Sunday, 24 April 2011

WASPADALAH! ORANG CERIA JADI TERTUTUP BISA JADI DIBAIAT TERORIS

Umumnya orang-orang yang diduga terlibat gerakan terorisme dikenal tertutup dan 
tidak suka bersosialisasi. Karakteristik ini umum dijumpai pada orang-orang yang 
telah dibaiat teroris. Waspadalah!

"Sebetulnya kalau sudah dibaiat, kecenderungannya menutup diri. Kalau orang sekitar 
bilang orang itu berubah, ya memang berubah. Karena mungkin tadinya orangnya cerah, 
lalu jadi murung. Tadinya ceria lalu jadi tertutup," ujar pengamat intelijen, Wawan 
Purwanto, dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (24/4/2011).

Perubahan sikap itu, lanjutnya, merupakan efek dari cuci otak yang dilakukan 
kelompok pemegang ideologi terorisme. "Terkadang ada yang tidak menyadari sepenuhnya tindakannya, dan melakukan sesuatu berdasar si pencuci otak," imbuh Wawan.

Perubahan ini biasanya dideteksi orang-orang dekat yang bersangkutan. Karena itu 
jika melihat perubahan sikap anggota keluarganya, maka perlu diajak berbicara. 
Dialog ini bisa jadi menyelamatkan seseorang dari 'perangkap' terorisme.

"Kalau ada hal-hal yang mencurigakan juga harus diantisipasi oleh masyarakat. RT/RW 
dan keamanan setempat secara hierarkis perlu meningkatkan kewaspadaan dini. Kalau 
sudah lama merasa aman, orang kadang lupa mendeteksi dini. Jadi jangan terlena," 
imbaunya.

Terkait dugaan tersangka teroris yang ingin mendokumentasikan ledakan bom, hal itu, 
menurut Wawan sangat mungkin terjadi. Meskipun selama ini aksi ledakan bom yang 
dilakukan teroris belum pernah terdokumentasikan.

"Pendokumentasian ini kan untuk menimbulkan efek kejut terhadap psikologi massa. 
Kalau ada dokumentasi maka ada pengabadian dari sisi sejarah. Dan kalau disebarkan 
akan menimbulkan trauma yang panjang," imbuh Wawan.

Dia lantas mengingatkan pendokumentasian perampokan di Bank CIMB Niaga Medan 
beberapa waktu lalu. "Ada dokumentasi yang seperti ini saja jua menimbulkan dampak 
psikologis, ketakutan warga," sambungnya.

Selama ini yang terjadi, tambahnya, otak terorisme merekam ucapannya sebelum beraksi 
dan kemudian menyebarkannya melalui media. "Yang selama ini terjadi, 
mendokumentasikan dengan cara ngomong dulu di depan kamera lalu disebarkan seperti 
yang dilakukan Noordin M Top," ucap Wawan.

Seorang kamerawan stasiun televisi Global TV, IF, bersama 19 tersangka kasus bom 
buku dan bom Serpong, Tangerang, Banten, lainnya. IF ditengarai direkrut untuk 
merekam teror yang direncanakan.

"Infonya, direkrut untuk merekam aksi teror yang direncanakan," kata Kabagpenum 
Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar saat dihubungi detikcom, Sabtu (23/4/2011).

No comments:

Post a Comment