Sunday 14 August 2011

BABAK AKHIR SEBUAH KISAH TENTANG MUHAMMAD NAZARUDDIN


Buronan internasional Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, akhirnya dibawa pulang ke Indonesia. Tersangka suap proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang itu diterbangkan dengan pesawat carteran dari Bandara Bogota, Kolombia.

"Tadi diberangkatkan pukul 17.15 waktu setempat dari Bogota," kata Pejabat Fungsi Politik KBRI Bogota, Made Subagia saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat 12 Agustus 2011.

Nazaruddin dipulangkan ke Indonesia setelah ditahan kepolisian Kolombia selama sekitar lima hari. Ia ditahan karena tertangkap menggunakan paspor palsu.

Pesawat carteran itu dipiloti oleh orang Amerika Serikat. Co-pilotnya juga berasal dari negeri Paman Sam itu. "Pesawat carteran didatangkan dari Amerika,” kata Subagia. 

Biaya pemulangan Nazaruddin ini tidak murah. Untuk mencarter pesawat dari AS, pemerintah harus mengeluarkan uang Rp4 miliar. "Setara dengan biaya kecemasan dan keprihatinan terhadap kasus ini,” Subagia berkelakar.

Dia menolak untuk menyebut rute yang dilalui Nazaruddin demi alasan keamanan. Ia hanya mengatakan, total ada 12 orang di dalam pesawat. Duta Besar RI untuk Kolombia, Michael Menufandu, tidak ikut mengantarkan Nazaruddin karena kapasitas angkut pesawat yang terbatas. "Yang ada dari tim KPK, imigrasi, dan kepolisian,” ujar Subagia.
Yang penting, kata dia, tim dan rombongan yang mengawal Nazaruddin sudah lancar menjalankan tugas, sampai pesawat diterbangkan dari Bandara Bogota.

Nazaruddin diperkirakan akan tiba di Indonesia Sabtu 13 Agustus 2011. "Akan menempuh 28 sampai 30 jam perjalanan, termasuk transit, sebelum sampai ke Indonesia," kata Subagia. Tim penjemput ini adalah gabungan dari Polri, KPK, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Hukum dan HAM.

Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, pesawat yang ditumpangi Nazaruddin kemungkinan akan mendarat di Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Pesawat yang membawa rombongan Nazaruddin pagi tadi sempat transit di Barbados.

Subagia menambahkan, sebelum dipulangkan ke Indonesia, Nazaruddin telah melakukan berbagai upaya agar tidak kembali ke tanah air. Bahkan dia juga sudah mengajukan permohonan suaka politik ke pemerintah Kolombia. "Dia menyewa pengacara yang cukup terkenal untuk mengupayakan bisa mendapat suaka di Kolombia," kata Subagia.

Memang, lanjutnya, pernah ada preseden tahanan yang ditangkap di Kolombia mendapat suaka. Namun, permintaan Nazaruddin ditolak karena kasusnya menyangkut korupsi.

Apalagi, jelas Subagia, proses pengajuan suaka makan waktu lama. "Memerlukan surat kuasa, dia juga harus ke pengadilan. Tapi sebelum proses berjalan, Nazaruddin bisa dipulangkan. Saya rasa upaya itu tidak bisa terlaksana."
Sebelum diserahkan dari pihak Imigrasi Kolombia kepada pemerintah Indonesia dalam hal ini KBRI Bogota, Nazaruddin telah menjalani penahanan.  Imigrasi Kolombia punya hak 36 jam menahan. "Dari kemarin sudah ditahan, tapi sebelum 36 jam, jika pesawat siap, Kolombia bisa melakukan pengusiran," tambah Subagia.

Selama ditahan, kata Subagia, Nazaruddin ditempatkan sat sel bersama-sama dengan tahanan kriminal Kolombia.
Tidak ada permintaan makanan khusus dari Nazaruddin selama berada di sel. "Tidak. Dia juga memang ingin menurunkan berat badan. Tidak makan banyak,"

Sebelum diterbangkan ke Tanah Air, wartawan tvOne yang berada di Bogota, Muhammad Rizky, melaporkan berdasarkan tayangan video pihak imigrasi Kolombia, Nazaruddin tampak tertekan. Bobot badannya pun terlihat susut, lebih kurus dibanding saat ia masih berada di Indonesia.

Menurut pantauan Rizky, Nazaruddin tetap berpuasa selama berada di Bogota. Namun, anggota Komisi VII DPR itu selalu menolak makanan yang dibawakan oleh istrinya ke tahanan. Nazaruddin seperti kehilangan nafsu makan. Hal ini berbeda sebelum dia dibawa ke pihak imigrasi Kolombia. Saat itu ia terlihat lebih sehat dan masih kerap tersenyum.

Nazaruddin pun sempat menitipkan pesan. "Saya pesan kepada pemerintah Indonesia jangan ada rekayasa politik atas diri saya. Jangan saya dianiaya," ujarnya dalam pesan yang ditulis tangan dalam secarik kertas.

Selain bersama tim penjemput, Nazaruddin juga kembali bersama istrinya, Neneng Sri Wahyuni, dan dua temannya Rahmat Nazir dan Eng Kian Lim, seorang warga negara Singapura.

"Kami belum tahu hubungan mereka tapi dia orang yang menemani dan membantu. Semua dibawa ke sini," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam.

Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar, menjelaskan ada satu warga negara Singapura yang membantu Nazaruddin. "Dia dibantu warga negara Singapura bernama Gareth," kata Patrialis.

Misteri Tas Hitam
Saat dibekuk Kepolisian Kolombia di Cartagena, Nazaruddin diketahui membawa tas kecil berwarna hitam. Tas hitam itu kini sudah diserahkan ke penyidik KPK yang ikut menjemput Nazaruddin. "Sudah dibawa kembali ke Jakarta bersama Nazaruddin," kata Subagia.

Apakah tas masih dalam kondisi tersegel? "Memang sempat dibuka di sini. Dan diperlihatkan kepada kami semua," jelasnya. Apa saja isinya? Ada empat sampai lima telepon selular, charger HP, pulpen, dan uang dolar sekitar 20 ribu."

Sebelumnya, KPK menyatakan tas hitam itu merupakan bukti penting. "Semua yang dimiliki, yang bisa dipakai pembuktian, apapun termasuk tasnya," ujar Wakil Ketua KPK M. Jasin di Kantor KPK, Jakarta, Rabu kemarin.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, juga telah memerintahkan agar tas kecil milik Nazar diamankan. "Tidak boleh ada seorang pun yang membukanya," kata Djoko di Kantor Presiden, Selasa. Lihat video tas hitam itu di sini.

Tas hitam itu menjadi penting, karena selain berisi ponsel dan uang, juga terdapat flash disk. Namun, Subagia mengaku tidak mengetahui isi flash disk tersebut.

Keberadaan flash disk ini sempat menjadi perhatian publik. Karena, saat wawancara dengan aktivis media sosial Iwan Piliang menggunakan jalur internet Skype, Nazaruddin sempat memperlihatkan satu buah flash disk.

Dalam wawancara itu, dia mengaku sudah menyimpan semua bukti-bukti tuduhannya kepada sejumlah nama di dalam flash disk. Di dalam flash disk itu ada rekaman pertemuan antara dirinya dengan Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah di kediaman Nazaruddin, kawasan Pejaten. Chandra Hamzah sendiri membantah tuduhan itu.

Dalam flash disk itu juga Nazaruddin sempat mengaku sudah menyimpan bukti pertemuan lain dengan mantan Deputi Penindakan KPK, Ade Rahardja, termasuk aliran uang yang diterima Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Anas dan Ade Rahardja juga sudah membantah keras tuduhan itu.

Meski belum diketahui dimana Nazaruddin akan mendarat, namun, setibanya di tanah air, rencananyaakan langsung diboyong ke KPK. Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Riyanto, memastikan Nazaruddin akan langsung dibawa ke kantornya sesaat setelah mendarat. "Ya langsung ke KPK, yang punya hajat kan KPK."

Mengenai lokasi penahanan, Bibit mengaku KPK masih mensurvei sejumlah rumah tahanan. Sebab, KPK belum memiliki ruang tahanan sendiri. "Mudah-mudahan hari ini ada kepastian di mana."

Bibit mengatakan beberapa pihak sempat menawarkan menampung bekas Bendahara Umum Partai Demokrat itu. "Kapolri semalam mengatakan, Kelapa Dua (Mako Brimob) siap," tambah Bibit.

Menteri Patrialis pun sudah bersedia menampung Nazaruddin. "Karena itu tahanan KPK, maka mau menitipkan dimana itu terserah KPK. Kalau dititipkan di Rutan Kementerian Hukuk, kami jamin keselamatannya." 

Meski demikian, lokasi penahanan Nazaruddin ini sedikit terkuak. Rutan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat sedang bersiap untuk menunggu kedatangan Nazaruddin.

"Brimob hanya diminta untuk mempersiapkan sejumlah kamar tahanan," kata Kepala Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Brimob Kelapa Dua, Ajun Komisaris Besar Polisi K Budiman.

Meski Brimob diminta menyiapkan tempat hingga kini belum ada keputusan tetap lokasi penahanan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu. Keputusan lokasi tahanan Nazaruddin merupakan kewenangan KPK. "Belum ada keputusan tetap. Mengenai tempatnya nanti KPK yang memilih langsung," kata Budiman.
Dihubungi terpisah, Kepala Rutan Cipinang Suharman belum mendapat perintah untuk berkoordinasi dengan KPK. Suharman juga belum mempersiapkan tempat untuk menampung Nazaruddin. "Sampai saat ini belum ada koordinasi KPK dengan pihak Rutan."

No comments:

Post a Comment