Saturday 16 April 2011

DI DUNIA MAYA DEBT COLLECTOR BUKA "PINTU BANTUAN"

MANISNYA marketing sebuah bank menawarkan jasa pinjaman uang atau kartu kredit ternyata tidak semanis penagihannya. Tak heran, banyak muncul perusahaan maupun perorangan yang menyediakan jasa penagih utang atau lebih populer dengan istilah debt collector di berbagai tempat.

Selain Citibank yang menjalin kerja sama dengan perusahaan jasa penagih yakni PT Taketama Star Mandiri dan PT Fani Masyara Prima, yang berujung kasus tewasnya Sekretaris Jenderal Partai Pemerhati Bangsa (PPB) Irzen Okta . Ternyata, masih banyak lagi bank-bank yang menggunakan jasa debt collector. Namun kerja sama antara bank dengan pihak ketiga ini kebanyakan gelap atau tidak resmi.

Saat ini, pihak yang menawarkan jasa debt collector juga dapat mudah ditemukan di dunia maya. Mereka membuka pintu bantuan dengan menjaring pengguna jasa di jaringan internet. Transaksi kesepakatan juga bisa dilakukan tanpa bertatap muka, hanya tinggal mengirimkan penawaran dalam boks email yang telah tersedia. Tinggal kirim, buat kesepakatan, dan deal kerja sama, begitulah sederhananya. 

Misalnya PT VPG, perusahaan ini dalam situsnya secara gamblang menyebutkan bergerak di bidang pelayanan jasa penagihan utang atau debt collector) dan pengamanan untuk perusahaan atau perorangan, dengan area layanan mencakup seluruh Indonesia.

Untuk jasa penagihan terdiri dari, piutang perusahaan terhadap perusahaan lain atau terhadap perorangan; outsourcing tenaga penagih, jasa penagihan utang perusahaan terhadap perorangan atau utang perorangan terhadap orang lain. Sementara untuk jasa pengaman terdiri meliputi pengaman perusahaan, aset, pengaman pribadi (Bodyguard), dan pengaman event. 

Untuk menyakinkan pengguna jasa, perusahaan ini juga menyebutkan prinsip kerja dan profesionalisme  yang dipegang sesuai dengan norma hukum, serta bertanggung jawab terhadap setiap dampak hukum yang terjadi. Selain itu, juga disebutkan cara pembayaran jasa yang menggunakan sistem success fee, yakni berupa persentase dana yang didapat tagihan. Succes Fee dibayar setelah tugas penagihan dijalankan berhasil. Persentase Succes Fee dapat dinegosiasikan tergantung tingkat tingkat kesulitan yang dihadapi. 

Namun saat dikonfirmasi ke ke nomor telepon dan ponsel yang tertera dalam alamat situsnya, perusahaan tersebut bukan bergerak dalam hal penagihan utang, melain jasa yang ditawarkan adalah membantu pihak-pihak yang kesulitan dalam pembayaran kredit bank.

Okezone pun mencoba menelusuri berbagai perusahaan jasa penyedia debt collector di Jakarta yang didapat dari sebuah blog di internet. Penelusuran di lapangan, banyak tempat jasa penyediaan yang sudah  tidak aktif lagi atau sudah berpindah alamat. 

Atau boleh jadi, mereka ini sengaja tiarap lantaran  tengah ramai dibicarakan menyusul insiden tewasnya Sekretaris Jenderal Partai Pemerhati Bangsa (PPB) Irzen Okta yang diduga kuat dianiaya oleh debt collector Citibank, di Ruang Cleo, Lantai 5 Menara Jamsostek, Jakarta. 

Ruang Cleo, atau karyawan setempat menyebutnya Ruang Moyet, tak lain sebagai ruang khusus untuk mengiterogasi nasaban bermasalah. Tak hanya tekanan psikologis, kontak fisik yang berujung tindakan kekerasan juga diduga dilakukan para tukang tagih ini agar nasabah segera membayar tunggakan kreditnya. 

Ya, hampir satu jam lamanya okezone menelusuri  jalanan di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, untuk mengkroscek nama PT SDM yang menyediakan layanan debt collector bagi perusahaan ataupun perorangan seperti yang termuat dalam situsnya. Alamat yang terdapat diblog tersebut tidak jelas.

Setelah mencari cukup lama, akhirnya mendapatkan perusahaan yang dimaksud. Tapi hasilnya nihil, ruko tiga lantai tersebut sudah tidak berpenghuni dan tanpa ada nama perusahaan. Seorang warga di sana mengatakan, PT tersebut sudah pindah dan tidak beroperasi lagi.

“Udah beberapa hari ini tutup, namun ada beberapa karyawannya yang melakukan aktivitas di sana,” terang seorang pria yang enggan disebutkan namanya saat ditanya okezone. Menurutnya, setelah adanya berita tentang kematian yang diduga oleh debt collector Citibank, perusahaan tersebut terkesan tiarap.

Bisnis Menggiurkan
Profesi tukang tagih utang memang cukup menggiurkan. Pasalnya, pandapatan yang dihasilkan cukup besar, terlebih dengan tambahan komisi atau bonus jika target terpenuhi. Maka tak heran, nasabah yang bermasalah terus diuber kemanapun pergi. 

Sulitnya mencari lapangan pekerjaan di Ibu Kota, membuat Bonar menerima tawaran menjadi debt collector. Pria berbadan tegap ini menceritakan kisahnya menjadi tukang tagih kepada okezone, baru-baru ini. 

Awalnya dengan berbekal ijasah STM, Bonar menjadi seorang security di sebuah bank di bilangan Jakarta Selatan. “Hampir dua tahun gue bekerja jadi satpam, ujung-ujungnya kontrak juga yang mengakhiri kerjaan gue,” ujar Bonar sambil menggerutu.

Empat bulan menganggur, Bonar mendapat tawaran dari rekannya menjadi debt collector. Gayung bersambut, Bonar menerima tawaran itu. Menekuni profesi debt collector memiliki risiko pekerjaan yang cukup tinggi. Namun hasilnya juga sepadan. Bonar mengaku tiap bulannya dia mengantongi penghasilan Rp5-8 juta. 

Tak sulit syarat yang dibutuhkan untuk menjadi debt collector. Sudah cukup berbekal ijasah SMA dan berbadan gempal, serta memiliki keberanian menghadapi nasabah bermasalah. “Ada juga yang hanya lulusan SMP, yang penting badan tidak terlalu besar tidak apa-apa, asal gempal,” terangnya yang menyebutkan biasanya mereka yang terjun ke dunia tagih-menagih ini didominasi dari suku tertentu.

Kata dia, penghasilan yang didapat sangat menggiurkan. “Apalagi jika mencapai target, bisa dapat bonus lumayan gede,” ujar Bonar yang bekerja sebagai debt collector untuk perusahaan pembiayaan mobil. 

Hal senada diungkap Risman, debt collector Citibank. Menurutnya, gaji debt collector terbilang cukup besar. “Bonusnya juga besar sekali, kalau sukses bisa mencapai angka Rp25 juta ke atas dan paling kecil setiap tagihan Rp2 juta,” paparnya.

Kendati demikian, banyak juga debt collector yang tidak semangat menagih tunggakan nasabah dalam nominal kecil. “Biasanya tagihan Rp10 juta mereka malas-malasan nagihnya,” ungkapnya

No comments:

Post a Comment