Wednesday 21 July 2010

HARI GINI... DISKRIMINASI MASIH BERLANJUT....!?!

KOMISI Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia (Equality and Human Rights Commission/EHRC) mengestimasi, di Inggris perempuan memperoleh gaji 80% lebih rendah dibanding pria untuk pekerjaan dan di perusahaan yang sama.

Temuan ini sangat mengejutkan banyak pihak. Hasil riset yang dipublikasi akhir 2008 ini menunjukkan betapa dalam pekerjaan masih terdapat banyak diskriminasi tidak hanya atas nama gender, ras, dan bangsa. Beberapa temuan penting riset yang berjudul "Pay Gaps Across Equalities Areas" ini di antaranya, semua perempuan dari etnis minoritas memiliki kesenjangan gaji yang berbeda-beda. Adalah yang terendah, Perempuan China yang memiliki kesenjangan 9% dan diikuti Karibia (14%). Adapun kesenjangan tertinggi dialami wanita Pakistan (26%).

Sedangkan pria Pakistan memiliki gaji lebih rendah 23% dibanding pria kulit putih berkebangsaan Inggris. Kesenjangan juga dialami pria Bangladesh dan kulit hitam Afrika yang menerima gaji 21% dan 18% lebih rendah dibanding pria Inggris kulit putih. Namun, gaji antara pria China dan India tidak tampak kesenjangan jika dibanding dengan pria Inggris. Bahkan, EHRC memperkirakan, bagi pria China dan India bisa jadi mendapatkan keuntungan yang sama seperti pria Inggris. Kesenjangan gaji antara pria dan wanita dalam etnis yang sama tidaklah semuanya diteliti. Namun sebagai gambaran, rata-rata kesenjangan antara pria dan wanita Inggris sebesar 17% dan antara pria dengan wanita India 18%.

Kesenjangan bagi pria cacat juga relatif dibanding pria yang tidak cacat. Kesenjangan semakin mengecil jika membandingkan gaji wanita dan pria yang tidak cacat (16%). Wanita yang memiliki pasangan sejenis relatif tidak memiliki pengalaman kesenjangan gaji jika dibanding dengan wanita yang menikahi pria. Sementara wanita yang sudah menikah mendapatkan kesenjangan gaji 18% lebih rendah dibanding perempuan yang belum menikah, dan kesenjangan 36% jika dibandingkan dengan pria yang sudah menikah.

Pria dengan pasangan sejenis tidak memiliki pengalaman kesenjangan gaji jika dibandingkan dengan pria yang menikahi perempuan. Namun, pria yang belum menikah mendapatkan kesenjangan gaji 39% lebih dibandingkan dengan pria yang sudah menikah. Gaji yang didapatkan kaum perempuan akan semakin kecil ketika usia mereka memasuki 30-an dibanding dengan pria yang berusia 40-44 tahun.

Dibandingkan dengan pria yang berusia 40-44 tahun, kesenjangan terendah dialami wanita dengan usia 35-39 tahun (16%), wanita usia 40-44 (21%), wanita usia 45-49 dan 50-54 (23%), serta wanita usia 55-59 (28%). Untuk kategori pria berumur juga terjadi kesenjangan gaji jika dibandingkan pria pada usia produktif. Yakni pria berusia 50-54 tahun mendapatkan gaji lebih rendah 4%, pria usia 55-59 (13%), serta pria usia 60-64 tahun (24%).

"Kami tahu bahwa perbedaan dalam rata-rata penggajian memiliki beragam alasan, termasuk profil umur, level kecacatan, distribusi pekerjaan, diskriminasi, dan lebih penting kualifikasi. Adalah sangat mungkin untuk mengidentifikasi tentang kesenjangan jika penilaian dilakukan atas dasar perbandingan dalam wilayah dan ukuran yang sama," ujar EHRC dalam laporan tersebut. Asumsi yang sama juga diungkapkan Badan PBB untuk penanganan masalah ketenagakerjaan, International Labor Organization (ILO).

Menurut ILO, salah satu dimensi penting dalam mengukur kesenjangan gaji adalah perbedaan gaji yang diperoleh antara perempuan dan pria. Cara terbaik untuk menjelaskannya adalah dengan beberapa faktor, yakni pekerjaan, umur, pendidikan, pengalaman kerja, senioritas dalam pekerjaan, dan lainnya. Analisis terkini ILO atas pasar kerja di Eropa dan Asia Tengah menyimpulkan bahwa meskipun meminimalisasi kesenjangan telah menjadi kebijakan politik pemerintah, kemajuannya sangat lamban. Selain itu, situasi kesenjangan masih demikian kentara di beberapa negara.

Padahal, pada tahun 2007 Uni Eropa telah mencatat bahwa konsekuensi dari ketidaksetaraan yang dihadapi perempuan di pasar kerja akan berakibat pada kesenjangan gaji yang diperoleh. Secara rata-rata perempuan memperoleh gaji 15% lebih rendah dibandingkan pria untuk setiap jam bekerja. Di Amerika Serikat (AS), beberapa studi dari lembaga nasional menemukan bahwa kesenjangan gaji hanya bisa diatasi dengan cara yang sangat lamban. Beberapa studi menunjukkan bahwa di beberapa negara seperti Argentina, Brasil, Chili, El Salvador, dan Meksiko upah per jam pekerja perempuan hanya 80% dari upah pria per jam di semua negara.

Kecuali Argentina, dengan rasio kesenjangan 92%. Fakta dari Bangladesh menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung terkonsentrasi pada bidang pekerjaan dengan gaji rendah, dan tidak memiliki kesempatan dan akses yang sama untuk mendapatkan jenis pekerjaan seperti yang didapatkan pria di negara itu.

No comments:

Post a Comment