Cemas. Itu perasaan sebagian calon jamaah umrah di Tanah Air. Pasalnya, Middle East Respitatory Syndrome-Corona Virus
(MERS-CoV) di tanah suci Arab Saudi tengah menebar teror. Virus sindrom
pernapasan itu hingga kini menyerang sedikitnya 490 orang dan telah
menewaskan 121 penderita di seluruh dunia.
Tapi niat ibadah
sudah bulat. Apa pun risiko yang terjadi akan dihadapi walau berita soal
virus maut itu sudah cukup membuat khawatir. Tekad itu sudah ditanam di
hati Mariam, calon jamaah umrah asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Mariam
mengaku rasa cemas itu memang ada. Namun, bagi perempuan 45 tahun itu,
saat ini merupakan momen yang tepat untuk beribadah di tanah suci.
“Karena mati Allah yang menentukan. Di tempat tidur pun kita sewaktu-waktu bisa mati,” kata Mariam saat berbincang dengan VIVAnews.
Bersama
suaminya, H. Bahri Ansyah (55 tahun), Mariam akan berangkat 20 Mei
2014. “Saya pasrah dan tetap berangkat umrah. Yang penting kami
berangkat umrah untuk menunaikan ibadah. Soal hidup mati itu ada di
tangan Allah,” kata dia.
Calon jamaah lainnya, Robethoh, yang
juga asal Banjarmasin turut waswas. Sama seperti Mariam, karena niat
ibadah, apapun risikonya akan dihadapi. “Kami dari daerah orangnya
rata-rata fanatik, jadi apapun risikonya tetap berangkat," kata Robethoh
di kantor Himpunan Haji dan Umrah (HIMPUH), Tebet.
Perempuan 35
tahun itu mengungkapkan rombongan jamaah umrah asal Banjarmasin ada 100
orang yang akan berangkat 20 Mei 2014. Mereka akan berada di Arab Saudi
selama 13 hari.
Mariam dan Robethoh hanya segelintir dari para
jamaah yang tetap membulatkan niat pergi ke Tanah Suci. Ini diiyakan
oleh Direktur Travel Hikmah, Slamet Riyadi. Kata dia, sejauh ini belum
ada calon jamaah umrah maupun haji yang menggunakan jasa bironya menunda
atau membatalkannya. Slamet menyebutkan, Mei dan Juni nanti, bironya
akan memberangkatkan sekitar 100 orang.
Slamet mengungkap,
maraknya pemberitaan tentang virus ini bukan pertama kali. Tahun lalu
juga sempat marak penyebaran virus flu burung dan MERS-CoV di Arab
Saudi. Namun tetap, tak menyurutkan niat calon jamaah untuk berangkat.
“Vaksin meningitis yang diberikan wajib bagi jamaah, memperkuat jamaah
untuk tetap berangkat ke Saudi. Bahkan ada sebagian yang teken kontrak
siap mati. Mereka merasa hidup dan mati itu ada di tangan Allah,”
tuturnya.
Meski begitu, pihaknya tetap menyarankan agar calon
jamaah agar melengkapi semua vaksinasi sebelum berangkat, dan tetap
menjaga kondisi selama menjalankan ibadah umrah. “Dari jamaah tidak
terlalu khawatir, sejauh ini yang khawatir justru dari travel.”
Pemerintah Indonesia juga belum memberikan travel
warning. Sebab pemerintah Arab Saudi sendiri belum menggolongkan
kejadian merebaknya virus MERS-CoV ini sebagai Kejadian Luar Biasa
(KLB). “Kami dengar dari Pak Menteri Agama tidak ada informasi yang
signifikan sampai adanya pelarangan jamaah untuk berangkat ke sana.
Mudah-mudahan tidak ada hal yang mengkhawatirkan jamaah,” tuturnya.
Pilih Menunda
Lain
lagi cerita di Medan, Sumatera Utara. Ada sejumlah calon jamaah umrah
memilih menunda keberangkatan. Mereka tidak mau ambil risiko tertular
virus MERS-CoV. Salah satunya Sartimah.
Rencananya, wanita
berjilbab ini akan ke Tanah Suci bersama keluarga pada 9 Mei 2014. Dia
memilih menunda keberangkatan hingga dua bulan mendatang. "Kami khawatir
akan terkena virus MERS jika berangkat sekarang," kata Sartimah saat
ditemui di biro travel PT Siar Haramain International Wisata di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Rabu 7 Mei 2014.
Sartimah
mengambil keputusan menunda keberangkatan menyusul maraknya pemberitaan
soal virus MERS-CoV. Apalagi dikabarkan sudah ada korban yang berasal
dari Medan, Sumatera Utara. [Lihat VIDEO: Seorang Jamaah Umroh Asal
Sumut Suspect MERS-CoV]
"Kami takut juga bawa virus itu ke Indonesia," kata dia.
Ngatimah
Boru Sipahutar juga menunda keberangkatan hingga Agustus 2014.
Rencananya Ngatimah akan berangkat umrah bersama adik, kakak, dan
anaknya. “Kami tak jadi berangkat bulan ini, khawatir,” kata dia.
Direktur Marketing biro travel
PT Siar Haramain Internasional Wisata, Alamria Asmardy, menilai
banyaknya pemberitaan terkait virus MERS-CoV cukup mempengaruhi calon
jamaah. "Apalagi ada yang kabarnya meninggal, maka sangat berpengaruh.
Calon jamaah umumnya menunda keberangkatan, bukan membatalkan," kata
Alamria.
Akibatnya, ada sejumlah calon jamaah mengajukan
permohonan menunda keberangkatan. Kata Alamria, pekan ini sudah ada 20
calon jamaah yang menunda keberangkatan. Perusahaannya sudah memberi
penjelasan kepada para calon jamaah agar terhindar dari virus MERS-CoV.
Kendati begitu, Alamria memaklumi kekhawatiran para calon jamaah.
Cara Pemerintah
MERS-CoV
muncul perdana September 2012 di Arab Saudi. Namun hingga kini belum
ada penangkal atau obat-obatan untuk menangani virus yang berasal dari
hewan unta itu. [Baca: Dua Antibodi Ini Bisa Jadi Penawar Virus
MERS-CoV]
Virus ini menyebar ke 15 negara, yaitu Saudi Arabia,
Jordania, Qatar, Tunisia, Uni Emirat Arab, Oman, Kuwait, Perancis,
Jerman, Italia, Yunani, Filipina, dan Malaysia. Warga negara-negara itu
umumnya tertular setelah menjalankan ibadah umrah.
Pemerintah
Indonesia tidak mau kecolongan. Banyak orang Indonesia yang berkunjung
dan tinggal di Arab Saudi jadi alasan Pemerintah langsung mengambil
langkah serius. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono,
mengatakan ada sekitar 1,2 juta WNI yang merantau di Arab Saudi. Setiap
bulan dan tiap tahun, Indonesia mengirim ratusan ribu jamaah umrah dan
haji.
“Jadi kami berkepentingan melindungi warga kita,” kata
Agung Laksono di sela rapat koordinasi bersama Menteri Agama, Menteri
Kesehatan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Perhubungan untuk membahas penyebaran virus ini, Senin 5 Mei 2014.
Apalagi
sebagian korban tertular yang berasal dari negara lain itu usai
menjalankan ibadah umrah. Menurut Agung, sudah satu WNI yang tinggal di
Arab Saudi meninggal dunia akibat MERS-CoV. WNI itu berinisial NA, 61
tahun, wafat pada 27 April 2014.
Untuk mencegah masuknya
MERS-CoV ke Indonesia, pemerintah melakukan langkah pencegahan dengan
memperketat penjagaan sejumlah pintu masuk kunjungan wisatawan. Termasuk
pintu kedatangan jamaah umrah dan haji dari Timur Tengah, khususnya
Arab Saudi.
“Kami meningkatkan pemantauan di pintu masuk negara,
dan menyebar health alert card dengan memasang leaflet serta banner di
pintu masuk Indonesia, misalnya di bandara dan pelabuhan,” kata Agung.
Pengalaman
Indonesia dalam menanggulangi penyebaran virus flu burung, diklaim
Agung membuat pemerintah lebih siap menghadapi kemungkinan penyebaran
MERS-CoV di tanah air.
Sudah ada 100 rumah sakit yang siap
menerima pasien dengan gejala virus MERS-CoV. “Jumlah itu pun bisa
meningkat menjadi 155 rumah sakit,” kata dia.
Saat ini belum ada
larangan bagi WNI untuk bepergian ke Arab Saudi dan Timur Tengah. Meski
begitu, Pemerintah tetap mengimbau agar WNI yang tidak terlalu
berkepentingan hendaknya mengurungkan niat ke sana.
“Memang tidak ada travel restriction, tidak ada travel warning, hanya ada travel
advice saja, yang menganjurkan penduduk Indonesia sebaiknya tidak pergi
ke sana. Tapi anjuran itu ya untuk diindahkan. Artinya, kalau ada orang
yang punya penyakit bawaan, sebaiknya jangan pergi. Itu termasuk
langkah pencegahan,” kata Menko Kesra Agung Laksono.
Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) menyatakan hal yang sama. Ketua IDI Zainal Abidin
mengimbau warga Indonesia menunda keberangkatan umrah dan haji.
Terutama bagi yang berusia di atas 65 tahun, anak-anak di bawah 12 tahun
dan wanita hamil. Jamaah yang memiliki penyakit ginjal, jantung, dan
pernafasan, juga diimbau tidak ke Arab Saudi.
“Jangan ada stigma bahwa IDI melarang masyarakat untuk pergi haji,” kata dia.
Kalau pun jamaah tetap pergi ke Tanah Suci atau ke Timur Tengah dalam waktu dekat ini, IDI memberikan saran, antara lain:
1. Hindari kontak langsung dengan orang yang batuk dan gunakan masker,
2. Tidak minum susu unta mentah,
3. Tidak bersentuhan atau berdekatan dengan unta,
4. Bagi yang ibadah, alangkah baiknya jika fokus menjalankan ibadah, demi meminimalisir terjangkitnya virus,
5. Jika ada gejala-gejala yang sama, harap melaporkan kepada petugas kesehatan secepat mungkin.
"Kami berusaha semaksimal mungkin mencegah dan meminimalisir peredaran virus," tutur Zainal. (