Sunday 31 July 2011

TERNYATA NENEK MOYANG KITA MENGUASAI TEKNOLOGI FRAKTAL

Apa yang berada di balik atau di dalam ketiga gunung di Jawa Barat yang baru-baru ini direkomendasikan Tim Katastropik Purba sebagai cadar budaya? Apakah ada bangunan buatan manusia di dalamnya? Kalau benar, bagaimana bangunan itu bisa dibangun di tempat yang begitu tinggi? Dan teknologi apa yang digunakan untuk membangunnya?
Menurut Ketua Tim Katastropik Purba, Erick Ridzky, beberapa bulan lalu tim yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden itu mendengarkan paparan dari peneliti muda Bandung Fe Institut  yang sedang melakukan riset di 10 tempat peninggalan peradaban masa lalu.
Nama-nama peneliti muda itu Hokky situngkir (32), Rolan Mauludy Dahlan (29) dan Ardian Maulana (29). Bandung Fe institute menjadi mentor resmi untuk International Conference of Young Scientist. Mereka juga telah masuk dalam First Step to Novel Prize.
Salah satu yang sedang  mereka teliti adalah candi Borobudur. Dari penelitian ini mereka menemukan bukti-nukti nenek moyang Indonesia telah mengenal bahkan menguasai teknologi berbasis geometri fraktal. Teknologi inilah yang digunakan para insinyur Kerajaan Mataram yang diperintah Raja Samaratungga dari wangsa Syailendra untuk membangun Borobudur di tahun 824. Hasilnya adalah sebuah tempat ibadah yang begitu megah.
“Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit,” ujar Erick.
“Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur,” sambungnya.
Fraktal adalah benda geometris yang kasar pada segala skala, dan terlihat dapat "dibagi-bagi" dengan cara yang radikal. Beberapa fraktal bisa dipecah menjadi beberapa bagian yang semuanya mirip dengan fraktal aslinya. Fraktal dikatakan memiliki detil yang tak hingga dan dapat memiliki struktur serupa diri pada tingkat perbesaran yang berbeda. Pada banyak kasus, sebuah fraktal bisa dihasilkan dengan cara mengulang suatu pola, biasanya dalam proses rekursif atau iteratif. Candi borobudur adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil hingga ketidakberhinggaan.
Istilah fraktal atau fractal digunakan pertama kali oleh Benoît Mandelbrot pada tahun 1975, diambil dari kata Latin fractus yang artinya "patah", "rusak", atau "tidak teratur". Sebelum Mandelbrot memperkenalkan istilah tersebut, nama umum untuk struktur seperti itu, termasuk struktur bunga salju Koch, adalah kurva monster.
Berbagai jenis fraktal pada awalnya dipelajari sebagai benda-benda matematis. Geometri fraktal adalah cabang matematika yang mempelajari sifat-sifat dan perilaku fraktal. Fraktal bisa membantu menjelaskan banyak situasi yang sulit dideskripsikan menggunakan geometri klasik, dan sudah cukup banyak diaplikasikan dalam sains, teknologi, dan seni karya komputer. Dulu ide-ide konseptual fraktal muncul saat definisi-definisi tradisional geometri Euklides dan kalkulus gagal menganalisis objek-objek kurva monster tersebut.
Sambung Erick, pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut adalah, dengan fakta bahwa Candi Borobudur ternyata dibangun dengan prinsip-prinsip fraktal, adalah apakah teori fraktal pada masa lalu telah ditemukan dan di implementasikan?
“Ini tentunya memerlukan riset yang lebih komprehensif oleh BFI dan para peneliti lain terhadap situs-situs lainya di Indonesia, baik yang telah ditemukan ataupun yang masih terkubur seperti yangg sedang ditemukan atau diteliti serius oleh Tim Katastropik Purba. Secara teknologi sangat mungkin ada bangunan di atas bukit,” demikian Erick. 

No comments:

Post a Comment