Tuesday, 18 May 2010

Penerus Agama Ibrahim

Bismillahirrahmanirrahiem,

ali-imron65

yaa ahla alkitaabi lima tuhaajjuuna fii ibraahiima wamaa unzilati alttawraatu waal-injiilu illaa min ba’dihi afalaa ta’qiluuna

ali-imron66

haa antum haaulaa-i haajajtum fiimaa lakum bihi ‘ilmun falima tuhaajjuuna fiimaa laysa lakum bihi ‘ilmun waallaahu ya’lamu wa-antum laa ta’lamuuna

ali-imron67

maa kaana ibraahiimu yahuudiyyan walaa nashraaniyyan walaakin kaana haniifan musliman wamaa kaana mina almusyrikiina

ali-imron68

inna awlaa alnnaasi bi-ibraahiima lalladziina ittaba’uuhu wahaadzaa alnnabiyyu waalladziina aamanuu waallaahu waliyyu almu/miniina

“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir ? (65). Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka mengapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui ? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (66). Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, namun dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik (67). Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman “(68).; Ali Imrah : 65-68.

Pokok Bahasan

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dengan sanad kepada Ibnu Abbas, katanya,” Para Pendeta Yahudi dan orang-orang Nasrani dari Najran, berkumpul dihadapan Rasulullah saw, dan mereka berdebat dihadapannya tentang Ibrahim. Kata para pendeta Yahudi, “Ibrahim tidak lain adalah orang yang beragama Yahudi”. Semetara orang-orang Nasrani Najran berkata,”Ibrahim tidak lain adalah orang yang beragama Nasrani”. Maka turunlah ayat ini,”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang Ibrahim …..?..dst”.

Dalam ayat ini Allah mencela sikap-sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang selalu berselisih tentang kemurnian agama masing-masing, dan selalu menganggap agama merekalah yang paling benar. Juga klaim mereka tentang Ibrahim. Ibrahim dipuji dalam Taurat dan Injil. Bahkan orang-orang musyrik Quraisy juga mengajukan klaim tentang Ibrahim dimana mereka mengidentikkan agama mereka dengan agama Ibrahim. Ini menggambarkan ketinggian martabat Ibrahim dihadapan peradaban mereka.

258-sarah
Ilustrasi Siti Sarah dan Ibrahim

Sudah tentu klaim-klaim mereka atas Ibrahim itu tidak benar dan dibantah Al-Qur’an. Dari segi waktu Ibrahim lebih dahulu dari turunnya Injil dan Taurat. Jadi tentu saja Ibrahim bukan Yahudi juga bukan Nasrani. Kalimat “afalaa ta’qluun(a)” (apakah kamu tidak berfikir ?), dalam ayat 65, menggambarkan bantahan ini. Namun agama Ibrahim adalah agama tauhid yang lurus. Dalam kenyataan ajaran Ibrahim tidak membekas dalam ritual-ritual agama mereka (Yahudi dan Nasrani) yang disconnection. Namun secara simetris agama Ibrahim bersesuaian dengan agama yang di dakwahkan oleh Nabi Muhammad saw.

Sementara itu ayat 66 menilai wajar apabila mereka berdebat tentang hal-hal yang mereka ketahui seperti tentang Nabi Isa as. Akan tetapi mereka terjerumus kepada sikap yang berlebihan sehingga menganggap Isa as sebagai tuhan disatu pihak sementara dipihak lain menganggap Isa as sebagai pembual dan pendusta. Dalam ayat 67 Allah menegaskan jatidiri Nabi Ibrahim, sebagai seorang yang bukan Yahudi, bukan pula Nasrani dan tentu saja bukan serupa musyrik Quraisy, melainkan seorang yang menegakkan tauhid, taat beribadah kepada Allah, menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Nabi Ibrahim seorang Muslim yang ikhlas dan tidak mempersekutukan Allah.

Pada ayat 68 Allah memberikan penegasan bahwa orang-orang yang berhak menjadi pendukung Nabi Ibrahim, bukan sekedar mereka yang mengklaim saja secara sepihak, tetapi harus benar-benar orang-orang yang mengikuti jejak-jejak Nabi Ibrahim dan meneruskan dakwahnya. Terutama dalam menegakkan tauhid dan ikhlas melaksanakan agama yang lurus. Orang-orang yang berserah diri kepada Allah dan menjauhi sifat-sifat syirik ada pada diri Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya. Mereka tidak memuja pemimpinnya dan tidak membuat perantara dalam hubungan dengan Allah. Mereka benar-benar menegakkan tauhid yang jauh dari sifat syirik dan riya. Maka tidak dapat lain, penerus agama Ibrahim adalah Islam.

258-kabah
Kabah Mekkah dan Kaum Muslimin

Ibrahim

Ibrahim atau Abraham adalah putra Terah atau Tarih dalam logat Arab, yang berasal dari keturunan Sem. Terah berasal dari Ur Kasdim atau Aur Khaldan, sebuah kota dagang di Mesopotamia Selatan yang berkembang sekitar abd ke 20 SM. Terah mempunyai tiga anak, yaitu Abraham, Nahor dan Haran. Terah menyatakan akan berpindah ke Kana’an, dengan alasan yang tidak jelas. Mereka singgah di kota Haran dan Terah meninggal di kota itu dalam usia 205 th. Dalam usia 75 th Ibrahim melanjutkan perpindahannya ke Kana’an.

Ibrahim sendiri ada konflik dengan ayanya yang berprofesi sebagai pemahat patung para dewa yang disembah. Ibrahim suatu hari telah menghancurkan patung-patung itu, dan menyisakan sebuah sambil meletakkan kapak pada patung itu. Ayahnya bertanya siapa yang menghancurkan patung-patung itu ? Ibrahim menunjuk pada patung yang sebuah itu,”Dialah yang menghancurkan teman-temannya”. Tarih tidak mempercayainya, “Mana Mungkin, dia hanya sebuah batu”. Ibrahim menimpalinya,”Maka jangan disembah, sembahlah Allah Yang Maha Esa”.

258-ibrahim
Ibrahim di Kana’an

Namun kepindahan ini tidak ada alasan religius, melainkan alasan ekonomi, yaitu mencari daerah yang subur. Namun melepaskan diri dari pengaruh kemusyrikan kemungkinan menjadi salah satu alasan Ibrahim. Ikut dalam rombongan hijrah itu istrinya Siti Sarah, keponakannya Lut, sebagian dari keluarganya dan para pembantunya serta segala binatang ternaknya.

Mula-mula mereka mengembara ke Utara hingga memasuki wilayah bangsa Arami, kemudian berpindah lagi hingga memasuki wilayah Kana’an. Penduduk Kana’an menyebut Ibrahim dan para pengikutnya dengan sebutan “Orang-orang Ibri”, karena mereka datang dengan menyeberangi Sungai Euphrat, atau karena mereka itu adalah “Orang-orang Badui” yang nomaden, selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengembaraan itu berakhir pada th.2000 SM dengan tempat terakhir adalah Kana’an dimana Ibrahim dan kabilahnya menikmati kemakmuran di tanah yang subur seraya mengembangkan agama tauhid dan beribadah kepada Allah semata dengan ikhlas. Sekian.


No comments:

Post a Comment