Tuesday 6 July 2010

TEROR BOM GAS ELPIJI LEBIH BERBAHAYA DARI PADA TEROR OLEH TERORIS

Selama ini kita mengenal teror bom dilakukan oleh para teroris.  Rakyat  dibuat cemas dan dicekam ketakutan karena sewaktu-waktu bisa menjadi korban ledakan bom.

Apalagi, dalam aksinya teroris terkadang mengincar tempat-tempat yang biasanya banyak dikunjungi orang, seperti mal atau hotel. Sangat jarang terdengar teroris mengincar rumah-rumah penduduk untuk dijadikan sasaran peledakan bom.

Tetapi,kini ceritanya lain. Orang yang tinggal di rumah-rumah justru tengah dilanda ketakutan dan kecemasan yang luar biasa. Bukan oleh bom yang bakal dilempar teroris ke rumah mereka, tetapi oleh tabung gas elpiji ukuran 3 kg yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Ya tabung gas 3 kg kini seakan menjadi momok amat menakutkan bagi rakyat Indonesia. Rakyat seperti menyimpan bom yang bisa meledak kapan saja. Ancaman menjadi korban ledakan tabung gas juga terus membayang-bayangi pikiran mereka. Mereka pantas takut karena nyawa bisa melayang dan  harta benda ludes.

Konversi minyak tanah ke gas yang yang dilakukan pemerintah sejak 2007 lalu ternyata berbuntut tidak mengenakan. Rakyat yang dipaksa menggunakan gas elpiji ukuran 3 kg justru menimbulkan teror baru bagi mereka. Padahal, dalih pemerintah ketika itu bahwa penggunaan gas lebih aman, bersih, dan hemat.

Dari data Badan Perlindungan Konsumen Nasional  (BPKN) yang dilansir sejumlah media, sebagian besar kecelakaan berupa ledakan tabung gas terutama ukuran 3 kg terjadi di Jakarta.

Pada 2007 terjadi lima kasus tidak ada yang meninggal. Tahun 2008 tercatat 27 kasus ledakan dengan 2 korban jiwa 35 luka-luka. Pada 2009 terjadi 30 kasus dengan 12 tewas dan 48 luka-luka sedangkan sampai Juni 2010 terjadi 33 kasus ledakan dengan 8 orang tewas dan 44 orang luka-luka.



Tiga tahun sejak  digulirkan, sejumlah ledakan terdengar di mana-mana. Tak hanya di Jakarta, tetapi juga di berbagai wilayah yang jauh dari pusat kota pemerintahan.  

Di Makassar, Sulawesi Selatan,sepanjang 2010 terjadi 21 kali ledakan tabung gas. Kasus serupa juga terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Lampung

Rakyat seolah harus sendirian menghadapi ledakan tabung gas ini. Padahal, ketika konversi diberlakukan mereka  dipaksa  untuk meninggalkan penggunaan minyak tanah dan beralih ke gas.

Kini ketika jumlah korban bertambah banyak, pemerintah baru bereaksi dengan membentuk  tim elpiji di bawah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono.

Meski terlambat, paling tidak pemerintah masih punya kepedulian melindungi rakyatnya. Pemerintah  berjanji akan mengawasi penggunaan semua produk terkait penggunaan tabung elpiji.

No comments:

Post a Comment