis," ujar juru bicara Chelsea.
Menanggapi hal tersebut pihak BNI pun langsung siap memenuhi permintaan Chelsea. "Saat ini proses refund sedang berlangsung," jelas Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia Tbk, Tribuana Tunggadewi, pada VIVAbola.
Namun, hal ini tampaknya tetap tidak akan menurunkan antusiasme pendukung Chelsea nanti. Suporter dengan kostum biru dipastikan tumpah-ruah saat John Terry dan kawan-kawan pada 23 Juli nanti. Sosok Eden Hazard, Frank Lampard, Petr Cech sampai pemain anyar, Andre Schurlle, tentu sangat dinantikan.
Apa Gunanya?
Sekarang dahaga para suporter, setidaknya ketiga klub Premier League tersebut, nampaknya akan terpuaskan selama bulan Juli ini. Itulah tujuan utama kedatangan seluruh klub yang mendatangi sebuah negara, untuk menyentuh fansnya lebih dekat.
Setelah rangkaian laga menggembirakan di bulan Juli ini, satu pertanyaan menyeruak di kepala insan sepakbola. Apakah kehadiran klub-klub raksasa Inggris ini akan berpengaruh banyak pada prestasi tim nasional Indonesia, yang saat ini terpuruk.
Tentu laga-laga ini diharapkan bisa menjadi ajang transfer ilmu, baik di level timnas maupun anak-anak muda lewat program coaching clinic yang selalu diselipkan.
Namun, tak bisa dipungkiri. Hasil-hasil buruk yang dituai tim asuhan Jacksen F Tiago tentu tidak menunjukan peningkatan sama sekali. Bahkan, pelatih yang membesut Timnas Indonesia itu juga menilai mepetnya laga-laga berat ini sangat tidak ideal.
"Dengan interval tiga sampai empat bulan akan menjadi lebih bermanfaat," ujar Jacksen dalam jumpa pers di Hotel Mulia.
"Kami harus bertemu tim kuat dengan jeda waktu yang singkat. Jarak pertandingan tiga tim itu terlalu dekat, jadi tidak ideal," lanjut pelatih yang sedang mempersiapkan tim menghadapi melawan China dalam lanjutan babak penyisihan Pra Piala Asia (PPA) 2015 tersebut.
Meski begitu, Jacksen mengaku pemain-pemain Indonesia mulai bisa beradaptasi dengan permainan tempo tinggi yang dipraktekan tim-tim Premier League tersebut. Sang pelatih pun mengaku dapat pelajaran penting dari dua pelatih ternama yang dijajal sebelumnya, Louis Van Gaal dan Arsene Wenger.
Tapi, kedatangan tim-tim elit dunia ini tampaknya semakin membuka pintu bagi yang lain. Bukan tidak mungkin, Barcelona, Real Madrid, maupun Manchester United yang mengarahkan target tur pra-musimnya ke Indonesia.
Kedepannya, kehadiran klub-klub Eropa ini diharapkan bisa memberikan dorongan positif untuk klub maupun Timnas Indonesia. Bukan hanya menjadi tempat meraup uang oleh sebagian orang saja, dengan memanfaatkan fanatisme seseorang.
No comments:
Post a Comment