Friday 25 July 2014

PEMILU LANCAR, INDONESIA BISA JADI TELADAN DEMOKRASI DI DUNIA

Pasangan Capres-Cawapres no 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dan pasangan no 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla, saat debat Capres-Cawapres di Jakarta pada 9 Juni 2014Dalam dua hari terakhir ucapan selamat mengalir dari sejumlah pemimpin mancanegara atas terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode 2014-2019, berdasarkan penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Ucapan itu mereka sampaikan secara beragam, ada yang melalui media sosial di Internet, pernyataan tertulis, atau melalui media massa maupun hingga percakapan langsung melalui telepon. Ada beberapa pemimpin yang menyatakan antusiasme untuk bertemu dengan presiden terpilih RI, setelah dilantik Oktober mendatang. 

Namun, yang lebih penting, para pemimpin mancanegara tidak sekadar mengucapkan selamat kepada presiden terpilih RI. Mereka pun menyatakan pujian atas lancarnya pemilihan umum di Indonesia kali ini, baik untuk memilih para anggota parlemen 9 April lalu maupun mencoblos presiden dan wakil presiden baru pada pemilihan 9 Juli kemarin.
Baik para pemimpin dunia maupun media massa internasional mengaku bahwa tidak mudah menggelar pemilu dua tahap dengan aman dan lancar secara serentak di negara seperti Indonesia, yang terdiri dari belasan ribu pulau dengan budaya dan kemampuan sosial-ekonomi yang begitu beragam di kalangan para pemilih.

Tingkat keikutsertaan para pemilih yang tinggi pada pemilu tahun ini - hingga 70 persen dari jumlah total - mengundang decak kagum kalangan pejabat, diplomat, dan media massa internasional. Itulah sebabnya, mereka yakin bahwa Indonesia bisa menjadi contoh nyata yang patut diteladani banyak negara sebagai salah satu raksasa demokrasi di dunia.  

Walau selama kampanye aroma perpecahan sangat terasa di kalangan masing-masing pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden - seperti yang terlihat dalam perang di media sosial - lantaran pemilu kali ini hanya menampilkan dua pasang kontestan, situasi keamanan berjalan aman dan lancar.
Walau mengundang ketidakpuasan dari kubu yang kalah, yang menggugat KPU di Mahkamah Konstitusi, secara umum dunia yakin bahwa Indonesia mampu melewati tahap akhir Pemilu ini hingga dilantiknya presiden dan wakil presiden terpilih pada Oktober mendatang.

Ucapan selamat pertama kali datang dari pemimpin negara-negara tetangga. Beberapa jam setelah Joko Widodo dan Jusuf Kalla dinyatakan menang oleh KPU, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, dan Perdana Menteri Najib Razak dari Malaysia mengucapkan selamat melalui akun pribadi masing-masing di media sosial.

Tak lama kemudian, ucapan serupa datang dari tetangga Indonesia di bagian tenggara, yaitu Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Dia tidak hanya memberi ucapan selamat kepada Jokowi.

"Bangsa Indonesia juga pantas diberi ucapan selamat, karena menjalani transisi demokrasi secara luar biasa dan atas penyelenggaraan Pemilu yang lancar," kata Abbott seperti dikutip stasiun berita ABC Australia.
Dia pun berharap, pemimpin baru bisa memulihkan hubungan diplomatik kedua negara, yang dalam beberapa bulan terakhir tengah renggang akibat skandal penyadapan oleh pihak intelijen Australia dan soal penanganan imigran gelap.

Ucapan selamat juga datang dari Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Joko Widodo Rabu kemarin, mengaku telah ditelepon Obama, bahkan sempat menyapa dia dengan bahasa Indonesia.

Dilansir situs resmi Gedung Putih, whitehouse.gov, Obama mewakili seluruh warga AS mengucapkan selamat kepada Jokowi. Selain itu, Obama mengatakan kepada mantan Wali Kota Solo itu, bahwa dia mengapresiasi semangat demokrasi seluruh penduduk Indonesia, karena telah menyelenggarakan pemilu dengan tertib dan damai.

Selanjutnya, Obama berjanji akan segera melakukan pertemuan dengan Jokowi dan berdiskusi mengenai hubungan bilateral kedua negara. Obama menegaskan, AS akan tetap mempertahankan hubungan bilateral kedua negara, terutama kemitraan komprehensif AS-Indonesia yang telah terjalin selama ini, yang sekaligus memperkuat kerja sama kedua negara untuk menghadapi tantangan regional dan global.

Ucapan selamat secara tertulis datang dari Uni Eropa, yaitu Jose Manuel Durao Barroso sebagai Presiden Komisi Eropa. Mewakili komunitas 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa, Barroso mengucapkan selamat kepada Jokowi melalui surat resmi yang dikirim ke media massa, termasuk VIVAnews.

"Yang Terhormat Bapak Widodo. Atas nama Komisi Eropa dan saya sendiri, izinkan saya menyampaikan selamat atas terpilihnya saudara sebagai Presiden Republik Indonesia sebagaimana telah dikonfirmasi oleh Komisi Pemilihan Umum," tulis Barroso.

Dia pun memuji besarnya keikutsertaan rakyat Indonesia dalam Pemilihan Presiden kali ini. "Tingkat partisipasi pemilih yang tinggi, partisipasi masyarakat madani secara aktif dan pengelolaan secara profesional dari para penyelenggara pemilu menunjukkan kekuatan dan dinamisme demokrasi Indonesia," lanjut Barroso.

Dia juga mengingatkan bahwa Indonesia dan Uni Eropa merupakan mitra yang erat yang memiliki persamaan nilai-nilai, seperti demokrasi dan penghormatan terhadap toleransi dan hak-hak asasi manusia.
"Kami berharap untuk bekerja dengan saudara untuk lebih memperkuat kerja sama kita di tahun-tahun mendatang. Terimalah, saudara, penghargaan kami yang setinggi-tingginya, José Manuel Durão Barroso," demikian akhir surat itu.

Dari Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe juga telah memberi ucapan selamat secara langsung kepada Jokowi lewat percakapan telepon selama sepuluh menit pada Rabu sore, ungkap Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.
Dalam keterangan yang dikirim ke VIVAnews, Kedubes Jepang mengungkapkan sejumlah poin yang disampaikan PM Abe kepada Jokowi. Selain mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi, Abe juga memuji lancarnya Pemilu Presiden 2014 di Indonesia.

"Walaupun persaingan antarpasangan berlangsung cukup ketat, proses pemilihan presiden telah berlangsung dengan lancar. Hal ini menunjukkan kematangan demokrasi di Indonesia pada dunia internasional, dan mengucapkan selamat atas suksesnya pilpres Indonesia kali ini," kata Abe.

Bahkan, dalam percakapan itu PM Abe pun mengundang Jokowi untuk berkunjung ke Jepang. Kunjungan itu diharapkan bisa terwujud "dalam waktu yang tidak lama setelah pelantikan sebagai presiden RI dan sangat menantikan bekerja bersama dengan Bapak Joko Widodo," kata Abe.
Pujian Media
Tidak hanya para pemimpin dunia, media-media massa terkemuka internasional juga memberi apresiasi atas kemenangan Jokowi dan keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan pemilihan umum. Bagi mereka, ini merupakan pencapaian yang tidak mudah namun sangat krusial bagi Indonesia dalam meningkatkan citra sebagai kekuatan demokratis di panggung dunia.

Stasiun berita terkemuka internasional CNN memberitakan bahwa kemenangan Jokowi ini merupakan pencapaian luar biasa dari seorang yang dipandang biasa-biasa saja, bermula dari pedagang furnitur kemudian menjadi walikota Solo lalu tampil menjadi Gubernur yang populer di DKI Jakarta sebelum akhirnya menuju puncak kekuasaan sebagai presiden.
Dalam sekian puluh tahun terakhir sejarah politik Indonesia "Dia lah orang pertama yang tidak memiliki latar belakang militer atau elit yang meraih kursi kepresidenan," kata CNN. 

Surat kabar berpengaruh asal Inggris the Guardian memberitakan bahwa kemenangan Jokowi pada Pemilu Presiden, meski masih dipertentangkan oleh pesaingnya, mewakili kemajuan dalam kehidupan politik di Indonesia. "Ini untuk kali pertama seseorang yang tidak punya hubungan langsung dengan masa lampau yang otoriter akan menduduki kekuasaan tertinggi di negara ini," demikian tulis koran itu.

Sementara itu, dalam opini di surat kabar The Los Angeles Times, pengamat politik Asia dari the Council on Foreign Relations, Karen Brooks, memberi judul "Indonesia's Jokowi Needs World's Backing."
Dia berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa meninggalkan kenangan manis dengan mengawal secara baik dan lancar transisi kepemimpinan kepada Jokowi sebagai presiden terpilih hingga dia dilantik, saat banyak kadernya di Partai Demokrat mendukung Prabowo Subianto sebagai capres dan Hatta Rajasa sebagai cawapres, yang merupakan besannya. 

"Sejarah akan melupakan apa pun hal baik yang dilakukan Yudhoyono selama sepuluh tahun menjadi presiden bila dia menangani suksesi yang kacau," tulis Brooks. Mantan penasihat Presiden Bill Clinton dan George W. Bush itu juga berharap Obama dan para pemimpin lain juga berbuat sebaik mungkin untuk meminta Yudhoyono agar mengawal transisi kepemimpinan dengan baik.