Thursday, 14 February 2013
Benarkah Ada Harta Soekarno di Bank Swiss?. Koran Austria memberitakan simpanan Rp1,74 triliun Soekarno di UBS
Puan Maharani yang merupakan cucu Presiden RI pertama, Soekarno, menepis kabar soal harta sang kakek yang diberitakan sebuah koran di Austria tersimpan di sebuah bank di Swiss.
“Kami pihak keluarga tidak tahu-menahu. Sampai sekarang soal itu belum pernah terbukti, dan tak ada hubungannya dengan keluarga kami,” kata Puan saat menemani ayahnya, Ketua MPR Taufiq Kiemas, berkunjung ke kantor Wakil Presiden Boediono di Jakarta Pusat, Rabu 26 Desember 2012.
Isu mengenai harta Soekarno bukan sekali ini terdengar. Kali ini isu tersebut kembali mengemuka ketika sebuah koran Austria, Kronen Zeitung, memberitakan soal harta warisan Soekarno senilai US$180 juta atau Rp1,74 triliun yang sampai saat ini disebut masih tersimpan di bunker bank terkemuka di Swiss, Union Bank of Switzerland (UBS).
Kronen Zeitung menurunkan berita soal harta Soekarno dalam dua edisi, yaitu tanggal 17 dan 19 Desember 2012. Namun tidak disebutkan harta Soekarno itu ada dalam bentuk apa. Dalam berita itu, wartawan penulisnya, Klaus Loibnegger, mewawancarai seorang mediator keuangan asal Austria bernama Gustav Jobstmann.
Jobstmann mengaku punya dokumen pendukung yang menjadi bukti eksistensi harta Soekarno di bank Swiss. Jobstmann juga mengatakan bisa membantu mencairkan harta Soekarno itu, dengan syarat keluarga Soekarno bersedia menginvestasikan semua harta warisan itu di Austria yang saat ini membutuhkan suntikan modal.
Jobstmann bahkan mengatakan sudah menghubungi salah seorang keluarga Soekarno bernama Seno Edy Sukanto untuk membicarakan perihal harta itu. Namun Puan mengatakan, keluarganya justru tidak kenal dengan orang bernama Seno Edy Sukanto itu.
“Kami tak mengenal siapa Edy, dan dia tidak masuk dalam keluarga Soekarno. Sepengetahuan saya sejak lahir sebagai cucu Bung Karno, saya tidak pernah tahu dan mengenal siapa dia,” ujar Puan. Ketua Fraksi PDIP itu pun mengatakan keluarganya tak mau terlibat dan ikut campur soal pemberitaan mengenai harta Soekarno itu.
Menurut Puan, ibunya sendiri yang merupakan putri Soekarno, Megawati Soekarnoputri, pernah mengatakan kepadanya bahwa tidak ada harta Soekarno seperti yang diberitakan media asing. “Kalaupun ada orang yang mengatasnamakan keluarga Soekarno (dalam berbicara soal harta itu), bukan berarti dia benar keluarga Soekarno,” kata Puan.
Kabar Angin
Dubes Republik Indonesia di Swiss, Djoko Susilo, pernah mengatakan bahwa kabar soal harta Soekarno di UBS itu tidak benar. Djoko mengaku sering dihubungi sejumlah pihak di Indonesia maupun di tempat-tempat lain yang mengklaim menyimpan data soal warisan Soekarno di Swiss berupa emas dan uang.
Djoko pun kemudian menelusuri informasi itu. Ia bahkan menghubungi salah satu pejabat terkemuka di Bank UBS. Namun ternyata semua kabar tersebut tidak terbukti kebenarannya.
Djoko juga meragukan informasi soal harta Soekarno yang dimuat dalam Kronen Zeitung. Menurutnya, Kronen Zeitung sejenis koran kuning di Indonesia yang memberitakan lebih banyak berita sensasi ketimbang informatif.
Sejarawan LIPI Asvi Warman Adam pun meragukan soal harta Soekarno ini. “Semua cuma isu, tidak pernah jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan,” kata Asvi.
Ia lantas mengisahkan ketika tahun 1960 ada proyek pembangunan Monumen Patung Dirgantara yang lebih dikenal dengan nama Patung Pancoran di Jakarta Selatan. Saat itu pemimpin proyek Patung Pancoran, Edhi Sunarso, mengeluh kekurangan dana kepada Soekarno.
Namun Soekarno malah menyarankan Edhi untuk menjual mobilnya guna biaya pembangunan Patung Pancoran. Dari cerita itu, Asvi berkesimpulan Soekarno sendiri tak punya banyak harta. “Kalau punya banyak uang dan emas batangan, Soekarno kan tinggal ambil emasnya untuk dana proyek,” ujar Asvi.
Ajang Menipu
Kabar angin soal harta Soekarno memang tidak pernah jelas. Namun justru menginspirasi sejumlah penipu dalam menjalankan aksinya. Salah satu yang paling terkemuka mungkin adalah James Lindon Graham asal Selandia Baru.
Seperti dilansir nzherald.co.nz, 29 September 2011, Graham adalah penipu ulung. Tak tanggung-tanggung, ia mengaku sebagai anak angkat dua Presiden RI, Soekarno dan Soeharto. Graham membual telah diadopsi resmi oleh keluarga Soekaro. Ia pun mengaku memiliki kuasa atas harta simpanan keluarga Soekarno senilai US$50 juta dan US$100 juta dalam bentuk emas batangan di bank Swiss.
Kepada para korbannya, Graham mengklaim dekat dengan Interpol. Dalam modus penipuannya, Graham mengatakan butuh uang dari para korbannya untuk mencairkan simpanan keluarga Soekarno di bank Swiss itu. Graham juga membual memiliki piutang sebesar US$13 juta pada PBB. Ia menyebut PBB meminjam uangnya untuk menegakkan demokrasi di sebuah wilayah Afrika.
Graham lantas mendorong korban-korbannya untuk berinvestasi dalam jumlah besar lewat dirinya, dengan kesepakatan kompleks. Meski terdengar tak masuk akal, tapi banyak korban terjerat. Sebagian besar korban Graham merupakan investor lanjut usia.
Graham menjalankan modus itu selama sepuluh tahun. Penipu kakap ini sempat ditangkap di Bandara Auckland, Selandia Baru, Juli 2009 saat hendak bertolak ke Singapura. Ia dibebaskan karena membayar uang jaminan, dan mengulangi aksi penipuannya lagi.
Ketika akhirnya ditangkap lagi dan diproses hukum, Graham dinyatakan bersalah atas 99 kasus penipuan senilai US$1,6 juta. Pria berusia 68 tahun itu pun divonis penjara selama tiga tahun dua bulan. Vonis itu dipotong dari yang seharusnya enam tahun dengan pertimbangan usia Graham yang sudah tua dan ia menderita beberapa penyakit.
Hakim juga menyatakan Graham tak bertindak sendirian. Ia adalah anggota jaringan penipuan. Graham mengaku menipu karena perlu banyak uang untuk membiayai gaya hidup jetsetnya.
Pengklaim juru kunci keluarga Soekarno juga kerap terdengar di dalam negeri. Tahun 2011 misalnya, seorang kakek bernama Zakaria Sukaria Pota yang mengaku berusia 126 tahun dan berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, mengklaim memiliki sejumlah emas batangan dan surat berharga berisi kekayaan RI yang tersimpan di bank Swiss.
Zakaria juga menunjukkan pedang, tongkat komando, dan empat emas batangan yang menurutnya milik almarhum Presiden Soekarno. Kakek ini bahkan mengaku memiliki obligasi triliunan rupiah yang dicap dengan tinta emas bergambar Garuda. Obligasi itu dikatakannya siap dicairkan di sebuah bank internasional untuk diberikan kepada negara.
Zakaria mengaku punya hubungan darah dengan Presiden Soekarno dan selama 60 tahun belakangan menutupi identitasnya dengan menyamar sebagai petani, pengumpul botol, dan pencari rotan di hutan-hutan Bolaang Mongondow. Ia mengatakan mendapat wahyu untuk membuka semua harta Soekarno itu karena perekonomian Indonesia terpuruk.
Pengakuan seperti ini tak hanya datang dari Zakaria. Beberapa orang di tanah air juga pernah mengaku sebagai pewaris Soekarno yang bisa mencairkan hartanya di bank Swiss. Namun akhir cerita seperti ini bisa diterka. Sampai saat ini belum ada kisah lanjutan bahwa mereka telah berhasil mencairkan harta Soekarno itu. Kisah-kisah ini berlalu dengan cepat seiring angin berhembus
No comments:
Post a Comment