Tuesday, 21 July 2009

Ibrahim Telepon Istri Sebelum Bom Meledak

Suci Hani tak punya firasat akan kehilangan suaminya untuk selama-lamanya. Namun, memang ada sesuatu yang aneh terjadi pada diri suaminya, Ibrahim. Apalagi, pada 17 Juli 2009 pagi hari, sebelum bom di Ritz-Carlton meledak, Ibrahim telepon Suci menanyakan kondisi anaknya.

"Jumat pagi-pagi, Abi (panggilan Ibrahim) telepon menanyakan anak saya yang baru masuk SMP," kata Suci Hani sambil terisak ketika ditemui di rumahnya di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Selasa (21/7/2009).

Selain menanyakan anak pertamanya, Ibrahim saat itu juga memberikan informasi bahwa dirinya kebagian masuk pagi. "Abi sempat mengabarkan kalau masuk pagi hari," tutur Suci.

Tidak lama setelah Ibrahim menelepon, Suci melihat dari televisi ada ledakan bom di Ritz-Carlton. Dia sempat mengontak suaminya sekitar pukul 09.00 WIB, namun tidak berhasil. "Setelah itu saya dengar hotel tempat kerjanya dibom dan hingga kini belum ada kabarnya lagi," ujar Suci.

Hingga kini, Suci yang berprofesi sebagai pengajar di Pondok Pesantren Al Istiqomah tidak yakin bahwa suaminya termasuk korban tewas dalam ledakan bom itu.

Anak Ibrahim Jalani Tes DNA


Suci Hani baru tiba di rumahnya di Kuningan pagi tadi dengan dikawal dua polisi. Dia baru saja diminta Mabes Polri datang ke Jakarta untuk keperluan tes DNA. Tes DNA perlu dilakukan untuk memastikan apakah di antara jenazah korban tewas bom Marriott dan Ritz-Carlton ada jenazah Ibrahim.

Pihak keluarga yang diambil sampel untuk tes DNA adalah anak pertama Ibrahim, Sabrina (12). Sampel darah Sabrina juga diambil. Keluarga menjalani tes DNA pada Minggu (20/7/2009).

Suci Hani dan Ibrahim menikah pada tahun 1996. Saat ini, pasangan itu dikaruniai 2 putra dan 2 putri. Anak pertama mereka, Sabrina, berumur 12 tahun. Sementara anak paling kecil baru berusia 4 bulan.

Sempat muncul dugaan, bahwa Ibrahim adalah pelaku bom di Ritz-Carlton. Dugaan ini muncul karena jenazah yang rusak parah saat ditemukan di Ritz-Carlton diyakini sebagai jenazah Ibrahim. Namun, dugaan ini masih sangat sumir. Namun, dilihat dari kehidupan keluarganya, Ibrahim bukan tipe seorang teroris.

Noordin Top Masih Berkeliaran di Indonesia

Noordin M Top dipastikan masih berada di Indonesia. Gerak pria asal Malaysia yang kini menjadi buronan nomor satu ini justu lebih bebas di Indonesia. Jadi tidak mungkin dia pergi ke Filipina atau ke negara lain.

"Tidak mungkin dia di luar negeri," kata mantan Kepala Detasemen Khusus (Densus) Brigjen Pol (Purn) Suryadarma usai diskusi di TV One di Wisma Nusantara, Jl Thamrin, Jakarta, Selasa (21/7/2009).

Dalam diskusi itu, Suryadarma meyakini bila Indonesia menjadi tempat pelatihan bagi para kelompok teroris untuk melakukan aksinya. Apalagi 2 perakit bom handal Dulmatin dan Umar Patek masih berada di Mindanao, Filipina.

"Untuk itu pemerintah harus mengeliminir akar kekerasan," tutupnya.

Eks Kadensus 88 Sebut Al Qaeda Otaki Bom Marriott

Jaringan Al Qaeda ditengarai sebagai otak di balik pemboman di Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton. Dari jenis bom dan aksi bunuh diri yang dilakukan pelaku, sangat mirip seperti model kelompok teroris tersebut.

"Secara fakta hukum atau fakta yang kita temukan polanya kaya apa motinya kaya apa, kalian juga sudah lama tahu bahwa bom Bali dananya dari Al Qaeda, kalian juga tahu bom Marriott dari Al Qaeda," kata mantan Kepala Detasemen Khusus (Densus) Brigjen Pol (Purn) Suryadarma usai diskusi di TV One di Wisma Nusantara, Jl Thamrin, Jakarta, Selasa (21/7/2009).

Dia juga meyakini, tidak ada jaringan baru yang melakukan itu. Kalaupun ada jaringan baru, itu adalah sel yang dibentuk Noordin M Top.

"100 persen tidak ada jaringan baru, hanya tetap mereka membentuk sel baru, kalau ada organisasi baru no, tapi ada sel-sel baru yang dibentuk Noordin ya," jelasnya.

IBRAHIM MANUSIA LUAR BIASA

Luar biasa...! Andai Ibrahim benar pelaku bom bunuh diri... Luar biasa.... Dia adalah manusia yang luar biasa, terlepas dia biadab atau tidak. CIA, MOSSAD dan agen2 lain, bahkan tokoh cerita fiksi James Bondpun kalah. Bayangkan, perencanaan mulai 4 tahun lalu dia bekerja sebagai perangkai bunga, sampai terjadi peledakan tak seorangpun tahu siapa dia. Andai intel2 kita punya kualitas seperti Ibrahim....! hehehe....

Kepala BIN Ngumpet, SBY Malu

Kesimpangsiuran pelaku dan motif bom bunuh diri di kawasan Mega Kuningan (Jumat, 17/7), terutama setelah Presiden SBY membawa persoalan ini ke ranah politik, melahirkan kekisruhan baru.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun tak lagi mengeluarkan keterangan pers setelah pernyataan yang disampaikan di Istana Merdeka itu (Jumat, 17/7) banyak menuai kritik. Bahkan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar, tidak pernah muncul ke depan publik untuk menopang pernyataan SBY yang mengungkap indikasi keterlibatan kekuatan politik yang kalah di Pemilihan Presiden 2009 (Pilpres) dalam tragedi kemanusiaan itu.

“Mana mungkin SBY berani lagi menunjukkan batang hidungnya kepada publik, apalagi pernyataannya itu salah. Ada dua perkara kenapa Presiden menyatakan bom 17 Juli berkaitan dengan Pilpres. Pertama informasi yang diterimanya salah. Kedua, untuk meredam gejolak politik di masyarakat yang melihat dan mengkritisi berbagai masalah dalam pemilu legilatif dan pemilu presiden,” ujar Jurubicara Komite Bangkit Indonesia (KBI) Adhie Massardi, melalui pesan singkatnya pada Rakyat Merdeka Online, sore ini (Selasa, 21/7).

Jika memang Presiden SBY seorang ksatria, kata mantan Jurubicara Gus Dur ini, ia tentu akan segera melakukan klarifikasi.

“Tapi kan bukan itu yang dilakukan. Makanya, saya cenderung bilang semua itu hanya untuk menakuti oposisi atau yang bermaksud oposisi, mengkritisi pemilu,” tandasnya.

Curigai Pelaku sebagai Kerabat, Dua Keluarga Minta Cek DNA

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Nanan Sukarna membenarkan kalau ada dua keluarga yang diminta DNA nya untuk dicocokkan dengan DNA para pelaku pemboman.

Hal itu dikatakan olehnya saat ditanyai wartawan di Crisis Center Bellagio, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, malam ini (Selasa, 21/7).

“Ya, benar. Soal adanya keluarga dari Temanggung dan Cirebon diperiksa DNA nya karena mereka mengaku ada keluarga yang hilang. Dua keluarga itu datang ke Jakarta melaporkan ada keluarganya yang hilang. Karena datang ya kita ambil DNA nya,” ungkapnya.

Selain itu, Nanan menjelaskan, dua jenazah warga Belanda yang sudah teridentifikasi sebagai korban adalah Ejc Keaning dan Pieter Burer yang merupakan pasangan suami istri.

Ungkap Pembom di Ritz-Carlton, Polisi Cek DNA Keluarga Ibrahim

Siapa pelaku bom bunuh diri di Ritz-Carlton masih simpang siur. Apalagi masih ada potongan tubuh yang belum dikenali. Polisi pun terus melakukan penyelidikan. Salah satunya dengan mengecek DNA milik keluarga Ibrahim.

"Itu sedang dikonfirmasi DNA-nya. Ya atau tidak sedang ditunggu, sama saya juga sedang menunggu," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna saat jumpa pers di Media Center di Belagio, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (21/7/2009).

Belum dipastikan benar apakah Ibrahim adalah salah satu pelaku bom bunuh diri. Hanya saja diketahui pria itu bekerja di bagian florist di Ritz. Keluarga mengaku kehilangan Ibrahim. Polisi pun belum bisa memastikan hal ini.

Diakui Nanan, saat ini polisi sedang memeriksa DNA dari 2 keluarga yakni Nur Said asal Temanggung dan Ibrahim asal Cirebon. "Ya dua itu datang ke sini," tutupnya.

Dugaan kuat bahwa Ibrahim merupakan pelaku bom diketahui dari sangat rusaknya jenazah. Diduga korban tewas yang sangat rusak itu adalah Ibrahim. Untuk memastikan ini, polisi masih menunggu hasil tes DNA keluarga Ibrahim.

Ibrahim Pulang ke Kuningan 13 Juli, Ciumi Istri Berkali-kali

Ibrahim, pegawai florist Hotel Ritz-Carlton, diyakini menjadi korban tewas akibat bom di Ritz-Carlton. Polisi masih menunggu hasil tes DNA keluarga Ibrahim. Sebelum bom meledak, Ibrahim sempat pulang ke Kuningan, Jawa Barat, 11-13 Juli 2009 lalu.

Istri Ibrahim, Suci Hani, tampak sedih dengan kejadian yang menimpa suaminya. Saat ditemui di rumahnya di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Selasa (21/7/2009), Suci Hani tak kuasa menahan tangis saat ditanya tentang suaminya.

Menurut Suci, suaminya selalu pulang dua minggu sekali, pada hari Sabtu dan Minggu. Senin pagi, suaminya yang bekerja sebagai florist di Ritz-Carlton sejak 2005 itu kembali ke Jakarta lagi.

Dan ternyata, kepulangan Ibrahim pada 11-13 Juli sepertinya menjadi pertemuan terakhir Suci Hani dengan suaminya. Senin pagi, 13 Juli, Suci Hani seperti biasa melepas suaminya untuk berangkat ke Jakarta.

"Suami saya menciumi pipi saya beberapa kali. Biasanya gak pernah kaya gitu. Bahkan saya sempat memfoto dia saat di angkot (angkutan kota) waktu mau berangkat ke Stasiun. Saya juga gak naruh firasat apa pun," tutur Suci Hani yang saat itu mengenakan jilbab warna pink.

Menurut dia, biasanya suaminya pulang ke Kuningan naik kereta Jakarta-Cirebon. Namun, kadang-kadang suaminya pulang naik bus.

Suci Hani dan Ibrahim menikah pada tahun 1996. Saat ini, pasangan itu dikaruniai 2 putra dan 2 putri. Anak pertama mereka berumur 12 tahun. Sementara anak terakhir baru berusia 4 bulan.

Keberadaan Ibrahim memang misterius. Keluarganya telah mendatangi RS Polri untuk melihat jenazah-jenazah yang belum teridentifikasi. Di tengah misteri siapa pelaku peledakan bom di Ritz, informasi yang beredar ada kemungkinan Ibrahim merupakan pelaku. Namun, ini hanya dugaan. Polisi masih menyelidiki informasi ini.

Ibrahim Diduga Pelaku Bom di Ritz-Carlton

Keberadaan Ibrahim, seorang florist di Hotel The Ritz-Carlton, sempat menjadi misteri. Namun, kini bisa dipastikan Ibrahim tewas dalam ledakan bom itu. Yang mengejutkan, ada dugaan bahwa Ibrahim merupakan pelaku bom di Ritz-Carlton. Salah satu indikasinya, jenazah Ibrahim hancur saat ditemukan di Ritz.

Memang polisi belum memastikan bahwa Ibrahim menjadi korban tewas. Saat ini, polisi masih menunggu hasil tes DNA keluarga Ibrahim. Kemungkinan hasil tes DNA keluarga Ibrahim akan bisa diketahui dua atau tiga hari mendatang.

Sumber di kepolisian mengatakan polisi sudah menduga bahwa Ibrahim merupakan korban tewas yang jenazahnya mengalami kerusakan parah. Bahkan, batok kepalanya juga terkelupas, wajahnya tidak bisa dikenali. "Tinggal menunggu hasil DNA untuk kepastiannya. Tapi, diduga kuat dia pelaku bom bunuh diri," kata sumber itu, Selasa (21/7/2009).

Keluarga Ibrahim telah datang ke RS Sukanto Polri Senin (20/7/2009) kemarin. Mereka mencari Ibrahim yang tidak diketahui keberadaannya. Keluarga sudah mencari Ibrahim ke semua RS, namun tidak ada catatan korban luka bernama Ibrahim. Akhirnya, keluarga Ibrahim mendatangi RS Polri sebagai RS terakhir. Sebab, semua jenazah dibawa ke RS Polri.

Keluarga Ibrahim diperbolehkan melihat jenazah yang belum teridentifikasi. Setelah itu, tim identifikasi juga meminta agar keluarga mengirimkan sikat gigi dan barang-barang lain untuk membantu identifikasi atau tes DNA. Di awal kedatangannya, keluarga Ibrahim sempat menjelaskan tentang identitas Ibrahim. Namun, setelah bertemu tim identifikasi, keluarga Ibrahim tidak mau bicara lagi kepada wartawan.

Sebenarnya wartawan sudah mengendus kemungkinan Ibrahim sebagai pelaku bom sejak keluarga Ibrahim dilarang memberi pernyataan kepada wartawan. Apalagi, saat ditunggu wartawan hingga malam hari, keberadaan keluarga Ibrahim juga tak terlihat lagi.

Hadyu Muhammad, salah seorang keluarga Ibrahim sempat menceritakan bahwa Ibrahim bekerja sebagai florist di Ritz-Carlton sejak empat tahun lalu. "Saat ledakan terjadi, dia masuk pagi," ujar dia. Ibrahim yang asal Kuningan Jawa Barat itu selama di Jakarta ngekos di sebuah kos di belakang Ritz-Carlton.

Apakah benar Ibrahim sebagai pelaku bom di Ritz-Carlton? Memang belum bisa dipastikan, meski dugaan kuat bahwa pelaku mengarah ke pria beranak empat itu. Untuk memastikan, tinggal menunggu penjelasan polisi.

Mantan Pengacara Syekh Puji Bantah Suap Polisi

Mantan pengacara Syekh Puji, Muhammad Nashihan (MN), membantah tudingan dirinya melakukan penyuapan terhadap oknum polisi untuk membebaskan kliennya. Ia mempertimbangkan menempuh jalur hukum kepada Syekh Puji.

"Saya tegaskan, tidak ada satu rupiah pun saya menyuap kepolisian. Itu bohong dan ada upaya adu domba," kata kata Nashihan dalam jumpa pers di Jalan Matraman, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2009).

Nashihan akan meminta pertanggungjawaban Syekh Puji. "Saya percaya dengan kebenaran dan hukum alam. Kita ikuti dulu laporannya apakah terbukti atau tidak. Kita pertimbangkan lagi nanti. Mengenai pencemaran hukum, saya akan minta tanggung jawab. Tetapi nanti," papar dia.

Syekh Puji mengaku ditipu oleh pengacaranya yang berjanji akan membebaskannya dari jerat hukum asal menyerahkan sejumlah uang.

Namun usai memberikan uang senilai Rp 2,5 miliar, kasus Syekh Puji ternyata masih diproses. Kepolisian pun masih mengusut anggotanya yang terkait dugaan kasus penyuapan ini.

"Dia dijanjikan oleh seseorang untuk bisa ditangguhkan, ternyata dalam proses harus mengeluarkan uang. Apa melibatkan polisi atau tidak itu sedang diusut," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Nanan Soekarna, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan pada Jumat 10 Juli 2009.

Eks Kuasa Hukum: Syekh Puji Lakukan Fitnah & Cari Popularitas

Mantan kuasa hukum Syekh Puji, M Nashihan siap, menghadapi laporan mantan kliennya. Nashihan yang dituduh melakukan pemerasan dan penyuapan itu menilai tindakan Syekh adalah fitnah dan hanya mencari popularitas belaka.

"Kami siap dan dengan penuh tanggung jawab akan menghadapi proses hukum tersebut dengan penuh keyakinan dan optimisme," ujar Nashihan dalam jumpa pers di Rumah Makan Handayani, Jl Raya Matraman, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2009).

Menurut Nashihan, melaporkan dirinya lebih baik dari pada Syekh berbicara secara tidak berdasar kepada publik secara terus menerus.

"Hal itu adalah haknya. Saya hargai dan saya junjung tinggi itu lebih baik daripada mengigau dan berteriak tanpa dasar kepada publik secara terus-menerus," imbuh dia.

Syekh, lanjut Nashihan, adalah orang yang mencari popularitas terhadap kasus menikahi anak di bawah umur yang sedang dijalaninya.

"Saya hanya bisa mengatakan janganlah mengikuti orang yang masih saya ragukan kewarasannya. Dia hanya mencari popularitas semata, maka kalau saya tanggapi akan tercapai tujuannya," tandas dia.

Nur Said Diburu Sejak Penggerebekan Noordin M Top Tahun 2004

Nur Said alias Nur Hasdi alias Nur Hasbi alias Nur Aziz yang diduga sebagai pelaku pengeboman Hotel JW Marriott Jakarta, memang sudah lama diburu polisi. Nur Said telah menjadi target operasi (TO) setelah penggerebekan terhadap Noordin M Top di Wonosobo, Jawa Tengah.

Hal tersebut diungkapkan Ahmad Rafi'i, paman Nur Said, saat ditemui detikcom di rumahnya Dusun Katekan, Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (21/7/2009).

"Saya sempat diceritai anggota Polres Temanggung, kalau setelah kejadian penggrebekan teroris di Wonosobo itu Nur Said keponakan saya mulai di cari-cari oleh polisi," ujar Ahmad.

Penggrebekan Noordin M Top dilakukan oleh Densus 88 Mabes Polri pada 29 April 2004 di Dusun Binangun, tepatnya Jl Raya Kretek-Wonosobo Km 4 Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dalam peristiwa itu Abdul Hadi yang merupakan teman satu angkatan Nur Said dan Jabir tewas. Sedangkan Mustafirin yang disebut-sebut sebagai kader pelaku bom bunuh diri Noordin M Top untuk aksi berikutnya berhasil tertangkap oleh polisi.

Sejak peristiwa itu, Nur Said juga menghilang. Dia tidak pernah memberitahu kepada keluarga alamat tempat tinggalnya. Alasanya, keberadaanya saat ini sudah pindah-pindah dan tidak tentu.

"Saya masih ingat waktu penggrebekan di Wonosobo belum terjadi, ada temanya yang datang dari Jakarta. Temannya itu tidak mempunyai identitas atau KTP sehingga harus mencarikan kontrakan lewat Nur Said dengan menggunakan KTP Nur Said," tegas Ahmad.

Pria yang tinggal di belakang rumah orang tua Nur Said berkeyakinan, mulai saat itu Nur Said mengikuti pergerakan kemanapun Noordin M Top pergi. Ahmad menduga, keponakannya itu menggantikan posisi Mustafirin.

Ahmad juga yakin Nur Said terlibat jaringan terorisme Noordin M Top. Sebab saat polisi melakukan penggerebekan di Kota Semarang, tepatnya di sebuh rumah kontrakan di Jl Pamularsih Semarang, nama keponakanya juga disebut-sebut dengan nama alias Nur Aziz.

"Apalagi dia juga mengaku kepada mertua dan ibunya sempat membuka usaha sebagai tukang kunci dan penjual kacamata di Semarang," tutur Ahmad.

Saat itu pula beberapa petugas kepolisian juga datang untuk memastikan apakah Nur Said ada di kampung halamanya atau tidak. Namun, polisi tidak berhasil mengendus di mana keberadaan Nur Said.

Dugaan paman Nur Said semakin kuat manakala tim Densus 88 kembali berhasil melakukan penangkapan seorang teroris bernama Abu Nasim alias Abu Najab alias Seno Aji alias Asma Aji pada 23 Februari 2008 sekitar pukul 14.00 WIB di Dusun Lembu Jati, Kecamatan Banaran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

"Di situ sempat dijadikan latihan perang menurut polisi yang menemui saya itu. Menurut keterangan kakak wanitanya yang tinggal dekat desa itu, Nur Said sering mampir ke rumahnya," ungkap Ahmad. Namun dia menolak menyebutkan siapa nama kakak wanitanya itu.

Nur Said Alumnus Ponpes Ngruki, Seangkatan Asmar Latin Sani

Setelah sempat mengeluarkan bantahan, akhirnya Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki mengakui bahwa Nur Said yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott Jakarta adalah alumnus pesantren tersebut. Nur Said diakui belajar di Ngruki seangkatan dengan Asmar Latin Sani dan Abdul Hadi.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Al-Mukmin Ngruki, Ustadz Wahyuddin, kepada wartawan, Selasa (21/7/2009). Wahyuddin mengaku pihaknya sempat membantah Nur Said sebagai alumnus pesantrennya karena ketidaksesuaian nama-nama yang disebutkan dengan catatan yang ada di buku induk pesantren.

"Di buku induk tidak ada nama alumni maupun santri bernama Nurhasbi, Nuri Hasdi atau Nur Sahid seperti yang ditanyakan wartawan selama ini. Namun jika nama Nur Said asal Temanggung memang ada. Dia lulusan tahun 1994 dari Kuliyatul Mualimin al-Islamiyah (KMI)," papar Wahyuddin.

Dipaparkannya, Nur Said seangkatan dengan Asmar Latin Sani, pelaku bom bunuh di JW Marriott tahun 2003. Dia juga seangkatan Abdul Hadi yang tewas tertembak dalam penyergapan polisi di Wonosobo beberapa waktu lalu.

Meskipun nyantri selama enam tahun di pesantren yang dia pimpin, Wahyuddin mengaku tidak mengenal secara pribadi dan tidak memiliki kenangan tersendiri terhadap Nur Said. Hal itu, menurutnya, mungkin karena selama nyantri Nur Said bukan santri yang menonjol.

"Santri yang menonjol dan mudah dikenal itu mungkin karena kepandaiannya atau memiliki prestasi khusus. Saya tanya ke para ustadz di sini, mereka juga sudah tidak ingat atau memiliki kenangan tersendiri. Berarti Nur Said ini selama nyantri juga hanya rata-rata saja prestasinya," ujarnya.

Lebih lanjut, meskipun sejumlah lulusan pesantrennya terkait dengan tindak kekesan, namun Wahyuddin tetap merasa tidak terganggu karena mereka bertindak seperti itu setelah lulus dari pesantren. Namun demikian dia mengakui tindakan segelintir alumni itu tetap berpengaruh pada nama baik lembaganya.

"Yang jelas lembaga kami tidak terkait aksi kekerasan seperti itu. Saya pribadi juga menolak kekerasan. Dalam Islam, perang itu ada rukun dan syarat-syaratnya. Menurut saya, tindakan mereka tidak memenuhi rukun dan syarat-syarat perang yang diatur dalam Islam," kata menantu (alm) Abdullah Sungkar tersebut.

Wahyuddin juga mengaku terganggu dengan kemunculan Abdurrachman Assegaf yang mengaku ketua umum Gerakan Umata Islam Indonesia (GUII) yang mengaitkan tindak kekerasan itu dengan Pesantren Ngruki. Dia mempertanyakan siapa dan apa kepentingan Abdurrachman melakukan itu.

"Kami tidak kenal dia. Lagipula apa kapasitas dia bicara dan apa kepentingannya. Untuk apa dia mengaitkan peristiwa itu dengan lembaga kami dengan data yang tidak ada dasarnya, kecuali memang dia tidak suka dengan kami," ujar Wahyuddin sembari mendoakan Abdurrachman Assegaf menyadari kekhilafannya.

Suap Intel, Eks Presiden Peru Alberto Fujimori Divonis 7,5 Tahun

Mantan Presiden Peru Alberto Fujimori divonis Mahkamah Agung (MA) 7,5 tahun. Hukuman itu dijatuhkan karena Fujimori menyuap kepala intelijennya Vladimiro Montesinos sebesar US$ 15 juta.

Fujimori yang berusia 71 tahun dan menderita masalah jantung mengatakan pada MA dia membayar Montesinos karena takut orang kepercayaannya melakukan skenario kudeta terhadapnya.

Namun beberapa kritikus mengatakan Fujimori menyuap Vladimiro untuk meninggalkan Peru yang sedang kolaps karena skandal korupsi yang dilakukan Fujimori pada tahun 2000. Montesinos sendiri sudah ditangkap di Venezuela.

"Ini bukan hukuman politik. Keputusan hari ini murni berdasarkan fakta," ujar Hakim Agung Cesar San Martin seperti dikutip dari Reuters , Selasa (21/7/2009).

Atas putusan ini, Fujimori menyatakan akan banding dengan panel hakim yang berbeda di MA.

Hukuman ini merupakan yang ketiga yang diterima Fujimori sejak kembali dari pelariannya pada tahun 2007. Pada April 2009 lali, Fujimori divonis 25 tahun karena memerintahkan suatu tim penembak untuk membantai 2 lusin orang awal 1990-an, ketika pemerintahannya memerangi pemberontak kiri.

Pada tahun 2007, setelah tiba di Peru dari Chili, Fujimori divonis 6 tahun karena menyuruh ajudannya untuk mencuri dokumen kriminal yang melibatkannya dari rumah istri Montesinos, kepala intelnya.

Kasus Fujimori ini termasuk langka, yang mana seorang mantan presiden diekstradisi ke negara asalnya, kemudian diadili karena tuduhan palanggaran HAM.

Kendati terbukti memiliki beberapa masalah hukum, namun tampaknya pengikut Fujimori masih ada. Buktinya, putrinya Keiko Fujimori, anggota Kongres dari partai konservatif unggul dalam polling Pilpres 2011.

Makhluk Halus Dituntut ke Pengadilan

Terdengar aneh, namun ini sebuah fakta. Sebuah keluarga di Arab Saudi menuntut jin ke pengadilan karena menganggu dan mencuri barang berharga.

Tuntutan diajukan ke pengadilan Syariah atas dugaan menganggu dengan suara menyeramkan, mencuri telepon seluler, dan melempar batu saat keluarga itu meninggalkan rumah pada malam hari. Demikian dilaporkan surat kabar Al Watan dan dikutip CNN, Senin (13/7/2009).

Otoritas terkait masih melakukan penyelidikan terkait laporan tersebut.

"Kami mencoba mengecek keadaan yang sesungguhnya meski sulit dilakukan," kata Syeikh Amr Al Salmi, kepala pengadilan kepada Al Watan. "Yang membuat kasus ini menarik adalah gangguan itu tidak dirasakan oleh satu orang saja, melainkan oleh seluruh anggota keluarga," tambahnya.

Keluarga yang tinggal dekat kota Madinah itu sudah merasakan kehadiran roh halus sejak dua tahun lalu. Sementara keluarga itu sudah menempati rumah itu sejak 15 tahun lalu.

"Kami mulai mendengar suara-suara aneh," kata kepala keluarga yang menolak disebutkan namanya. "Awalnya kami tidak terlalu menanggapi serius, namun kelamaan hal aneh terjadi. Anak-anak menjadi takut," tuturnya.

Selama penyelidikan keluarga dipindahkan ke rumah sementara. Islam memercayai adanya jin.

Tak hanya di cerita fiksi seperti kisah "1001 Malam". Namun keberadaan jin juga disebut dengan jelas dalam Alquran.

Banyak warga Arab Saudi meyakini jin hidup di tengah mereka dan dapat berlaku jahat serta membalas dendam.

Emosional Kaitkan Bom dengan Pilpres, SBY Didesak Minta Maaf

Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaitkan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) dinilai emosional dan ceroboh. SBY pun didesak minta maaf kepada pihak-pihak yang secara tidak langsung telah dituduhnya.

"Untuk menjernihkan situasi, sebaiknya Presiden meminta maaf secara terbuka pada JK-Wiranto serta Megawati-Prabowo yang telah menjadi objek tuduhan yang sesat. Selanjutnya serahkan pada Polri untuk mengungkan dan menjelaskan temuannya pada masyarakat," ujar anggota Komisi I DPR Yuddy Chrisnandi.

Hal itu dikatakan politisi dari Fraksi Partai Golkar ini dalam rilisnya yang diterima detikcom, Senin (20/7/2009).

Menurutnya, SBY ceroboh menerima begitu saja laporan intelijen dan mengumumkannya ke publik tanpa melakukan pendalaman kebenaran laporan tersebut apakah terkait bom di Mega Kuningan atau tidak.

"Tuduhan SBY yang cenderung ditunjukkan kepada pihak yang kalah Pilpres terbukti tidak benar, setelah rangkaian fakta-fakta mengarah pada pelaku lama terorisme yang selama ini menjadi incaran pihak Kepolisian," tukas Yuddy.

Penjelasan Presiden yang menyebutkan bahwa akan ada gerakan gagalkan pelantikan SBY, revolusi sosial hingga upaya pembunuhan SBY, lanjut Yuddy, jelas menimbulkan keresahan di masyarakat akan situasi politik ke depan yang tidak menentu. Namun fakta-fakta yang ada atas peristiwa tersebut menunjukkan bahwa laporan intelijen yang diterima Presiden menyesatkan dan keliru.

"Ini membuktikan bahwa lembaga intelijen tidak bekerja secara profesional bahkan diduga telah menjadi alat politik, bukan sistem pengamanan negara. Tentu hal ini tidak akan terkuak ke publik sekiranya Presiden tidak emosional menyikapi peristiwa teror sebelum mendapatkan bukti-bukti yang akurat," kritik Yuddy.