Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Eddhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengakhiri kiprah politiknya di DPR. Ia mengikuti jejak seniornya Anas Urbaningrum yang mundur dari Dewan ketika terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pada 2010.
Tugasnya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang sedang melorot popularitasnya itu membuat Ibas harus bekerja lebih keras. “Sebagai Sekjen Partai, saya memikul tugas tidak ringan, sedangkan masalah partai begitu berat,” kata Ibas dalam konferensi pers di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis 14 Februari 2013. Dia resmi mundur sebagai wakil rakyat, dan menyatakan akan bekerja penuh untuk tugas kepartaian.
Tugasnya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang sedang melorot popularitasnya itu membuat Ibas harus bekerja lebih keras. “Sebagai Sekjen Partai, saya memikul tugas tidak ringan, sedangkan masalah partai begitu berat,” kata Ibas dalam konferensi pers di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis 14 Februari 2013. Dia resmi mundur sebagai wakil rakyat, dan menyatakan akan bekerja penuh untuk tugas kepartaian.
Putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu juga mengatakan, bila dia rangkap jabatan, maka tugas kedewanannya tak akan optimal. Fraksi Demokrat akan ketiban beban, padahal sudah punya tugas berat mengkritisi sekaligus mendukung kebijakan pemerintah. “Saya berharap bisa menjalankan tugas saya sebagai sekjen partai hingga selesai Pemilu,” ujar Ibas yang tercatat sebagai anggota Komisi I DPR bidang pertahanan, intelijen, luar negeri, serta komunikasi dan informatika.
Ibas juga meminta maaf kepada konstituennya di daerah pemilihan Jawa Timur VII, yakni Ngawi, Magetan, Pacitan, Ponorogo, dan Trenggalek. Meskipun tak lagi menyuarakan aspirasi masyarakat Jawa Timur, Ibas berjanji terus berkunjung ke dapilnya.
Dalam konferensi persnya, Ibas menyatakan partai bukan satu-satunya alasan pengunduran diri dia. Ada dua alasan lagi, yakni soal gaya absen yang membuat dirinya disorot dua hari belakangan ini, dan masalah keluarga.
Insiden Absen
Ibas kepergok “titip absen” pada rapat paripurna Selasa, 12 Februari 2013. Tak seperti anggota DPR lain yang absen dengan membubuhkan tanda tangan di meja depan pintu ruang masuk rapat paripurna, Ibas agak istimewa. Staf ahlinyalah yang mengantarkan daftar presensi kepada dia.
Begitu keluar dari lift bersama staf ahli dan Paspampres yang mengawalnya, salah seorang staf Ibas mengambil map berisi presensi manual dari petugas Sekretariat Jenderal DPR. Ibas menunggu di balik samping pintu ruang sidang.
Staf itu lalu menyerahkan daftar presensi kepada Ibas untuk ditandatangani. Usai menandatangani daftar presensi, Ibas langsung melenggang pergi lewat tangga darurat. Ia tak mengikuti sidang paripurna meski telah membubuhkan tanda tangannya di daftar hadir.
Aksi Ibas itu tertangkap kamera televisi. Kritik pun mengalir deras dari anggota DPR lainnya. Ulahnya disebut serupa “titip” absen tanpa benar-benar menghadiri rapat. Ibas pun dituduh hanya melakukan absensi manual, tidak lewat presensi elektronik finger print seperti yang kini telah diterapkan DPR kepada para anggotanya.
Ketua Badan Kehormatan DPR M. Prakosa pun berniat memperingatkan Ibas. Ia menyatakan semua anggota DPR harus absen di tempat, dan daftar presensi tak boleh dibawa ke mana-mana seenaknya oleh staf ahli. Namun peringatan belum turun, Ibas kini keburu mundur dari DPR.
Dalam pengunduran dirinya, Ibas menjelaskan duduk perkara soal absen itu. Ia mengatakan, ia juga absen lewat finger print seperti anggota DPR lainnya. “Saya benar-benar menandatangani daftar hadir dan melakukan finger print. Tidak ada niat saya untuk tidak mengikuti sidang. Tapi berhubung rapat belum dimulai, saya naik ke fraksi karena ada tugas mendesak dan penting yang harus saya lakukan sebagai Sekjen untuk melaksanakan Rapimnas pada hari Minggu ini,” ujar Ibas.
Ibas pun meminta maaf kepada pimpinan DPR dan Ketua Fraksi Demokrat karena telah membuat repot. “Saya tengah menghadapi persoalan berat. Sebagai Sekjen Partai saya ikut bertanggung jawab atas partai dan bekerja sangat keras melakukan langkah-langkah penyelamatan, membantu Ketua Umum melakukan penataan dan konsolidasi,” kata dia.
Ibas mengatakan, ia harus ikut mengurus Demokrat karena Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi tidak bisa terus-menerus seorang diri menyelamatkan partai sehubungan dengan prioritas tugasnya sebagai Presiden RI.
Selain itu, Ibas pun menghadapi persoalan keluarga terkait kondisi anaknya yang tak sehat. “Besok anak saya akan menjalani operasi akibat gangguan pencernaan. Semua ini membuat tugas saya sebagai anggota DPR menjadi terganggu,” kata dia. Mempertimbangan semua hal itulah, Ibas memilih untuk mundur dari DPR.
Didukung SBY
Keputusan Ibas untuk mundur ini mendapat dukungan dari SBY yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. SBY menyatakan, Ibas sudah berkonsultasi dengan pihak keluarga, termasuk dirinya, mengenai pengunduran diri dia.
“Ibas berkonsultasi dengan saya, istri saya – Ibu Ani, serta Agus (Harimurti Yudhoyono). Kami dengan jernih, tenang, serta rasional membahas apa yang dihadapi oleh keluarga kami – bukan hanya Ibas. Maka salah satu hal yang kami pikir tepat dilakukan adalah pengunduran Ibas dari DPR. Kami bulat mendukungnya,” kata SBY di Istana Negara beberapa saat setelah Ibas mengumumkan pengunduran dirinya di DPR.
SBY menyatakan, inisiatif pengunduran diri itu murni berasal dari Ibas. Awalnya keluarga keberatan dengan keputusan Ibas. “Mengapa? Karena sebagai ayah, saya tahu pada Pemilu 2009 lalu Ibas menghabiskan waktu berminggu-minggu berputar-putar mengelilingi daerah pemilihannya, dari kecamatan ke kecamatan, desa ke desa, di Magetan, Ponorogo, Trenggalek. Jadi dia sungguh berkeringat. Masa reses DPR pun dia datang ke desa-desa untuk mendengar aspirasi warga,” kata SBY.
Namun pada akhirnya, ujar SBY, ia dan keluarga menghormati dan mendukung keputusan Ibas. SBY pun menyatakan kebanggaannya pada Ibas. “Saya mungkin subyektif, tapi sebagai ayah, saya bangga Ibas tanggung jawab,” kata dia. SBY pun ikut meminta maaf atas insiden absen Ibas.
Usai mengumumkan mundur dari DPR, Ibas menghadap Ketua DPR Marzuki Alie untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Ibas mengatakan kepada Marzuki yang juga anggota Dewan Pembina Demokrat, dia akan berkonsentrasi mengurus Partai Demokrat, dan putra tunggalnya Airlangga Satriadhi Yudhoyono.
Anggota Fraksi Demokrat menyambut baik pengunduran diri Ibas walaupun merasa terkejut. Anggota Komisi VIII DPR Inggrid Kansil misalnya, berpendapat sikap Ibas perlu diteladani. “Beliau memutuskan pilihan terbaik supaya konsentrasinya tidak pecah,” kata istri anggota Dewan Pembina Demokrat Syarief Hasan itu.
Mantan Ketua Fraksi Demokrat, Jafar Hafsah, mengatakan Ibas relatif menjalankan tugasnya dengan baik selama di DPR. Namun dengan terus merosotnya elektabilitas Demokrat, Jafar mendukung Ibas melepas posisinya di DPR demi mengurus partai.
Apresiasi juga dilontarkan Wasekjen Demokrat yang rekan sekomisi Ibas di DPR, Ramadhan Pohan, dan Ketua DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla. “Ada seorang yang rela mengorbankan jabatannya di DPR untuk partai. Itu sinyal bagus untuk seluruh kader. Saya menyambut gembira keputusan Mas Ibas,” kata Ulil.
Anas Teken Pakta Integritas
Sementara itu, gonjang-ganjing dan spekulasi perpecahan di tubuh Demokrat sedikit terjawab dengan kemunculan Ketua Umum Anas Urbaningrum di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Kamis 14 Februari 2013. Anas datang menandatangani pakta integritas, tak lama setelah pengumuman pengunduran diri Ibas.
Sebelumnya, ketidakhadiran Anas di Cikeas meneken pakta integritas Minggu malam, 10 Februari 2013, sempat menghembuskan kabar perlawanan yang bakal ia lakukan terhadap Ketua Majelis Tinggi yang mengambil alih kendali partai dari tangannya.
Namun Anas menepis dugaan itu. Ia, katanya, justru melontarkan inisiatif penandatanganan pakta integritas oleh pengurus DPP secara bersama-sama. “Hari ini kami lakukan penandatanganan pakta integritas. Ini adalah kelanjutan dari penandatanganan pakta integritas tanggal 10 Februari di Cikeas. Kebetulan saya waktu itu tidak bisa hadir, sementara sebagian besar jajaran Dewan Pimpinan Pusat belum melakukan penandatanganan juga karena forumnya waktu itu terbatas,” kata Anas.
Anas mengatakan, penandatanganan pakta integritas itu kini menjadi gerakan nasional kader-kader Demokrat di berbagai tingkatan, baik level Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Cabang di seluruh Indonesia. “Ingin saya garis bawahi, pakta integritas ini merupakan penegasan komitmen dan idealisme organisasi Partai Demokrat yang harus dipegang teguh sebagai panduan kader Demokrat di seluruh Indonesia,” ujar Anas.
Ia mengatakan, pakta integritas menjadi tonggak bersejarah bagi Demokrat untuk menjadi partai mapan dan berintegritas politik tinggi, baik secara internal maupun di mata publik. Dengan demikian, Anas berharap Demokrat bisa dititipi harapan oleh rakyat, dan bisa memperjuangkan kepentingan rakyat di masa ini dan masa mendatang.
Dalam kesempatan itu, Anas juga menyinggung soal kecurigaan beberapa pihak terkait dirinya yang sakit bertepatan penandatanganan pakta integritas di Cikeas. “Ada yang berspekulasi, Ketum Anas itu sakit betulan atau tidak. Sakit itu boleh karena manusiawi. Firaun itu sehat terus, tidak pernah sakit, maka merasa jadi Tuhan,” kata pria yang bergabung dengan Partai Demokrat sejak tahun 2005 itu.
Selain Anas, dalam acara penandatanganan pakta integritas itu juga hadir jajaran pengurus DPP seperti Sartono, Kastorius Sinaga, Saan Mustofa, Herman Khaeron, dan Gede Pasek Suardika.
Selanjutnya, Minggu 17 Februari 2013, Partai Demokrat akan menggelar Rapat Pimpinan Nasional. Salah satu agendanya adalah penandatanganan pakta integritas oleh para pengurus DPC Demokrat se-Indonesia. “Semua pengurus DPC Kabupaten/Kota dan para caleg Demokrat akan ke Jakarta 17 Februari guna menandatangani pakta integritas penyelamatan partai,” kata Ketua DPD Demokrat Papua, Lukas Enembe, yang baru terpilih sebagai Gubernur Papua.
Insiden Absen
Ibas kepergok “titip absen” pada rapat paripurna Selasa, 12 Februari 2013. Tak seperti anggota DPR lain yang absen dengan membubuhkan tanda tangan di meja depan pintu ruang masuk rapat paripurna, Ibas agak istimewa. Staf ahlinyalah yang mengantarkan daftar presensi kepada dia.
Begitu keluar dari lift bersama staf ahli dan Paspampres yang mengawalnya, salah seorang staf Ibas mengambil map berisi presensi manual dari petugas Sekretariat Jenderal DPR. Ibas menunggu di balik samping pintu ruang sidang.
Staf itu lalu menyerahkan daftar presensi kepada Ibas untuk ditandatangani. Usai menandatangani daftar presensi, Ibas langsung melenggang pergi lewat tangga darurat. Ia tak mengikuti sidang paripurna meski telah membubuhkan tanda tangannya di daftar hadir.
Aksi Ibas itu tertangkap kamera televisi. Kritik pun mengalir deras dari anggota DPR lainnya. Ulahnya disebut serupa “titip” absen tanpa benar-benar menghadiri rapat. Ibas pun dituduh hanya melakukan absensi manual, tidak lewat presensi elektronik finger print seperti yang kini telah diterapkan DPR kepada para anggotanya.
Ketua Badan Kehormatan DPR M. Prakosa pun berniat memperingatkan Ibas. Ia menyatakan semua anggota DPR harus absen di tempat, dan daftar presensi tak boleh dibawa ke mana-mana seenaknya oleh staf ahli. Namun peringatan belum turun, Ibas kini keburu mundur dari DPR.
Dalam pengunduran dirinya, Ibas menjelaskan duduk perkara soal absen itu. Ia mengatakan, ia juga absen lewat finger print seperti anggota DPR lainnya. “Saya benar-benar menandatangani daftar hadir dan melakukan finger print. Tidak ada niat saya untuk tidak mengikuti sidang. Tapi berhubung rapat belum dimulai, saya naik ke fraksi karena ada tugas mendesak dan penting yang harus saya lakukan sebagai Sekjen untuk melaksanakan Rapimnas pada hari Minggu ini,” ujar Ibas.
Ibas pun meminta maaf kepada pimpinan DPR dan Ketua Fraksi Demokrat karena telah membuat repot. “Saya tengah menghadapi persoalan berat. Sebagai Sekjen Partai saya ikut bertanggung jawab atas partai dan bekerja sangat keras melakukan langkah-langkah penyelamatan, membantu Ketua Umum melakukan penataan dan konsolidasi,” kata dia.
Ibas mengatakan, ia harus ikut mengurus Demokrat karena Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi tidak bisa terus-menerus seorang diri menyelamatkan partai sehubungan dengan prioritas tugasnya sebagai Presiden RI.
Selain itu, Ibas pun menghadapi persoalan keluarga terkait kondisi anaknya yang tak sehat. “Besok anak saya akan menjalani operasi akibat gangguan pencernaan. Semua ini membuat tugas saya sebagai anggota DPR menjadi terganggu,” kata dia. Mempertimbangan semua hal itulah, Ibas memilih untuk mundur dari DPR.
Didukung SBY
Keputusan Ibas untuk mundur ini mendapat dukungan dari SBY yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. SBY menyatakan, Ibas sudah berkonsultasi dengan pihak keluarga, termasuk dirinya, mengenai pengunduran diri dia.
“Ibas berkonsultasi dengan saya, istri saya – Ibu Ani, serta Agus (Harimurti Yudhoyono). Kami dengan jernih, tenang, serta rasional membahas apa yang dihadapi oleh keluarga kami – bukan hanya Ibas. Maka salah satu hal yang kami pikir tepat dilakukan adalah pengunduran Ibas dari DPR. Kami bulat mendukungnya,” kata SBY di Istana Negara beberapa saat setelah Ibas mengumumkan pengunduran dirinya di DPR.
SBY menyatakan, inisiatif pengunduran diri itu murni berasal dari Ibas. Awalnya keluarga keberatan dengan keputusan Ibas. “Mengapa? Karena sebagai ayah, saya tahu pada Pemilu 2009 lalu Ibas menghabiskan waktu berminggu-minggu berputar-putar mengelilingi daerah pemilihannya, dari kecamatan ke kecamatan, desa ke desa, di Magetan, Ponorogo, Trenggalek. Jadi dia sungguh berkeringat. Masa reses DPR pun dia datang ke desa-desa untuk mendengar aspirasi warga,” kata SBY.
Namun pada akhirnya, ujar SBY, ia dan keluarga menghormati dan mendukung keputusan Ibas. SBY pun menyatakan kebanggaannya pada Ibas. “Saya mungkin subyektif, tapi sebagai ayah, saya bangga Ibas tanggung jawab,” kata dia. SBY pun ikut meminta maaf atas insiden absen Ibas.
Usai mengumumkan mundur dari DPR, Ibas menghadap Ketua DPR Marzuki Alie untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Ibas mengatakan kepada Marzuki yang juga anggota Dewan Pembina Demokrat, dia akan berkonsentrasi mengurus Partai Demokrat, dan putra tunggalnya Airlangga Satriadhi Yudhoyono.
Anggota Fraksi Demokrat menyambut baik pengunduran diri Ibas walaupun merasa terkejut. Anggota Komisi VIII DPR Inggrid Kansil misalnya, berpendapat sikap Ibas perlu diteladani. “Beliau memutuskan pilihan terbaik supaya konsentrasinya tidak pecah,” kata istri anggota Dewan Pembina Demokrat Syarief Hasan itu.
Mantan Ketua Fraksi Demokrat, Jafar Hafsah, mengatakan Ibas relatif menjalankan tugasnya dengan baik selama di DPR. Namun dengan terus merosotnya elektabilitas Demokrat, Jafar mendukung Ibas melepas posisinya di DPR demi mengurus partai.
Apresiasi juga dilontarkan Wasekjen Demokrat yang rekan sekomisi Ibas di DPR, Ramadhan Pohan, dan Ketua DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla. “Ada seorang yang rela mengorbankan jabatannya di DPR untuk partai. Itu sinyal bagus untuk seluruh kader. Saya menyambut gembira keputusan Mas Ibas,” kata Ulil.
Anas Teken Pakta Integritas
Sementara itu, gonjang-ganjing dan spekulasi perpecahan di tubuh Demokrat sedikit terjawab dengan kemunculan Ketua Umum Anas Urbaningrum di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Kamis 14 Februari 2013. Anas datang menandatangani pakta integritas, tak lama setelah pengumuman pengunduran diri Ibas.
Sebelumnya, ketidakhadiran Anas di Cikeas meneken pakta integritas Minggu malam, 10 Februari 2013, sempat menghembuskan kabar perlawanan yang bakal ia lakukan terhadap Ketua Majelis Tinggi yang mengambil alih kendali partai dari tangannya.
Namun Anas menepis dugaan itu. Ia, katanya, justru melontarkan inisiatif penandatanganan pakta integritas oleh pengurus DPP secara bersama-sama. “Hari ini kami lakukan penandatanganan pakta integritas. Ini adalah kelanjutan dari penandatanganan pakta integritas tanggal 10 Februari di Cikeas. Kebetulan saya waktu itu tidak bisa hadir, sementara sebagian besar jajaran Dewan Pimpinan Pusat belum melakukan penandatanganan juga karena forumnya waktu itu terbatas,” kata Anas.
Anas mengatakan, penandatanganan pakta integritas itu kini menjadi gerakan nasional kader-kader Demokrat di berbagai tingkatan, baik level Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Cabang di seluruh Indonesia. “Ingin saya garis bawahi, pakta integritas ini merupakan penegasan komitmen dan idealisme organisasi Partai Demokrat yang harus dipegang teguh sebagai panduan kader Demokrat di seluruh Indonesia,” ujar Anas.
Ia mengatakan, pakta integritas menjadi tonggak bersejarah bagi Demokrat untuk menjadi partai mapan dan berintegritas politik tinggi, baik secara internal maupun di mata publik. Dengan demikian, Anas berharap Demokrat bisa dititipi harapan oleh rakyat, dan bisa memperjuangkan kepentingan rakyat di masa ini dan masa mendatang.
Dalam kesempatan itu, Anas juga menyinggung soal kecurigaan beberapa pihak terkait dirinya yang sakit bertepatan penandatanganan pakta integritas di Cikeas. “Ada yang berspekulasi, Ketum Anas itu sakit betulan atau tidak. Sakit itu boleh karena manusiawi. Firaun itu sehat terus, tidak pernah sakit, maka merasa jadi Tuhan,” kata pria yang bergabung dengan Partai Demokrat sejak tahun 2005 itu.
Selain Anas, dalam acara penandatanganan pakta integritas itu juga hadir jajaran pengurus DPP seperti Sartono, Kastorius Sinaga, Saan Mustofa, Herman Khaeron, dan Gede Pasek Suardika.
Selanjutnya, Minggu 17 Februari 2013, Partai Demokrat akan menggelar Rapat Pimpinan Nasional. Salah satu agendanya adalah penandatanganan pakta integritas oleh para pengurus DPC Demokrat se-Indonesia. “Semua pengurus DPC Kabupaten/Kota dan para caleg Demokrat akan ke Jakarta 17 Februari guna menandatangani pakta integritas penyelamatan partai,” kata Ketua DPD Demokrat Papua, Lukas Enembe, yang baru terpilih sebagai Gubernur Papua.