Saturday, 21 May 2011

RINDU ORDE BARU, RINDU DARI PADA SOEHARTO, DARI PADA ORDE REFORMASI


Enam mobil merapat ke satu rumah di Jalan Jambu 1 Menteng Jakarta Pusat.  Siang itu, Jumat 20 Mei 2011, Amelia Ahmad Yani --putri sulung almarhum Jendral Ahmad Yani, kedatangan tamu dari Partai Nasional Republik (PRN) atau Nasrep. Ada hajatan kecil rupanya: rapat konsolidasi partai.
Para tetamu duduk di ruang jembar itu. Rapat belum mulai. Mereka masih menunggu seorang penting lain. Dialah Tommy Soeharto, putra bungsu presiden di masa Orde Baru, Soeharto. Tommy adalah tiang. Sebagai Ketua Dewan Penasihat dia turut menghidupi partai itu. Tak heran, bila jauh-jauh hari sebelum deklarasi, partai ini akan mengusung Tommy Soeharto sebagai calon presiden RI.
Siang itu hari agak terik, dan listrik padam. “Tolong dong bilangin PLN suruh hidupin. Kita tidak betah nih. Panas,” jerit Amelia kepada salah satu pengurus Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN). Rumah itu tadinya memang mau jadi markas partai itu. Tapi karena hanya menyabet  1,21 persen suara pada Pemilu 2009, partai itu tak lolos parliamentary treshold.
Tapi Amelia tak patah semangat. Dia bertemu Tommy Soeharto, dan lobi antara dua anak jenderal yang sempat berteru di masa lalu itu, akhirnya menghasilkan kesepakatan. Mereka beraliansi menghadapi pemilu 2014. Partai Nasrep pun berdiri. Amelia masuk jadi tim formatur.
Kini Nasrep telah terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM untuk turut pemilu 2014. Kendati visi dan misi partai belum jelas, tapi jualan utama partai ini sudah bisa ditebak. Mereka  membidik massa pemilih kecewa dengan kondisi reformasi yang telah berjalan 13 tahun.
"Nasional Republik akan mewadahi rakyat yang mendambakan situasi zamannya Pak Harto, yang aman, damai, dan sejahtera sandang pangan dan papan, " ujar salah satu inisiator Partai Nasional Republik, Letnan Jenderal Purnawirawan Edy Waluyo.