Tuesday, 21 July 2009

Emosional Kaitkan Bom dengan Pilpres, SBY Didesak Minta Maaf

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaitkan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dinilai emosional dan ceroboh. SBY pun didesak minta maaf kepada pihak-pihak yang secara tidak langsung telah dituduhnya.

"Untuk menjernihkan situasi, sebaiknya Presiden meminta maaf secara terbuka pada JK-Wiranto serta Megawati-Prabowo yang telah menjadi objek tuduhan yang sesat. Selanjutnya serahkan pada Polri untuk mengungkan dan menjelaskan temuannya pada masyarakat," ujar anggota Komisi I DPR Yuddy Chrisnandi.

Hal itu dikatakan politisi dari Fraksi Partai Golkar ini dalam rilisnya yang diterima detikcom, Senin (20/7/2009).

Menurutnya, SBY ceroboh menerima begitu saja laporan intelijen dan mengumumkannya ke publik tanpa melakukan pendalaman kebenaran laporan tersebut apakah terkait bom di Mega Kuningan atau tidak.

"Tuduhan SBY yang cenderung ditunjukkan kepada pihak yang kalah Pilpres terbukti tidak benar, setelah rangkaian fakta-fakta mengarah pada pelaku lama terorisme yang selama ini menjadi incaran pihak Kepolisian," tukas Yuddy.

Penjelasan Presiden yang menyebutkan bahwa akan ada gerakan gagalkan pelantikan SBY, revolusi sosial hingga upaya pembunuhan SBY, lanjut Yuddy, jelas menimbulkan keresahan di masyarakat akan situasi politik ke depan yang tidak menentu. Namun fakta-fakta yang ada atas peristiwa tersebut menunjukkan bahwa laporan intelijen yang diterima Presiden menyesatkan dan keliru.

"Ini membuktikan bahwa lembaga intelijen tidak bekerja secara profesional bahkan diduga telah menjadi alat politik, bukan sistem pengamanan negara. Tentu hal ini tidak akan terkuak ke publik sekiranya Presiden tidak emosional menyikapi peristiwa teror sebelum mendapatkan bukti-bukti yang akurat," kritik Yuddy.

No comments:

Post a Comment