Selama ini, masyarakat begitu antusias memerangi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menjadi penyebab AIDS, karena penyakit ini dianggap sangat berbahaya. Padahal, virus hepatitis B 100 kali lebih infeksi dibanding HIV dan hepatitis C 10 kali lebih mudah menginfeksi dari virus HIV.
Namun, sayangnya hepatitis dinomorduakan. Hepatitis adalah penyakit hati terbanyak di dunia. Di Indonesia saja, penderita hepatitis yang dirawat di rumah sakit tercatat lebih dari 50 persen. Ada 7 juta orang Indonesia diduga mengidap hepatitis C.
Di dunia, jumlah pengidap hepatitis B kronis diperkirakan sekitar 250 juta dan disusul hepatitis C yang menempati urutan kedua dengan 150 juta penderita.
”Kedua penyakit ini belum mendapat perhatian lebih seperti HIV/AIDS. Padahal, penderita HIV hanya di kisaran 100 jutaan,” kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dr Unggul Budihusodo SpPD-KGEH di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut dia, faktor penyebabnya adalah gaung kampanye pemberantasan virus HIV lebih besar dan banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik lokal maupun internasional yang berperan aktif memberantas penyakit ini.
”Untuk hepatitis, selain kesadaran masyarakat terhadap ancamannya masih rendah, beritanya pun jarang di-blow-up oleh media massa. Ini yang jadi kekurangan,” curhat Unggul.
Padahal, menurut dia, HIV dan hepatitis B tidak jauh berbeda. Penyakit akibat virus HIV dan hepatitis B adalah dua jenis penyakit yang hingga saat ini belum bisa disembuhkan secara total.
Bila terkena penyakit ini, penderitanya mesti meminum obat seumur hidup untuk mengatasinya. “Sebagian besar pasien hepatitis C memang sudah bisa disembuhkan secara total dengan pengobatan tertentu, namun tidak demikian untuk hepatitis B,” ujarnya.
Penanganan hepatitis menjadi langkah mendesak yang tidak boleh diabaikan. Peningkatan kesadaran masyarakat dan akses terhadap terapi adalah tindakan mendasar yang sangat penting diperhatikan saat ini.
No comments:
Post a Comment