Sunday, 3 January 2010

GUBERNUR DITUNJUK MENDAGRI, HIDAYAT NUR WAHID MENILAI USULAN KETUA DPR TIDAK TEPAT

Mantan Ketua MPR, Hidayat Nurwahid, menilai usulan Ketua DPR, Marzuki Alie, agar gubernur ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), tidak tepat.

“Usulan tersebut tidak tepat. UUD menyebutkan kepala daerah dipilih secara demokratis. Yaitu, dipilih langsung oleh rakyat atau melalui perwakilan, DPRD. Jika ditunjuk Mendagri, berarti tidak sesuai dengan UUD,” kata Hidayat Nurwahid (minggu, 3/1/2010).

Secara pribadi, kata Hidayat, dia lebih setuju jika gubenur dan bupati dipilih oleh DPRD. Karena, menurutnya, hal ini tidak akan memboroskan anggaran negara dan tidak mengeluarkan ongkos politik yang terlalu besar. Jika dikhawatirkan terjadi money politics, dia mengusulkan, anggota KPK disuruh untuk memantau anggota DPRD yang melangsungkan pemilihan tersebut. Dengan catatan, lanjutnya, hand phone dan rekening anggota DPRD disadap oleh KPK.

Untuk diketahui, usulan Marzuki Alie tersebut dilontarkannya saat berbicara pada sebuah diskusi di kantor PB HMI, awal pekan lalu

Hepatitis B 100 Kali Lebih Berbahaya Dari Virus HIV

Selama ini, masyarakat begitu antusias memerangi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menjadi penyebab AIDS, karena penyakit ini dianggap sangat berbahaya. Padahal, virus hepatitis B 100 kali lebih infeksi dibanding HIV dan hepatitis C 10 kali lebih mudah menginfeksi dari virus HIV.

Namun, sayangnya hepatitis di­no­mor­du­akan. Hepatitis ada­lah pe­nya­kit hati terbanyak di dunia. Di In­do­nesia saja, pen­de­ri­ta he­patitis yang dirawat di rumah sa­kit ter­catat lebih dari 50 per­sen. Ada 7 juta orang Indone­sia diduga mengidap hepatitis C.

Di dunia, jumlah pengidap hepatitis B kronis diper­ki­ra­kan sekitar 250 juta dan disu­sul he­patitis C yang me­nem­pati uru­tan kedua dengan 150 juta pen­derita.

”Kedua penyakit ini be­lum men­dapat perhatian lebih seperti HIV/AIDS. Padahal, pen­derita HIV hanya di kisaran 100 juta­an,” kata Ketua Per­himpunan Pe­neliti Hati Indo­nesia (PPHI) dr Unggul Bu­dihusodo SpPD-KGEH di Ja­kar­ta, baru-baru ini.

Menurut dia, faktor penye­bab­nya adalah gaung kampanye pemberantasan virus HIV lebih besar dan banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik lokal maupun internasional yang berperan aktif membe­rantas penyakit ini.

”Untuk hepatitis, selain kesa­daran masyarakat terhadap an­camannya masih rendah, be­ritanya pun jarang di-blow-up oleh media massa. Ini yang jadi ke­kurangan,” curhat Unggul.

Padahal, menurut dia, HIV dan hepatitis B tidak jauh ber­beda. Penyakit akibat virus HIV dan hepatitis B adalah dua jenis penyakit yang hingga saat ini belum bisa disembuhkan secara total.

Bila terkena penyakit ini, penderitanya mesti meminum obat seumur hidup untuk me­nga­­tasinya. “Sebagian besar pasien hepatitis C memang sudah bisa disembuhkan secara total dengan pengobatan ter­tentu, namun tidak demikian untuk hepatitis B,” ujarnya.

Penanganan hepatitis men­jadi langkah mendesak yang tidak boleh dia­bai­kan. Pe­ningkatan kesadaran masya­rakat dan akses terhadap terapi adalah tindakan mendasar yang sangat penting diperhatikan saat ini.