Thursday 26 November 2009

TAHUN 2012 LAPAN PANTAU KONDISI ANTARIKSA

Terjadi Gangguan Navigasi, Telekomunikasi, & Listrik

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan meluncurkan satelit kembar tahun 2011 yang melintasi wilayah Indonesia setiap 90 menit.

Satelit ini dipersiapkan untuk mitigasi (peringatan) bencana di negeri ini.

Lembaga yang diko­man­doi Adi Sadewo Salatun juga me­mantau kondisi antariksa tahun 2012. Sebab, diperkirakan terjadi fe­nomena matahari yang meng­gang­­gu navigasi, teleko­mu­nikasi, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Pemantauan LAPAN tahun 2012 tidak ada kaitannya dengan film ‘kiamat’ 2012 yang meng­he­bohkan itu.

Ini memperlihatkan LAPAN berupaya melakukan tugasnya meski anggaran terbatas. Ma­ka­nya penilaian pengamat pe­ner­bangan, pakar telekomunikasi dan tek­nologi, bekas anggota DPR, dan ang­gota DPR ada 7 ke­ber­ha­silannya. Sementara ke­gagalan ju­ga 7, sehingga hasilnya re­mis alias 0 ( 7 keberhasilan – 7 kegagalan = 0).

Penilaian Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenneg PAN) juga sedang-se­dang saja, yakni ranking 21 dari 74 in­sta­nsi pe­me­rintah.

Pe­ni­lai­an ki­nerja ini ber­da­sar­­kan Sis­tem Akun­­ta­bilitas Kinerja In­stansi Pe­merintah (SAKIP) yang me­liputi peren­ca­naan kinerja, peng­­uku­ran kinerja, pela­po­ran ki­ner­ja, eva­lua­si kinerja, dan capaian kinerja.

Bekas Anggota Komisi VII DPR, Nizar Dahlan mengatakan, kinerja LAPAN kurang maksimal. Sebab, tidak ditangani secara profesional. Kemudian SDM yang ahli di bidangnya juga masih kurang.

“Dulu LAPAN pernah dipim­pin yang ahli di bidang keuangan, tapi kurang ahli di bidang tek­no­logi. Ini tentunya tidak pro­fe­sional,” katanya.

Menurutnya, teknologi kedir­gan­taraan di dunia sudah sangat ma­ju, namun teknologi di negeri ini jauh tertinggal. “Ini akibat pe­nem­patan tenaga ahli dan se­mangat kerja sangat lemah,” katanya.

Hal lain kata dia, ketersedian anggaran APBN untuk LAPAN ini relatif kecil, implikasinya LAPAN tidak bisa berkembang.

Ke depan, kata dia, reformasi birokrasi harus dilakukan demi meningkatkan kinerja LAPAN. Selain itu, anggarannya juga harus ditingkatkan.

‘’Terjadi Fenomena Matahari Pada 2012’’
Adi Sadewo Salatun, Kepala LAPAN

Kepala LAPAN, Adi Sade­wo Salatun mengatakan, pi­hak­nya sudah membuat program prio­ritas LAPAN pada 2008-2014, salah satunya Roket Pe­ngorbit Satelit (RPS).

Untuk mewujudkan RPS, lan­jutnya, 2 Juli 2009 sudah ber­hasil menguji terbang RX 420 dengan jarak jangkau 150 kilometer.

“Jika diumpamakan RX 420 dapat menempuh jarak dari Ja­karta ke Garut dalam waktu tiga menit,” katanya saat rapat de­ngar pendapat (RDP) dengan DPR, belum lama ini.

Selain itu, lanjutnya, pihak­nya juga sudah berhasil mem­buat Satelit LAPAN-TUBsat yang diluncurkan pada tahun 2007 hingga kini masih ber­fung­si dengan baik dan ber­man­faat bagi pembangunan na­sional. Salah satu contoh pe­man­faatan satelit ini adalah me­matau perkembangan pem­ba­ngunan jembatan Suramadu sejak 2007 hingga 2009.

Menurut Adi, LAPAN akan meluncurkan satelit kembar pada 2011. Satelit yang ditem­patkan pada orbit ekuatorial ter­sebut bekerja secara realtime dan detail. Satelit tersebut akan melintas di atas wilayah In­donesia setiap 90 menit dan dipersiapkan untuk mitigasi bencana di wilayah Indonesia.

Di bidang penginderaan jauh, Adi menjelaskan, LAPAN telah bekerja sama de­ngan lembaga pemerintah, swas­ta, perguruan tinggi, dan lem­baga swadaya masyarakat un­tuk mendukung program pem­bangunan nasional. Kerja sama tersebut antara lain de­ngan berbagai pemerintah daerah, BPK, Departemen Ke­hutanan, Departemen Perta­nian, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Sepu­luh November (ITS).

Salah satu kegiatan LAPAN dalam penelitian sains dirgan­ta­ra adalah pengamatan ma­ta­hari. ‘’ Terjadi fenomena ma­ta­hari pada 2012 merupakan pun­cak aktivitas matahari yang me­miliki siklus setiap 11 tahun. Hal tersebut akan menganggu navigasi, telekomunikasi, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN),’’ paparnya.

Untuk itu, lanjutnya, LAPAN secara terus menerus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

‘’Tak Ada Kaitannya Dengan Film 2012’’
Elly Kuntjahyowati, Kabag Humas & Kerja Sama Kedirgantaraan LAPAN

Kepala Hubungan Masyakarat (Kahumas) dan Kerja Sama Ke­dir­gantaraan LAPAN, Elly Kuntjah­yowati mengatakan, pihak­nya sudah banyak meng­ha­silkan terobosan.

‘’Banyak hasil yang sudah di­peroleh dari masing-masing De­puti di bawah LAPAN,’’ ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di kantornya, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, LAPAN memiliki tiga deputi. Pertama, Deputi Peng­inderaan Jauh, di Pekayon Jakarta, memantau satelit dan sta­siun bumi yang bertugas untuk pengolahan data dan pemanfaatannya.

Kedua, Deputi Bidang Tek­nologi Kedirgantaraan terletak di Ramping dan Bogor. Deputi ini me­luncurkan banyak roket. Mulai dari roket yang besar sam­pai kecil.

Ketiga, Deputi Sains, terle­tak di Bandung. Deputi ini me­mantau model iklim, pengukuran ionesfer dan pemantauan cuaca antariksa, termasuk kondisi tahun 2012.

‘’Kami memantau kondisi antariksa tahun 2012, tapi ini tak ada kaitannya dengan film 2012,’’ ujarnya.

Dikatakan, tahun 2011 Deputi Kedirgantaraan juga akan membuat dua satelit bekerja sama dengan isro. Satelit tersebut, rencananya akan diluncurkan di Indonesia.

“Dulu kita membuat satelit Lapan Indonesia. Sekarang kita akan meluncurkan roket dan satelit pada tahun 2012 yakni 8A2 dan 8 orari. Untuk tahun 2011 kami melun­curkan Tubsat polar,” terangnya.

Menurutnya, kalau ingin Indonesia disegani negara lain, tentu harus menguasai Iptek. ‘’Jadi, penelitian adalah nomor satu untuk bisa maju,” ucapnya.

Diakuinya, anggaran memang terbatas, tapi pihaknya melaku­kan penelitian sesuai dengan ang­garan itu. “Ada duit sekian, kita buat segitu. Pokoknya kita se­suai­kan saja dengan anggaran yang ada,” katanya.

‘’Penelitian jalan terus walau anggaran minim. Kami punya kesadaran untuk membangun Indonesia lebih maju,” tuturnya.

‘’Berhasil Ciptakan Roket’’
Romahurmuziy, Anggota Komisi VII DPR

Sebagai lembaga pengem­ba­ngan teknologi tentu LAPAN membutuhkan biaya sa­ngat besar. Tapi APBN tidak mampu memberikan dana yang cukup, sehingga hasilnya juga kurang memuaskan.

Demikian disampaikan ang­gota Komisi VII DPR, Roma­hur­muziy, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Walau keterbatasan ang­ga­ran, lanjutnya, LAPAN ber­ha­sil melakukan penemuan-pe­ne­muan yang sangat berarti bagi bangsa ini. “Salah satunya ber­hasil ciptakan roket yang suk­ses diujicobakan belum lama ini,” katanya.

Dikatakan, LAPAN juga ber­­peran aktif dalam penelitian-pe­nelitian untuk pengem­ba­ngan teknologi. “Kalau dilihat dari sisi keterbatasan dana tapi ada prestasi, LAPAN nilainya sudah sembilan,” ujarnya.

Menurutnya, kalau menye­suaikan dengan pengembangan teknologi internasional, tentu biaya sangat besar, bisa mencapai miliaran dolar AS, bahkan tidak terbatas.

‘’LAPAN sebenarnya sama dengan NASA, tapi dalam sisi anggaran seperti memban­ding­kan bumi dengan langit. APBN baru bisa mengeluarkan dana se­kitar Rp 10 miliar. Ini ten­tunya tidak sepadan. Makanya ja­ngan terlalu berharap LAPAN seperti NASA,” ucapnya.

Ke depan, kata dia, program pemberangkatan astronot bisa kembali digalakkan. Pro­gram ini selain untuk me­naik­kan citra Indonesia di mata inter­nasional, juga me­nun­jukkan kualitas teknologi di negeri ini.

LAPAN hendaknya bisa kon­sen­trasi dalam teknologi perta­ha­nan udara dan bio teknologi yang selama ini dijalankan. “Saya kira itu juga merupakan hal yang sangat bermanfaat,” katanya.

’’Walah, Jarang Lakukan Riset’’
Dudi Sudibyo, Pengamat Penerbangan

Kinerja’LAPAN dinilai be­lum maksimal dalam mela­ku­kan riset pengembangan tek­no­logi penerbangan dan antariksa.

Hal ini dikatakan pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, ke­pada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Dikatakan, LAPAN merupa­kan lembaga yang mempunyai pe­ranan penting dalam per­kem­bangan teknologi dan per­ta­hanan suatu negara. Indonesia, lanjutnya, sudah ke­tinggalan jauh dalam riset pe­nerbangan dan antariksanya China. Padahal sebelumnya bersama-sama mengem­bangk­an teknologi.

“Kejayaan penerbangan dan antariksa Indonesia terjadi pada masa pemerintahan Soekarno, saat itu berhasil membuat roket yang canggih dan ditakuti negara tetangga,” katanya.

“Indonesia juga menjadi ne­gara yang terkuat di udara, ka­rena memiliki pesawat tempur yang hebat, namun sekarang yang terjadi malah sebaliknya,” tambahnya

Menurutnya, LAPAN meru­pakan lembaga yang sangat pen­ting dan diperlukan. Ame­rika saja bisa mengirim orang ke bulan dan memiliki mesin pe­rang canggih, karena me­man­faatkan teknologi hasil riset dari NASA.

“Indonesia dalam bidang penerbangan dan antariksa sampai sekarang terus keting­ga­lan, padahal negara lain sudah mengorbitkan orang ke bulan,” ujarnya.

Dudi menilai, kelemahan dari LAPAN adalah minimnya riset, karena tidak didukung oleh anggaran yang memadai, sehinga mereka sekarang hanya melakukan eksperimen yang sifatnya kecil.

“Walah, jarang lakukan riset, gimana mau berkembang. Me­mang ada upaya perbai­kan, mi­sal­­nya, belum lama LAPAN sudah mu­lai me­lun­curkan roket baru,” paparnya.

‘’Nggak Ada Terobosan Spektakuler Tuh...’’
Murodi, Pakar Komunikasi & Teknologi

Kinerja LAPAN kurang me­muaskan. Sebab, hampir tidak ada langkah-langkah spek­takuler yang dibuat.

“Nggak ada terobosan spek­takuler tuh. Jadi, kinerjanya tidak kelihatan,” katanya kepada Rak­yat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Padahal, lanjutnya, LAPAN sudah memenuhi standar se­buah lembaga riset yang be­r­taraf internasional.

Namun sayang, kata dia, kurang perhatian dari pe­me­ritah, sehingga keberadaanya se­olah tidak ada artinya. Pa­dahal beberapa karya besar sudah ditorehkan. Misalnya, penemuan roket yang sukses diujicobakan. “Ini sebuah kesuksesan sejak reformasi. Tapi gara-gara tidak didukung dana yang cukup, yang dicapai itupun memudar,” katanya.

Menurutnya, DPR hen­dak­nya ikut meyakinkan pe­me­rintah agar anggarannya di­naikkan, sehingga lembaga itu bisa menghasilkan produk bertaraf internasional.

’’Kurang Sosialisasi Saja’’
Roy Suryo, Pengamat Teknologi

Pengamat teknologi Roy Suryo mengatakan, kinerja LAPAN sudah cukup baik, namun masih lemah dalam so­sialisasi, sehingga tidak begitu ter­dengar keberhasilan.

‘’Kurang sosialisasi saja deh, sehingga nggak ketahuan apa yang sudah dicapainya,’’ ujar Roy Suryo kepada Rakyat Mer­deka, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, belum lama ini LAPAN berhasil meriset dan memproduksi roket experimental jarak dekat dan menjalin ko­munikasi dengan organisasi pencinta antariksa internasional.

“Pekan lalu, LAPAN ber­hasil merayakan tahun astro­no­mi internasional dengan melak­sanakan kegiatan festival sains-antariksa 2009,” katanya.

Menurutnya, ke depan LAPAN harus membuat ke­giatan yang populis, agar bisa menarik bagi masyarakat dan kelihatan kiprahnya. Tidak tertutup seperti sekarang.

‘’Prestasinya Malah Menurun’’
Alimin Abdullah, Politisi PAN

Kinerja LAPAN dalam me­ngem­bangkan teknologi pe­ner­bangan dan antariksa masih belum membuahkan hasil se­cara maksimal.

‘’Prestasinya malah menurun kok,’’ kata politisi Partai Ama­nat Nasional (PAN), Alimin Abdullah, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurut anggota Komisi VII DPR itu, menurunnya prestasi LAPAN, karena dipengaruhi mi­nimnya anggaran untuk melakukan penelitian.

“Jika dilihat dari tenaga ahlinya, saya rasa LAPAN sudah memiliki SDM yang sudah cukup baik. Yang menjadi masalah adalah kekurangan anggaran,” katanya.

“Jadi, wajarlah kalau tek­no­logi penerbangan dan antariksa Indonesia berjalan di tempat, sehingga kita sudah ke­ting­galan dari Korea,” tambahnya.

Diharapkannya, kalau ke­uangan Indonesia yang se­makin membaik, pemerintah hen­daknya memberikan alokasi dana yang cukup untuk LAPAN. “Jika tidak dilakukan ma­ka kita akan semakin ter­tinggal dalam dunia teknologi,” ujarnya.

No comments:

Post a Comment