Saturday 11 January 2014

MENUJU TITAH CAPRES PILIHAN SANG KETUA UMUM

Joko Widodo mencium tangan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati SoekarnoputriDewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merayakan ulang tahun partai itu yang ke-41, Jumat 10 Januari 2014. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, menandai perayaan itu dengan memotong tumpeng.

Setelah memberikan potongan tumpeng pada Sekretaris Jenderal PDIP, Tjahjo Kumolo, dan Ketua Bidang Politik PDIP yang juga anak Megawati, Puan Maharani, potongan berikutnya untuk Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, yang merupakan kader PDIP. Setelah menerima potongan tumpeng, Jokowi lantas menyalami Mega dan mencium tangan dengan khidmat.

Tepuk tangan kader-kader PDIP yang ikut perayaan kecil di Kantor DPP PDIP di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pun menggema. Riuh.

Usai acara, ketika ditanya makna cium tangan itu, Jokowi menjawab diplomatis. Bukan cium tangan minta restu jadi calon presiden, Jokowi membantah. "Minta restu apa? Ini cuma acara ulang tahun biasa,” kata dia.

Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan, tak ada makna khusus dari cium tangannya kepada Megawati. Menurut dia, hal tersebut lumrah ia lakukan sebagai orang Jawa. "Tradisi orang Jawa Tengah kan memang mencium tangan orang yang dihormati,” ujar Jokowi.

Hak Prerogatif Mega

Jokowi memang menjadi magnet utama dari PDIP saat ini. Sebuah survei yang dilakukan Pol-Tracking Institute menemukan, Jokowi lebih dipilih menjadi presiden oleh internal partainya ketimbang Megawati. Berdasarkan hasil survei yang dirilis Pol-Tracking Institute, Minggu 22 Desember 2013, tingkat keterpilihan Jokowi di kalangan pemilih PDIP mencapai 69,25 persen.

Sementara itu, Megawati hanya 14,97 persen dan Puan Maharani, putri bungsu Megawati hanya 0,8 persen. Responden yang menjawab tidak tahu 13,37 persen.

Survei ini dilakukan pada 13 September-11 Oktober 2013, terhadap 2010 responden dengan usia minimal 17 tahun di seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan metode multi stage random sampling, margin of error mencapai 2,19 persen.

Pol-Tracking Institute tak hanya mengukur tingkat keterpilihan Jokowi di kalangan pemilih PDIP, tapi juga pemilih di seluruh Indonesia. Jokowi tak terbendung dengan tingkat keterpilihan tertinggi yaitu, 58,37 persen.

Sementara itu, Megawati 7,16 persen, dan Puan Maharani 0,59 persen. Yang menjawab tidak tahu sebesar 27,6 persen.

Suara akar rumput PDIP jelas tak terbendung meminta Megawati menyatakan Jokowi sebagai calon presiden. Namun, bagaimana tanggapan Mega?

Dalam pidatonya di acara itu, Megawati Soekarnoputri menyatakan tak peduli analisis orang-orang mengenai sosok calon presiden 2014 yang pantas maju dari partainya. Megawati mengatakan dengan tegas, siapa pun yang maju menjadi capres PDIP, itu atas perintahnya.

“Orang, baik dari internal maupun eksternal partai, boleh saja membuat analisis. Tetapi, seperti yang telah berulang kali saya katakan, saya sebagai Ketua Umum PDIP yang punya hak prerogatif (menunjuk capres PDIP),” kata Megawati yang bulan ini berusia 67 tahun itu.

Mega mengatakan, Rapat Kerja Nasional III PDIP di Bali sudah memutuskan bahwa pencalonan presiden akan dilakukan setelah pemilu legislatif selesai. Pemilu baru digelar 9 April 2014.
“Jadi, tolong bersabar saja. Kalau yang lain sudah mengumumkan capres, itu strategi partai lain. PDIP punya strategi sendiri,” ujar dia.

Megawati mengimbau kader-kader PDIP untuk tak terbawa arus dengan mendorong pengurus DPP PDIP menyampaikan capres lebih awal. “Kami fokus saja dulu pada Pemilu. Semua sudah ada aturannya. Sesuai instruksi DPP Partai, dengan kerja keras, kami harus mencapai target 20 persen suara nasional,” ujar dia.

Mega Tak Maju Lagi

Soal siapa calon presiden dari PDIP ini, politikus senior PDIP Panda Nababan mengatakan, Megawati tak akan maju menjadi capres lagi. “Mbak Mega bilang, ‘Panda, kamu pikir saya tidak tahu malu? Saya sudah sering kalah (dalam pemilu). Tahun 2014, saya sudah nenek-nenek’,” kata Panda menirukan ucapan Megawati.

Panda bahkan membantah rumor Jokowi akan berpasangan dengan Megawati sebagai calon wakil presiden. Rumor itu, kata Panda, isu sesat.

Panda mengatakan, isu itu diembuskan sebagai strategi untuk mengaburkan manuver politik PDIP. Sebetulnya, ujar Panda, Megawati tak lagi berminat menjadi calon presiden pada Pemilu 2014.

Di internal PDIP sudah beredar rumor, Mega akan mengajukan kader-kader muda untuk maju sebagai capres. “Ada (Gubernur DKI Jakarta) Jokowi, (Gubernur Jawa Tengah) Ganjar Pranowo, dan (Wali Kota Surabaya) Risma,” ujar Panda.

Belakangan ini, Megawati memang kerap hadir di sejumlah acara bersama Jokowi, Ganjar, atau Risma. Paling sering bersama Jokowi, karena keduanya kini sama-sama berdomisili di Jakarta. Namun, Megawati tak hanya mengajak Jokowi "jalan-jalan" di seputaran Jakarta.
Mereka berdua misalnya sama-sama mengisi ceramah di Yogyakarta pada akhir Desember 2013. Pertengahan Desember 2013, Mega mengajak Jokowi dan Risma menghadiri seminar di Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan.