Monday 26 April 2010

STRES BAGI PENDERITA DIABETES DAPAT MENAIKKAN KADAR GULA DARAH

Untuk kebanyakan orang, stres itu mengganggu dan tidak menyenangkan; dan untuk orang yang menderita diabetes, maka hal itu bisa berakibat langsung pada kesehatan. Hormon stres dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat dan ketika sedang stres, anda mungkin membutuhkan lebih banyak insulin atau obat lain untuk mengendalikan gula darah.

Respon anda terhadap stres bisa memperburuk masalah. Jika anda mengabaikan makan, olah raga, atau cenderung makan makanan tidak sehat, maka gula darah anda akan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Richard Hellman, MD, mantan presiden American Association of Clinical Endocrinologists berkata, "Terdapat sebuah mitos di luar bahwa tingkat gula darah berhubungan dengan makanan." Yang benar adalah bahwa ada faktor lain memainkan peran, termasuk stres. Sebagai contoh, jika anda guru sekola yang memakai insulin saat makan siang, maka rapat pagi dengan rekan kerja yang sulit dapat mempengaruhi kemampuan insulin untuk mengendalikan gula darah anda.

Dr. Hellman berkata, "Orang itu akan mempunyai tingkat glukosa yang lebih tinggi dari normal. Hanya sebagian saja berkaitan dengan apa yang mereka makan. Sementara bagian lain berkaitan dengan fakta bahwa hormon mereka mengocok keluar adrenalin dan hormon stres lainnya." Jika anda berada di bawah tekanan, maka anda memerlukan insulin lebih banyak untuk mengkoreksi kelebihan gula darah, atau menguranginya jika anda bisa mengubah perilaku anda.

Stres juga bisa mempengaruhi gaya hidup

Susan Guzman, PhD, psikolog senior dari Behavioral Diabetes Institute di San Diego mencatat bahwa ketika stres bisa menyebabkan naiknya gula darah, maka stres juga bisa menyebabkan orang mengabaikan olah raga atau lebih memilih makanan yang tidak sehat. "Saya pikir masalah yang lebih besar dari stres adalah bahwa anda kemudian berhenti menyisihkan waktu untuk berolah raga, berhenti memeriksakan gula darah anda secara teratur, dan berhenti membuat rencana untuk makanan."

Cara terbaik untuk memecahkan lingkaran itu adalah kembali ke jalur perawatan diabetes anda yang benar -- meskipun itu hanyalah berupa langkah kecil seperti berjalan kaki selama 15 menit di siang hari. "Bahkan jika anda mengalami stres atau di kejar batas waktu, jangan buat keputusan untuk pergi ke restoran cepat saji seperti McDonald."

Guzman, yang mengajar kelas diabetes dan depresi, berkata bahwa mengambil bagian dalam sebuah kelompok juga membantu menghilangkan kegelisahan untuk beberapa orang. "Menemukan tempat di mana anda bisa datang, berbicara, mendapat dukungan dan bisa merasakan bahwa anda tidak sendiri, itu semua mengandung nilai pengobatan."

KARENA DIABETES BUKAN AKHIR SEGALANYA

Insiden diabetes mellitus atau kencing manis yang meningkat sejalan dengan instanisasi dan modernisasi kehidupan telah menyita perhatian dari sejumlah kalangan.

Ditambah lagi, penyakit degeneratif ini merupakan penyakit yang sukar disembuhkan dalam sekejap dan tidak jarang harus berakhir dengan kematian akibat komplikasi atau semacamnya. Saat ini terdapat tidak kurang dari 230 juta penduduk dunia yang mengidap diabetes dan diperkirakan angka ini akan terus bertambah. Di Indonesia sendiri tercatat sedikitnya 8.4 jiwa mengidap diabetes.

Meski begitu, selalu ada cara untuk menyembuhkan atau paling tidak mengendalikan. Untuk diabetes mellitus tipe 2, gaya hidup tidak sehat merupakan faktor utama yang memicu terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu, dalam mencegah dan mengontrol diabetes, gaya hidup harus diatur sedemikian rupa supaya mengarah kepada gaya hidup sehat. Selain aktivitas fisik dan keteraturan biologis, makanan merupakan komponen yang paling berperan dalam penerapan pola hidup sehat. Bukan hanya itu, makanan dan apa yang dimakan juga sangat menentukan akan ke mana penyakit diabetes mellitus tersebut bermuara.

Sekilas Tentang Diabetes

Sekalipun penyakit diabetes sudah dikenal sejak 2000 tahun silam, pengobatan optimal baru dijalankan sejak 100 tahun yang lalu, tepatnya sejak ditemukan obat insulin. Namun, para ahli menyadari bahwa insulin saja tidak cukup ampuh untuk menyembuhkan diabetes. Oleh karena itulah, berbagai terobosan terus dilakukan.

Bukan menakut-nakuti, tetapi semua orang bisa terkena diabetes, pria atau wanita, tua atau muda. Risiko meningkat seiring dengan peningkatan usia, terutama di atas 40 tahun. Penderita kegemukan memiliki peluang lebih besar untuk menderita diabetes mellitus, terutama mereka yang memiliki akumulasi lema di area perut. Hal ini dikarenakan semakin banyak jaringan lemak, maka semakin terhambat pula kerja insulin. Sementara, insulin merupakan hormon yang bertanggung jawab menurunkan lonjakan kadar gula dalam darah.

Belakangan, ras juga disebut-sebut berkontribusi terhadap risiko terjadinya diabetes mellitus. Dibanding Kaukasian, orang-orang kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi. Riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus serta penyakit seperti darah tinggi dan penyakit jantung juga turut mendukung terjadinya diabetes mellitus di kemudian hari. Mereka dengan gaya hidup tidak sehat, misalnya kurang berolahraga, konsumsi tinggi makanan berlemak, serta stress juga rentan terkena diabetes.

Diabetes mellitus sendiri merupakan salah satu kelainan metabolisme akibat gangguan dari sekresi ataupun kerja insulin yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas akibat stimulasi dari kadar gula dan asam amino (rombakan protein) darah yang tinggi. Oleh karena itu, biasanya hormon ini dikeluarkan lebih banyak selepas makan. Insulin berfungsi menurunkan kadar gula darah dengan cara mengubah gula tersebut menjadi cadangan-cadangan makanan.

Ada tiga jenis diabetes yang dikenal dunia medis. Pertama, diabetes mellitus tipe 1 yang timbul akibat gangguan pankreas alias pabrik insulin. Lebih jauh lagi, kerusakan tersebut akan menyebabkan defisiensi insulin absolut atau insulinopenia sehingga kadar glukosa darah tidak terkendali. Biasanya diabetes tipe 1 berhubungan dengan masalah genetik, lebih sering diakibatkan proses autoimun (antibodi tubuh menganggap sel di dalam tubuh kita sendiri sebagai benda asing yang harus diperangi) tetapi bisa juga didapat karena agen-agen (virus dan berbagai bahan kimia lain) yang merusak sel pankreas.

Berikutnya adalah diabetes mellitus tipe 2 yang insidensinya mengalami peningkatan dramatis sejalan dengan peningkatan insiden kegemukan. Di sini terjadi resistensi insulin, yaitu keadaan di mana insulin dihasilkan oleh sel beta pankreas tetapi tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan berbagai masalah, misalnya kadar lemak yang tinggi, kelainan pada reseptor insulin, serta sederet persoalan yang sifatnya lebih molekuler. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan kadar glukosa darah tetap tinggi sehingga sel pankreas tetap terstimulasi untuk menghasilkan insulin. Akibatnya, terjadi pula keadaan hiperinsulinemia.

Tipe diabetes lain yang lebih spesifik yaitu diabetes gestasional, merupakan diabetes yang terjadi saat kehamilan. Kondisi ini tentu saja membahayakan ibu dan janin. Dalang dari kejadian tersebut masih kontroversi, tetapi diduga berawal dari hormon glukogenik seperti hPL (hitman Placental Lactogen) serta enzim insulinase yang dihasilkan oleh plasenta (hanya ada saat hamil). Meski diabetes akan menghilang sejalan dengan terminasi kehamilan, ibu yang pernah mengalami diabetes gestasional berisiko menderita diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari.

Ada pula diabetes yang tidak termasuk ke dalam semua katagori di atas dan merupakan diabetes sekunder atau diabetes akibat komplikasi dari penyakit lain yang mengganggu produksi insulin. Sebut saja radang pankreas, pemakaian obat kortikosteroid, infeksi, gangguan nutrisi.

Seperti yang telah disebutkan, dari semua ragam diabetes, diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes mellitus yang paling dipengaruhi oleh gaya hidup, mulai dari inaktivitas fisik sampai pola makan tidak sehat. Oleh karena itu, salah satu upaya pengobatan dari diabetes mellitus tipe 2 adalah memperbaiki gaya hidup.

Diabetes mellitus diidentikkan dengan keadaan peningkatan kadar gula darah. Berikut adalah table kisaran kadar gula darah.

Glukosa Darah Puasa

Kondisi Kisaran Kadar Glukosa Darah

Normal <>125 mg/dL (6.9 mmol/L)

Glukosa 2 Jam Setelah Makan

Kondisi Kisaran Kadar Glukosa Darah

Normal <140>199 mg/dL (11.1 mmol/L)

Kadar gula darah yang tinggi dapat mengantarkan seseorang kepada berbagai keadaan yang tidak menyamankan, seperti banyak makan, banyak minum, banyak buang air, serta penurunan berat badan. Di samping itu, kadar gula darah yang tinggi juga menyebabkan penderita sering mengalami kesemutan, proses penyembuhan luka terhambat, gusi merah dan bengkak, gatal-gatal, disfungsi ereksi, serta kelelahan. Lebih jauh lagi, dapat timbul berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf, bahkan jantung.

Diet Penderita Diabetes

Tujuan manajemen diet pada penderita diabetes mellitus yaitu untuk mengontrol kadar gula darah sehingga tetap berada pada batas normal, mendekati normal, atau paling tidak berada dalam kisaran aman supaya tidak terjadi komplikasi. Selain itu, pengaturan diet juga ditujukan untuk memperbaiki derajat kesehatan dengan pemilihan makanan sehat. Perubahan pola makan diharapkan akan meningkatkan sensitivitas insulin secara langsung maupun tidak langsung dan memperbaiki status metabolik.

Diet penderita diabetes mellitus kali ini akan lebih dititikberatkan pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Diharapkan manajemen diet yang berjalan beriringan dengan terapi farmakologis obat-obatan akan memperbaiki dan meningkatkan angka harapan hidup mereka.

Sejatinya penderita diabetes mellitus boleh menikmati semua jenis makanan. Hanya saja, harus disesuaikan dengan keadaan diabetes. Misalnya, dengan mengurangi gula atau karbohidrat, mengatur waktu makan, sampai mengubah cara penyajian. Tidak ada pola diet khusus untuk penderita diabetes mellitus tetapi ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian khusus. Sekalipun ada sejumlah pantangan, penderita diabetes harus tetap mendapatkan nutrisi dan energi yang cukup.

Manusia, termasuk juga penderita diabetes membutuhkan berbagai macam nutrisi. Tidak ada satu jenis makanan pun yang dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi. Oleh karena itulah, penganekaragaman jenis makanan sangat penting.

Karbohidrat merupakan sumber gula yang paling utama. Oleh karena itu, perencanaan utama untuk diet penderita diabetes adalah karbohidrat.

Karbohidrat mencakup serealia, beberapa buah dan sayur, serta susu rendah lemak. Peniadaan karbohidrat dari menu harian sungguh tidak dianjurkan karena penderita diabetes disarankan untuk memperoleh 45-60 persen kalori per harinya dari sumber makanan karbohidrat. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah kekonstanan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.

Lonjakan mendadak akan membuat tubuh tidak mampu mentolerir. Di samping itu, penderita lebih dianjurkan untuk mengonsumsi sumber makanan karbohidrat yang kaya serat, seperti sereal, buah, sayur, maupun kacang-kacangan. Kebutuhan serat setidaknya harus mencapai 20-35 gram/hari.

Serat juga membawa manfaat positif bagi penderita diabetes, antara lain memperlambat pemecahan karbohidrat dan absorbsi glukosa, memperlambat waktu pengosongan lambung, menurunkan kadar glukosa puasa dengan memperbaiki resistensi insulin, serta membantu memberikan sensasi kenyang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah setelah konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat antara lain jumlah yang dikonsumsi, jenis makanan yang dikonsumsi, proses pengolahan, bentuk makanan, serta makanan atau obat tertentu yang memperlambat atau mempercepat pencernaan.

Penderita diabetes dianjurkan untuk membatasi konsumsi gula atau makanan yang mengandung gula. Gula alami seperti fruktosa yang terdapat dalam buah-buahan tidak perlu dibatasi secara berlebihan. Penggunaan pemanis buatan untuk penderita diabetes diperbolehkan oleh FDA selama berada dalam batas yang sewajarnya.

Penderita diabetes mellitus yang tidak mengalami komplikasi kelainan ginjal dianjurkan untuk mengonsumsi sumber makanan protein sekitar 15-20 persen dari total kebutuhan kalori harian. Jumlah ini sebanding dengan 0.8 gram protein/kgBB/hari. Jika terdapat gangguan ginjal, maka asupan protein harus dikurangi menjadi 10 persern

Selain karbohidrat, lemak juga memainkan peran penting dalam memicu terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Oleh karenanya, manajemen diet lemak juga harus mendapat perhatian khusus.

Ada tiga macam lemak dalam makanan.

1. Lemak jenuh yang mengandung banyak kolesterol, bisa menumpuk di dinding pembuluh darah, menyebabkan mulai dari penyakit jantung sampai kematian.

2. Lemak tidak jenuh rantai ganda yang baik untuk kesehatan dalam jumlah yang tidak berlebihan karena berpotensi menurunkan kolesterol.

3. Lemak tidak jenuh rantai tunggal yang juga dapat menurunkan kolesterol dalam jumlah tertentu.

Penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans (lemak yang diperoleh dari hasil pemanasan). Lemak tidak jenuh rantai tunggal dapat digunakan sebagai pengganti dari lemak jenuh. Beberapa bahan makanan yang mengandung lemak tidak jenuh rantai tunggal seperti minyak zaitun, minyak kacang, alpukat, kacang, minyak jagung. Konsumsi lemak jenuh yang diperbolehkan untuk penderita diabetes harus <>
Konsumsi kolesterol tidak boleh lebih dan 300mg/hari. Selain membantu menurunkan kadar kolesterol jahat, diet rendah lemak juga membantu penurunan berat badan, yang mana kita ketahui bahwa obesitas merupakan salah satu risiko diabetes mellitus tipe 2. Jumlah lemak yang boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes hanya 20-35 persen dari kebutuhan kalori total. Selanjutnya, penurunan berat badan akan memperbaiki keadaan resistensi insulin sehingga secara tidak langsung turut menurunkan kadar gula darah, kolesterol darah, serta tekanan darah. Sementara itu, penderita diabetes dapat memperoleh vitamin dan mineral melalui sayur serta buah.
Penggunaan suplemen tidak dianjurkan kecuali dalam keadaan tertentu dan pemenuhan nutrisi melalui makanan alami masih menjadi prioritas. Mineral terterntu seperti natrium atau garam hanya diperbolehkan sampai batas maksimum 3000 mg/ hari. Ada baiknya jika pasien diabetes mendapatkan makanan dalam porsi kecil untuk dibagi dalam lima atau enam porsi. Hal ini penting untuk mencegah lonjakan glukosa darah. Di samping itu, hal yang tidak kalah penting adalah konsistensi dari jumlah makanan dan waktu pemberian makan dari hari ke hari. Selain melalui manajemen diet, terapi tanpa obat untuk penderita diabetes mellitus juga dapat dilakukan dengan peningkatan aktivitas fisik atau olahraga.
Olahraga akan membantu glukosa supaya dapat digunakan oleh sel. Dengan kata lain, olahraga memungkinkan penggunaan glukosa oleh otot serta memperbaiki keadaan diabetes mellitus tipe 2. Olahraga yang teratur terbukti efektif mengontrol kadar glukosa darah serta berkontribusi dalam penurunan berat badan. Sebagai langkah awal, pasien diabetes disarankan untuk melakukan olahraga sesuai kemauan dan kemampuannya kemudian terus ditingkatkan sampai 30-45 menit 3-5 hari per minggu.***

MEMANTAU DIABETES SECARA MANDIRI

Diabetes melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik kadar gula darah berlebihan (hiperglikemia). Ini terjadi karena kelainan sekresi insulin, resistensi insulin, atau kedua-duanya. "Pada kasus kronis, ada kaitannya dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah," papar dr Ida Ayu Kshanti dari bagian Penyakit Dalam RSUP Fatmawati di Jakarta, beberapa waktu lalu. Penyakit ini, paparnya, ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk memroduksi atau menggunakan hormon insulin secara tepat. Ada tiga tipe utama diabetes yang ditentukan berdasarkan ketergantungannya terhadap insulin.

Diabetes tipe 1 sangat tergantung insulin (juvenile-onset). Ini terjadi pada usia balita dan anak. Prevalensinya mencapai 5-10 persen dari seluruh penderita diabetes. Pada tipe 2 tubuh tak bisa memroduksi insulin secara memadai. Sebanyak 85-90 persen penderita diabetes terkena tipe ini. Tipe ini terutama terjadi pada penderita berusia lebih dari 40 tahun. Sedangkan tipe 3 adalah diabetes gestational, yakni merupakan bentuk resistensi insulin sementara yang mungkin terjadi selama masa kehamilan. Sebanyak empat persen wanita hamil menderita tipe ini. Diabetes melitus saat ini dapat ditemukan hampir di tiap populasi di dunia. Bukti-bukti epidemiologi menyebutkan bahwa tanpa program-program pencegahan dan pengendalian yang efektif, diabetes akan terus meningkat secara global.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2000 hampir 180 juta orang menderita diabetes. Di negara maju diabetes menjadi penyebab kematian nomor empat atau lima. Di Indonesia angkanya mencapai 5,6 juta penderita. Sebanyak 1,2-2,3 persen terjadi pada usia di atas 15 tahun. Diperkirakan, pada 2020 penderita DM mencapai 8,2 juta orang. Diabetes menimbulkan komplikasi arteri koroner dan penyakit jantung periferal, stroke, diabetes neuropati, amputasi, gagal ginjal, dan kebutaan. Juga menyebabkan meningkatnya ketidakmampuan, menurunkan harapan hidup, dan menimbulkan biaya kesehatan sangat besar.

Tes mandiri
Swamonitor (memantau sendiri) gula darah merupakan komponen dasar untuk memahami diabetes dan mengelolanya dengan baik. Dengan memantau gula darah sendiri, penderita diabetes dapat berperan lebih aktif dalam penatalaksanaan diabetesnya. Saat ini ada perangkat yang memudahkan penderita penyakit kencing manis untuk memantau kadar gula dalam darahnya. Alat ini dinamai Accu-Chek Go.

"Kebutuhan mendasar bagi orang dengan diabetes adalah mengetes gula darah mereka berkali-kali dalam satu hari. Perlu alat tes yang dapat dioperasikan dengan mudah dan nyaman serta memberikan hasil terpercaya," jelas dr Beny Kurniawan, manajer pemasaran PT Roche di Jakarta, beberapa waktu lalu. Faktor-faktor itu mendorong para peneliti untuk meningkatkan swamonitor diabetes yang dapat memberikan solusi tes yang lebih unggul bagi penderita diabetes. Hasilnya adalah alat yang dilengkapi dengan alarm pengingat yang memberi peringatan jika hasil tes tidak normal, dan tombol

ejector strip yang lebih nyaman. Strip tes Accu-Chek Go memiliki sistem pengisian kapiler. Sampel darah dalam ukuran sangat sedikit (kurang dari 1.5 mikroliter) dimasukkan ke dalam meter (alat pengukur) melalui strip kapiler. Caranya, tes strip dimasukkan ke dalam meter. Ini akan secara otomatis menyalakan meter. Darah yang dikeluarkan dari jari dengan tusukan jarum akan diserap sendiri oleh strip tadi (cara kerja secara kapiler). Dalam waktu lima detik kemudian hasilnya akan ditayangkan oleh monitor pada meter. Pemakai tak perlu repot membuang strip yang sudah terpakai karena tombol ejector strip akan membuang sendiri. Setiap strip tes otomatis terdapat data kedaluwarsa sehingga pasien mengetahui batas waktu penggunaannya. Selain itu, sampel darah dinilai higienis karena ditempatkan di luar alat meter. Strip tes menyerap darah.

Fitur lain yang dapat digunakan dalam alat ini adalah alarm dengan tiga program waktu sebagai pengingat pasien untuk memeriksakan kadar gula darahnya. Juga terdapat fitur menu simbol metode sampling di luar jari, dan menu peringatan ambang hipoglikemia (kadar gula rendah). Semua data yang masuk ke dalam alat ini disimpan secara otomatis sebanyak 300 hasil tes dengan waktu dan tanggal masuk uji. Data itu dikelola dalam sistem kalkulasi nilai rata-rata dalam 7, 14, atau 30 hari terakhir. Transfer data ke komputer menggunakan teknologi sinar infra merah yang ada dalam perangkat alat ini. Semua itu memudahkan bagi penderita untuk memantau kadar gula darah dalam mengontrol penyakit yang dideritanya secara mandiri.

Kontrol Rutin

Penyakit diabetes melitus (DM) lebih banyak disebabkan karena pola hidup tak sehat. Menurut dr Ida Ayu Kshanti dari bagian Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, mereka yang sudah mengalami DM sebaiknya menerapkan pola hidup sehat. "Semakin tak sehat pola hidupnya, maka risiko terjadinya diabetes semakin besar," tuturnya.

Mereka yang mengidap DM perlu mengontrol kadar gula darahnya secara rutin karena kadar gula darah dapat melonjak sewaktu-waktu bila tidak terpantau dengan baik. Yang dikontrol adalah hiperglikemia (kadar gula darah terlalu tinggi), dan menghindari terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah). Kedua kondisi ini bila dibiarkan bisa mengakibatkan penyakit semakin parah dan terjadi komplikasi. Kadar gula darah dikontrol sebelum dan setelah makan, beberapa kali dalam sehari. Selain melakukan kontrol secara rutin, menurut Ida, kegiatan fisik seperti latihan jasmani perlu dilakukan secara teratur.

Berolahraga dapat memperbaiki kadar gula darah, mempertahankan berat badan ideal, dan yang penting adalah mengurangi komplikasi diabetes. Langkah yang juga penting adalah konsultasi secara teratur dengan dokter atau edukator diabetes. Ida juga menegaskan bahwa penderita diabetes itu perlu mengontrol pola makannya dan mematuhi pengobatan sesuai saran dokter. Hasil penelitian, kontrol diabetes ternyata mengendalikan DM tipe 1 dan menurunkan komplikasi sebesar 20-30 persen. Dalam kadar gula darah terdapat unsur HbA1c yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Setiap penurunan 1 persen dari HbA1c akan menurunkan risiko komplikasi sebesar 35 persen.