Hubungan Partai Demokrat dengan partai pendukung pemerintah kembali memanas. Pemicunya, pernyataan Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang menganggap mitra koalisi berkhianat.
Kelima parpol mitra koalisi itu, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Ya, Ruhut yang memimpin Departemen Pendidikan dan Pembinaan Politik DPP Partai Demokrat, menilai mitra koalisi sebagai pengkhianat lantaran mendukung penonaktifan Wapres Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Menurut anggota Komisi III DPR ini ada fraksi yang ‘kanan kiri OK’. Namun, dia enggan menyebut nama.
“Parpol tersebut dapat dikategorikan dari dulu memang pengkhianat, dan ada juga yang kanan kiri OK,” katanya.
Mantan Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat yang kini menjabat Ketua DPR, Marzuki Alie, menjamin, pernyataan Ruhut takkan membuat koalisi pecah.
Menurut dia, partai peserta koalisi pendukung SBY-Boediono serta pemerintah justru mempertanyakan isu pengkhianatan itu. “Prinsipnya tidak ada perpecahan,” katanya di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/12).
Marzuki menegaskan, koalisi untuk kebaikan bukan untuk kegiatan kejahatan apalagi untuk melakukan korupsi. Dan koalisi sudah berkomitmen untuk membantu pemerintah. “Kalau bersama-sama korupsi, itu namanya kolusi. Kalau ada kejahatan, kita harus bersatu memerangi kejahatan.”
Menanggapi hal itu, Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti mengatakan, tudingan Ruhut bisa menjadi blunder bagi Partai Demokrat. Mitra koalisi bisa marah.
“Kata berkhianat itu berat. Dengan sendirinya kalau tidak cepat diklarifikasi, pernyatan Ruhut itu pasti akan menimbulkan kemarahan panjang di kalangan koalisi yang berimbas kepada pecahnya dukungan. Padahal ,secara politik mereka sangat membutuhkan dukungan,” tandasnya.
“Perjalanan Masih Jauh”
Amir Syamsudin, Sekjen DPP Partai Demokrat
Sekretais Jenderal DPP Partai Demokrat, Amir Syamsudin, menganggap wajar kalau sikap rekannya (Ruhut Sitompul-red) seperti itu. Jangan menjadi sorotan, karena itu reaksi yang manusiawi. Hanya cara mengekspresikannya berbeda.
“Dia ‘kan manusia juga. Mungkin itu yang diamatinya. Tapi saya melihat apa yang disampaikan anggota Pansus memang terlalu tergesa-gesa untuk menyimpulkan. Seharusnya anggota Pansus menggunakan waktu sebaik-baiknya,” katanya kepada Rakyat Merdeka.
Seharusnya data awal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dimasuklan dulu, lalu dikembangkan dengan berbagai pihak. Kemudian, itu menjadi jawaban akhir dari penyelidikan awal.
“Itu tidak wajar. Saya melihat di luar Partai Demokrat sudah cenderung memberikan kesimpulan akhir. Seakan-akan, ini sudah menjadi pegangan. Padahal, temuan apa pun harusnya dikroscek,” kata Amir.
Apa yang dilakukan anggota Pansus patut diduga berbuta hati, belum apa-apa sudah disimpulkan, padahal perjalanannya masih jauh.
“Saya cukup prihatin dengan anggota Pansus. Seharusnya teman-teman koalisi bisa menahan diri. Proses masih panjang, karena fakta dan data akan terus muncul. Masih cukup banyak orang yang harus didengarkan.”
PPP Nggak Punya Agenda Tersembunyi
Romahurmuziy, Sekretaris Fraksi PPP DPR
Sekretaris Fraksi PPP, Romahurmuziy, mengatakan, pihaknya tidak pernah berkhianat kepada koalisi. Namun, tujuan awal koalisi sendiri bukan untuk melindungi kesalahan.
“Sangat disayangkan keluarnya pernyataan fungsionars partai Demokrat, yang mengatakan partai koalisi berkhianat terkait penanganan Bank Century,” katanya kepada Rakyat Merdeka.
Wasekjen PPP ini menyatakan, sangat disayangkan jika dalam berkoalisi Partai Demokrat menggunakan pendekatan hard power bukannya menggunakan pendekatan soft power dengan partai koalisi.
Romi berpendapat, parjanjian koalisi adalah menghormati dan melindungi simbol-simbol negara. “Namun tidak untuk membela kesalahan. Sampai sekarang PPP tetap menghormati koalisi dan tidak memiliki agenda tersembunyi dalam penanganan kasus Bank Century.”
’’Kami Tetap Solid’’
Marwan Ja’far, Ketua Fraksi PKB
Ketua Fraksi PKB, Marwan Ja’far, menegaskan, tidak benar jika partai koalisi pemerintah di DPR mulai pecah terkait masalah Pansus Bank Century.
“Kami partai-partai yang tergabung dengan koalisi pemerintahan tidak ada masalah dan tetap solid. Kami semua clear dalam penanganan kasus Bank Century. PKB sendiri tetap pada fatsun berkoalisi,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Penuntasan Kasus Century Makin Suram
Abdul Gafur Sangadji, Pengamat Politik UI
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Abdul Gafur Sangdaji, mengatakan, karena munculnya pernyataan Ruhut, di kalangan Pansus Angket Century memang ada yang khawatir Partai Demokrat belum serius.
“Ini menunjukkan dari awal Partai Demokrat tidak cukup serius untuk menuntaskan kasus Century. Jadi, saya melihat mereka tidak punya keseriusan politik. Apalagi pernyataan Ruhut malah membuat ketidakpastian penyelesaian,” katanya kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, pernyataan seperti itu tidak seharusnya keluar karena akan membuat penuntasan kasus Century makin suram. Apalagi adanya tekanan dari SBY mengakibatkan ketakutan di kalangan Pansus.
“Panitia Angket tak lagi punya keberanian. Nyatanya partai koalisi juga tidak cukup serius. Dan ini menegaskan, kasus Century hanya gertakan politik saja,” ucapnya.
Menurut Gofur, pernyataan Ruhut akan membingungkan masyarakat dan menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Pansus.
Dia menambahkan, dengan tidak terselesaikannya kasus Bank Century, masyarakat akan menghukum partai politik dengan berbagai reaksi seperti kerusuhan yang bersifat merusak.
“Ancaman people power bisa saja terjadi. Jadi, janganlah membuat statemen politik di saat tuntutan mereka sedang kencang. Bukannya mendukung hak angket malah menggagalkan, itu ‘kan menyalahi komitmen. Mestinya dari awal saja Partai Demokrat tidak usah konsisten untuk menuntaskan kasus Century,” katanya.
Wajar Demokrat Ditinggalkan
Bachtiar Effendi, Pengamat Politik
Kalau memang berbenturan dengan kepentingan mereka, wajar partai-partai pendukung berbeda sikap dan meninggalkan Partai Demokrat. Begitulah pendapat pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bachtiar Effendi.
Menurut dia, pada dasarnya tidak ada koalisi karena Indonesia menganut sistem presidensial. Dalam sistem ini tidak ada aturan koalisi dan keharusan tunduk kepada partai pemerintah.
“Wajar saja jika Demokrat ditinggalkan. Walau ditinggalkan, koalisi hancur, pemerintah tetap jalan,” katanya
Dia menjelaskan, berbeda dengan sistem presidensial, dalam sistem parlementer ada aturan yang jelas mengenai koalisi dan keharusan tunduk pada mitra koalisi. Sebab, jika koalisi hancur, maka pemerintahan juga hancur.
“Karena sistem presidensial, SBY tidak bisa berharap lebih dari mitra koalisi,” pungkasnya.
“Koalisi Longgar, Demokrat Kudu Lapang Dada”
Maswadi Rauf, Guru Besar Ilmu Politik UI
Guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf, menyatakan, Partai Demokrat harus berlapang dada menghadapi kenyataan partai koalisi tidak sepaham mengenai kasus Bank Century.
Apa yang dilakukan partai pendukung koalisi SBY-Boediono sekarang bukan terkait retaknya koalisi. Persoalan Bank Century merupakan warisan pemerintahan masa lalu.
“Untuk itu, tidak ada kewajiban bagi partai pendukung yang sekarang untuk mengikuti dan sejalan dengan Demokrat,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Maswadi menegaskan, pemerintahan SBY sulit untuk membuat koalisi yang kuat.
Koalisi yang ada sekarang kebanyakan dalam rangka membentuk pemerintahan saja, bukan untuk mendukung kebijakan-kebijakan.
Selain itu, presiden belum terbiasa mendiskusikan kebijakan-kebijakannya kepada partai mitra koalisi. “Ini yang menjadi variabel longgarnya koalisi yang ada di negara ini.”
Untuk mengatasi itu, Presiden dengan Partai Demokrat harus mengubah gaya pemerintahannya. Kebijakan-kebijakan yang sifatnya berdampak politis harus dibicarakan dulu dengan partai mitra koalisi.
Kalau itu dilakukan, akan ada interaksi setuju dan tidak setuju. “Ini akan mendorong partai koalisi untuk mengikuti dan mendukung kebijakan pemerintah. Kalau tidak, ya seperti ini,” katanya.
Dia menyarankan SBY dan Partai Demokrat membuat forum komunikasi koalisi yang tidak hanya berupa lembaga tapi langkah konkret.
Kami Nggak Merasa Terusik Kok
Mustafa Kamal, Ketua Fraksi PKS
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mustafa Kamal, menyatakan, partainya tidak akan terusik oleh pernyataan yang tidak produktif.
“Kita terus bekerja seoptimal mungkin untuk satu hasil yang fair. Kita bertanggung jawab kepada masyarakat,” katanya kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Dia mengingatkan, kita tidak boleh terjebak pernyataan yang justru akan memecah konsentrasi dan menjauhkan pokok persoalan yang harus diselesaikan. “PKS terus beikhtiar membangun koalisi yang berkualitas dan mampu meningkatkan kinerja DPR,” katanya.
Bank Century ditangani Pansus DPR merupakan kesepakatan bersama. Artinya, semua partai, baik pendukung pemerintah maupun bukan pendukung pemerintah, sepakat menyelesaikan persoalan Bank Century.
“Demokrat apalagi, semuanya menandatangani penyelesaian Bank Century. Jadi aneh kalau ada yang mengatakan, ini awal keretakan dan mengkhianati koalisi. Janganlah menghakimi dan mendahului partai,” katanya.
Khianati Koalisi? Nggaklah ...
Setya Novanto, Ketua Fraksi Golkar
Ketua Fraksi Golkar, Setya Novanto, menyatakan, Fraksi Partai Golkar di DPR tidak pernah sedikit pun berpikiran mengkhianati koalisi.
”Bagi kami yang penting kita bekerja sama,” katanyakepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Novanto mencontohkan, keputusan Pansus Angket Century yang pertama juga merupakan keputusan bersama. “Pansus tetap akan konsisten dalam menguak persoalan yang ada di Century.”
Fraksi Golkar akan selalu menghormati keputusan yang dilakukan dan akan mendalami baik procedure yang ada. “Tidak ada perpecahan dari mitra koalisi,” katanya.
semoga masih tersisa seorang pejuang untuk bangsa ini...trims...
ReplyDelete