Ada pernyataan menggelitik dari Taufiq Kiemas pekan lalu. Dia mengatakan tak setuju jika istrinya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, maju lagi menjadi calon presiden pada Pemilu 2014.
Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP itu berprinsip, orang tua yang maju menjadi capres, tak akan bisa mengubah apapun. “Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda, bukan orang tua,” ujarnya. Kiemas ingin ada regenerasi kepemimpinan, baik di internal partai maupun di tingkat nasional.
Menjadi anggota DPR RI sejak 1987 sampai sekarang (dia hanya absen pada periode 1992-1999, ketika dia dan mereka yang kelak menjadi pendukung PDI Perjuangan, ditekan oleh rezim Orde Baru), Kiemas adalah politisi yang kenyang asam garam.
Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP itu berprinsip, orang tua yang maju menjadi capres, tak akan bisa mengubah apapun. “Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda, bukan orang tua,” ujarnya. Kiemas ingin ada regenerasi kepemimpinan, baik di internal partai maupun di tingkat nasional.
Menjadi anggota DPR RI sejak 1987 sampai sekarang (dia hanya absen pada periode 1992-1999, ketika dia dan mereka yang kelak menjadi pendukung PDI Perjuangan, ditekan oleh rezim Orde Baru), Kiemas adalah politisi yang kenyang asam garam.
“Saya dulu mau jadi presiden,” ujar Kiemas soal masa cita-cita masa kecilnya. Lahir di Jakarta, 31 Desember 1943, mimpi Kemas memang tak sampai. Tapi, setidaknya, dia mendampingi Megawati menjadi presiden kelima RI sebagai seorang kader PDIP dan suami.
Itu sebabnya, kini Kiemas giat mendorong orang-orang muda di PDIP untuk lebih banyak tampil. Lulusan sarjana muda hukum (1966) dari Universitas Sriwijaya, Palembang itu tak bosan mengingatkan para politisi muda itu agar punya target tinggi. “Kalau tidak bercita-cita jadi RI-1 ya tak usah ikut politik,” ujar Ketua MPR RI itu.
Lalu, siapakah yang akan didorong oleh PDIP untuk maju ke kursi RI-1? Reporter VIVAnewsNila Chrisna Yulika menemui Taufiq Kiemas untuk mengulik pandangannya seputar soal capres, dan regenerasi partai. Berikut petikan wawancara itu.
Anda kerap mendorong anak muda berpolitik. Bagaimana Anda bergaul dengan para politisi muda itu, dan menyatukan pikiran dengan mereka?
Saya mengikuti pola pikir mereka, sebab mereka menafsirkan ajaran-ajaran apapun dengan kondisi terkini. Anak muda selalu memberi masukan. Kalau anak muda, habis membaca, lalu memberikan masukan buat saya. Kalah saya kan khayalan saja, cerita-cerita masa lalu. Hanya mengatakan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti, tidak boleh tidak sabar, tidak boleh tidak santun. Tapi begitu kita tidak santun pada orang lain, ya selesai (mengingkari ucapan sendiri).
Anak-anak muda juga biasa kerja lapangan. Sementara saya tidak bisa kerja lapangan. Makanya kalau tak ada anak muda, saya tidak mengerti lapangan sama sekali. Dulu waktu pertama kali ada gerakan penyerangan ke PDIP tahun 1990-1996, anak muda di depan saya tahu setiap ada kejadian di lapangan. Yang tahu anak-anak muda, bukan orang tua.
Anak muda juga buat saya lebih happy. Saya jadi ngerti lagi-lagu baru. Sekarang saya sudah kenal lagu Noah, “Separuh Aku,” Slank, hahaha... Saya menikmati musik-musik anak muda. Dinamikanya saya suka. Saya suka anak-anak muda yang suka politik, musik. Semoga generasi ini tidak kena narkoba.
Punya wejangan khusus untuk anak-anak muda di PDIP menghadapi tahun politik 2013 ini?
Mereka pada lebih mengerti dan lebih pintar dari saya. Kalau saya ngomong sama anak muda, tidak bisa memaksakan kehendak. Sudah beda. Seperti waktu muda dulu ketika saya masuk Masyumi, pemikiran saya sudah beda sekali dengan ayah saya. Pikiran saya mungkin tidak masuk ke ayah saya. Sekarang saya juga sudah tidak masuk (mengerti) lagi cara berpikirnya Puan (Maharani – putri Kiemas dan Megawati).
Anda optimis PDIP akan menjadi partai pemenang Pemilu 2014?
Semua cita-citanya begitu, sebab kalau cita-citanya tidak begitu, ya tidak diikuti sama anak-anak muda. Sekarang kan anak muda banyak sekali. Jadi kalau merekrut anak-anak muda, pasti kita bercita-cita menang pemilu. Kalau tidak merekrut anak muda, menurut saya susah. Harus ada regenerasi terus-menerus. Regenerasi itu keniscayaan. Tidak mungkin ada pergantian pemerintahan kalau tidak ada regenerasi.
Anda bilang regenerasi, tapi dalam survei capres, nama-nama yang muncul kan itu-itu saja?
Saya yakin dalam setahun bisa berubah. Siapa yang menyangka Gus Dur dan SBY bisa jadi presiden. SBY dulu masih menjadi Komandan Korem di Yogyakarta, sekarang dia jadi Presiden. Saya sudah sebutkan di buku saya, arus bawah itu tidak bisa ditahan oleh siapapun. Itu sejarah.
Jadi PDIP sudah melirik tokoh muda untuk jadi capres?
Pasti.
Siapa saja?
Tidak boleh (dibicarakan). Nanti dimarahi Mbak Puan (yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP). DI PDIP banyak orang muda. Ada Pramono (Anung).
Apakah PDIP sudah membicarakan capres?
Sekarang sudah mulai, saat Rapat Koordinasi Nasional kemarin.
PDIP ajukan capres sendiri atau menggandeng partai lain?
Ya harus sama-sama yang lain. Tidak mungkin PDIP memang sendirian. Mungkin PDIP bisa maju sama Golkar atau Demokrat. Ideologinya kan sama.
Tapi Golkar kan sudah punya capres sendiri?
Ya kita lihat nanti.
Siapa capres potensial menurut Anda?
Di semua partai ada yang potensial. Menteri-menteri muda itu juga kan pitar-pintar.
Sekarang banyak tokoh-tokoh baru seperti Rhoma Irama dan Farhat Abbas yang berniat maju capres. Apa tanggapan Anda?
Bagus, saya senang. Kalau kita punya satu orang tua, dia mimpi saja kerjanya. Tapi kalau kita punya satu anak muda, dia bisa mengubah dunia. Itu benar. Calon-calon seperti Ibu Mega, kan mengkhayal saja kerjanya. Jadi kalau ada yang punya pemikiran menyatukan Ibu Mega dengan Jusuf Kalla (sebagai capres-cawapres), itu mimpi saja, orang sakit. Semua orang punya cita-cita, Ibu Mega juga. Tapi kalau Ibu Mega nyalon lagi, saya tidak setuju. Dunianya sudah beda.
Bedanya bagaimana?
Anak muda bilang begini, kami (orang tua) bilang begini, ya susah. Kami tidak mengerti main facebook, twitter, mereka (anak muda) main facebook sama seluruh dunia. Anak muda baca buku dan diskusi setiap hari, kami tidak pernah lagi. Ini kan sudah beda sekali. Jadi masih banyak yang muda. Di PDIP banyak, di Golkar juga banyak.
Siapa tokoh muda PDIP yang Anda jagokan?
Pram (Pramono Anung adalah mantan Sekjen PDIP yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua DPR).
Apa kelebihan Pramono?
Pram lebih sering tampil, komunikatif.
Tapi banyak survei yang menyebut elektabilitas Jokowi tinggi untuk jadi capres?
Itu terserah Jokowi. Tapi buat saya, saya rasa belum waktunya. Tapi kalau saya bilang belum waktunya, berarti Pak Taufiq melarang, sementara itu tidak boleh karena merupakan hak politik dia (Jokowi). Tapi saya rasa PDIP tidak akan mengizinkan Jokowi (jadi capres).
Apa alasannya?
Pekerjaannya (sebagai Gubernur DKI Jakarta) belum selesai.
Tapi dari sisi kemampuan, apakah Jokowi layak jadi capres?
Kita uji dulu. Ini kan baru 100 hari-an (Jokowi jadi Gubernur DKI).
Memasuki tahun politik ini, tidak sedikit ada aksi saling jegal, baik lintas partai ataupun di internal partai. Menurut Anda, apa yang harus dilakukan partai politik menghadapi tahun politik semacam ini?
Yang paling penting, partai harus punya ideologi. Sebaiknya semua partai konsolidasi untuk Pemilu 2014 supaya tahun politik ini berjalan tenang. Saya tidak mau bicarakan partai orang, nanti salah. Jangan menari-nari di atas partai orang.
Akhir-akhir ini, semakin dekat ke Pemilu 2014, banyak politikus pindah partai. Apa tanggapan Anda?
Ini memang masalah ideologi. Kalau ideologi tidak kuat, bisa lari-lari juga. Kalau motivasi seseorang itu untuk memperoleh kedudukan, kan tidak benar. Mereka kurang sabar. Oleh sebab itu masuk parpol harus karena ideologi. Kami juga kan merasakan saat PDIP sendirian lalu dikeroyok.
Apakah politisi sekarang kurang kuat menghadapi tantangan?
Idealisme tetap ada, cuma kan tidak bisa instan. Ingin cepat, itu tidak bisa. Kalau masuk partai tapi tidak punya idealisme, susah juga.
Apakah di PDIP ada politisi kutu loncat?
Di PDIP banyak anak-anak muda berkeringat yang punya masa depan bagus. Kami tidak perlu kutu loncat. Saya rasa performa kader PDIP di DPR dan MPR bagus sekali.
Sekarang banyak anggota DPR terlibat korupsi. Bagaimana Anda melihatnya?
Kalau nama mereka bersih, pasti dipilih lagi oleh rakyat. Jadi tidak usah kita bicara bersih-bersih. Uji saja nanti, dipilih lagi oleh rakyat atau tidak. Biar rakyat yang menentukan. PDIP pernah mabuk juga (soal korupsi ini).
Anda sekarang menjabat sebagai Ketua MPR. Kenapa ingin jadi Ketua MPR? Apa sesungguhnya cita-cita Anda untuk bangsa?
Saya jadi Ketua MPR yang paling mendorong itu anak muda di PDIP. Mbak Puan misalnya salah satu yang paling mendorong. Saya juga tidak mau kalau tidak terpilih jadi Ketua MPR secara aklamasi, karena Pancasila kan gotong royong.
Saya mau bangsa menjalankan empat pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar itu roh bangsa. Tanpa itu, kita tidak punya kemerdekaan. Kita dulu punya Pancasila dulu, baru merdeka. Bukan merdeka dulu, baru punya Pancasila. Itu berbeda. Jadi penting sekali kita memperkenalkan kepada generasi muda bahwa kita punya dasar negara. Sosialisasi empat pilar ini sekarang sudah masif sekali.
Sosialisasi itu saya rasa cukup berhasil. Sekarang sudah banyak orang yang membicarakan soal kearifan lokal. Kami (MPR) sudah meneken MoU dengan seluruh bupati dan kepala daerah di seluruh Indonesia, juga DPRD tingkat II, tentang empat pilar ini.
DPR pun sudah berhasil menggolkan Pancasila dan Budi Pekerti masuk kurikulum. Itu kan luar biasa. Kami tidak mendoktrinasi. Kami sosialisasi. Kami punya jadwal sosialisasi dengan 300 organisasi, dari berbagai sekolah. Sosialisasi lewat outbond, cerdas cermat, dangdut, macam-macamlah.
Apakah masih ingin jadi Ketua MPR lagi tahun 2014?
Tidaklah, cukup.
Lalu apa yang akan dilakukan setelah masa jabatan sebagai Ketua MPR berakhir tahun 2014?
Kalau saya masih dianggap ada gunanya, saya tetap bersedia disuruh sosialisasi empat pilar oleh MPR. Tentu saya sebagai masyarakat biasa.
Apakah akan fokus mengurus PDIP setelah tak lagi jadi Ketua MPR?
Pensiun dululah. PDIP kan sudah banyak anak mudanya.
Anda kerap mendorong anak muda berpolitik. Bagaimana Anda bergaul dengan para politisi muda itu, dan menyatukan pikiran dengan mereka?
Saya mengikuti pola pikir mereka, sebab mereka menafsirkan ajaran-ajaran apapun dengan kondisi terkini. Anak muda selalu memberi masukan. Kalau anak muda, habis membaca, lalu memberikan masukan buat saya. Kalah saya kan khayalan saja, cerita-cerita masa lalu. Hanya mengatakan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti, tidak boleh tidak sabar, tidak boleh tidak santun. Tapi begitu kita tidak santun pada orang lain, ya selesai (mengingkari ucapan sendiri).
Anak-anak muda juga biasa kerja lapangan. Sementara saya tidak bisa kerja lapangan. Makanya kalau tak ada anak muda, saya tidak mengerti lapangan sama sekali. Dulu waktu pertama kali ada gerakan penyerangan ke PDIP tahun 1990-1996, anak muda di depan saya tahu setiap ada kejadian di lapangan. Yang tahu anak-anak muda, bukan orang tua.
Anak muda juga buat saya lebih happy. Saya jadi ngerti lagi-lagu baru. Sekarang saya sudah kenal lagu Noah, “Separuh Aku,” Slank, hahaha... Saya menikmati musik-musik anak muda. Dinamikanya saya suka. Saya suka anak-anak muda yang suka politik, musik. Semoga generasi ini tidak kena narkoba.
Punya wejangan khusus untuk anak-anak muda di PDIP menghadapi tahun politik 2013 ini?
Mereka pada lebih mengerti dan lebih pintar dari saya. Kalau saya ngomong sama anak muda, tidak bisa memaksakan kehendak. Sudah beda. Seperti waktu muda dulu ketika saya masuk Masyumi, pemikiran saya sudah beda sekali dengan ayah saya. Pikiran saya mungkin tidak masuk ke ayah saya. Sekarang saya juga sudah tidak masuk (mengerti) lagi cara berpikirnya Puan (Maharani – putri Kiemas dan Megawati).
Anda optimis PDIP akan menjadi partai pemenang Pemilu 2014?
Semua cita-citanya begitu, sebab kalau cita-citanya tidak begitu, ya tidak diikuti sama anak-anak muda. Sekarang kan anak muda banyak sekali. Jadi kalau merekrut anak-anak muda, pasti kita bercita-cita menang pemilu. Kalau tidak merekrut anak muda, menurut saya susah. Harus ada regenerasi terus-menerus. Regenerasi itu keniscayaan. Tidak mungkin ada pergantian pemerintahan kalau tidak ada regenerasi.
Anda bilang regenerasi, tapi dalam survei capres, nama-nama yang muncul kan itu-itu saja?
Saya yakin dalam setahun bisa berubah. Siapa yang menyangka Gus Dur dan SBY bisa jadi presiden. SBY dulu masih menjadi Komandan Korem di Yogyakarta, sekarang dia jadi Presiden. Saya sudah sebutkan di buku saya, arus bawah itu tidak bisa ditahan oleh siapapun. Itu sejarah.
Jadi PDIP sudah melirik tokoh muda untuk jadi capres?
Pasti.
Siapa saja?
Tidak boleh (dibicarakan). Nanti dimarahi Mbak Puan (yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP). DI PDIP banyak orang muda. Ada Pramono (Anung).
Apakah PDIP sudah membicarakan capres?
Sekarang sudah mulai, saat Rapat Koordinasi Nasional kemarin.
PDIP ajukan capres sendiri atau menggandeng partai lain?
Ya harus sama-sama yang lain. Tidak mungkin PDIP memang sendirian. Mungkin PDIP bisa maju sama Golkar atau Demokrat. Ideologinya kan sama.
Tapi Golkar kan sudah punya capres sendiri?
Ya kita lihat nanti.
Siapa capres potensial menurut Anda?
Di semua partai ada yang potensial. Menteri-menteri muda itu juga kan pitar-pintar.
Sekarang banyak tokoh-tokoh baru seperti Rhoma Irama dan Farhat Abbas yang berniat maju capres. Apa tanggapan Anda?
Bagus, saya senang. Kalau kita punya satu orang tua, dia mimpi saja kerjanya. Tapi kalau kita punya satu anak muda, dia bisa mengubah dunia. Itu benar. Calon-calon seperti Ibu Mega, kan mengkhayal saja kerjanya. Jadi kalau ada yang punya pemikiran menyatukan Ibu Mega dengan Jusuf Kalla (sebagai capres-cawapres), itu mimpi saja, orang sakit. Semua orang punya cita-cita, Ibu Mega juga. Tapi kalau Ibu Mega nyalon lagi, saya tidak setuju. Dunianya sudah beda.
Bedanya bagaimana?
Anak muda bilang begini, kami (orang tua) bilang begini, ya susah. Kami tidak mengerti main facebook, twitter, mereka (anak muda) main facebook sama seluruh dunia. Anak muda baca buku dan diskusi setiap hari, kami tidak pernah lagi. Ini kan sudah beda sekali. Jadi masih banyak yang muda. Di PDIP banyak, di Golkar juga banyak.
Siapa tokoh muda PDIP yang Anda jagokan?
Pram (Pramono Anung adalah mantan Sekjen PDIP yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua DPR).
Apa kelebihan Pramono?
Pram lebih sering tampil, komunikatif.
Tapi banyak survei yang menyebut elektabilitas Jokowi tinggi untuk jadi capres?
Itu terserah Jokowi. Tapi buat saya, saya rasa belum waktunya. Tapi kalau saya bilang belum waktunya, berarti Pak Taufiq melarang, sementara itu tidak boleh karena merupakan hak politik dia (Jokowi). Tapi saya rasa PDIP tidak akan mengizinkan Jokowi (jadi capres).
Apa alasannya?
Pekerjaannya (sebagai Gubernur DKI Jakarta) belum selesai.
Tapi dari sisi kemampuan, apakah Jokowi layak jadi capres?
Kita uji dulu. Ini kan baru 100 hari-an (Jokowi jadi Gubernur DKI).
Memasuki tahun politik ini, tidak sedikit ada aksi saling jegal, baik lintas partai ataupun di internal partai. Menurut Anda, apa yang harus dilakukan partai politik menghadapi tahun politik semacam ini?
Yang paling penting, partai harus punya ideologi. Sebaiknya semua partai konsolidasi untuk Pemilu 2014 supaya tahun politik ini berjalan tenang. Saya tidak mau bicarakan partai orang, nanti salah. Jangan menari-nari di atas partai orang.
Akhir-akhir ini, semakin dekat ke Pemilu 2014, banyak politikus pindah partai. Apa tanggapan Anda?
Ini memang masalah ideologi. Kalau ideologi tidak kuat, bisa lari-lari juga. Kalau motivasi seseorang itu untuk memperoleh kedudukan, kan tidak benar. Mereka kurang sabar. Oleh sebab itu masuk parpol harus karena ideologi. Kami juga kan merasakan saat PDIP sendirian lalu dikeroyok.
Apakah politisi sekarang kurang kuat menghadapi tantangan?
Idealisme tetap ada, cuma kan tidak bisa instan. Ingin cepat, itu tidak bisa. Kalau masuk partai tapi tidak punya idealisme, susah juga.
Apakah di PDIP ada politisi kutu loncat?
Di PDIP banyak anak-anak muda berkeringat yang punya masa depan bagus. Kami tidak perlu kutu loncat. Saya rasa performa kader PDIP di DPR dan MPR bagus sekali.
Sekarang banyak anggota DPR terlibat korupsi. Bagaimana Anda melihatnya?
Kalau nama mereka bersih, pasti dipilih lagi oleh rakyat. Jadi tidak usah kita bicara bersih-bersih. Uji saja nanti, dipilih lagi oleh rakyat atau tidak. Biar rakyat yang menentukan. PDIP pernah mabuk juga (soal korupsi ini).
Anda sekarang menjabat sebagai Ketua MPR. Kenapa ingin jadi Ketua MPR? Apa sesungguhnya cita-cita Anda untuk bangsa?
Saya jadi Ketua MPR yang paling mendorong itu anak muda di PDIP. Mbak Puan misalnya salah satu yang paling mendorong. Saya juga tidak mau kalau tidak terpilih jadi Ketua MPR secara aklamasi, karena Pancasila kan gotong royong.
Saya mau bangsa menjalankan empat pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar itu roh bangsa. Tanpa itu, kita tidak punya kemerdekaan. Kita dulu punya Pancasila dulu, baru merdeka. Bukan merdeka dulu, baru punya Pancasila. Itu berbeda. Jadi penting sekali kita memperkenalkan kepada generasi muda bahwa kita punya dasar negara. Sosialisasi empat pilar ini sekarang sudah masif sekali.
Sosialisasi itu saya rasa cukup berhasil. Sekarang sudah banyak orang yang membicarakan soal kearifan lokal. Kami (MPR) sudah meneken MoU dengan seluruh bupati dan kepala daerah di seluruh Indonesia, juga DPRD tingkat II, tentang empat pilar ini.
DPR pun sudah berhasil menggolkan Pancasila dan Budi Pekerti masuk kurikulum. Itu kan luar biasa. Kami tidak mendoktrinasi. Kami sosialisasi. Kami punya jadwal sosialisasi dengan 300 organisasi, dari berbagai sekolah. Sosialisasi lewat outbond, cerdas cermat, dangdut, macam-macamlah.
Apakah masih ingin jadi Ketua MPR lagi tahun 2014?
Tidaklah, cukup.
Lalu apa yang akan dilakukan setelah masa jabatan sebagai Ketua MPR berakhir tahun 2014?
Kalau saya masih dianggap ada gunanya, saya tetap bersedia disuruh sosialisasi empat pilar oleh MPR. Tentu saya sebagai masyarakat biasa.
Apakah akan fokus mengurus PDIP setelah tak lagi jadi Ketua MPR?
Pensiun dululah. PDIP kan sudah banyak anak mudanya.