Saturday 28 November 2009

KASUS PENCURIAN SEBUTIR BUAH SEMANGKA : KEJAKSAAN NEGERI KEDIRI SARANKAN KUHP DIREVISI

Kediri - Kasus pencurian satu buah semangka dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara, tidak hanya mendapatkan kecaman dari masyarakat. Kejaksaan Negeri Kediri turut bersuara dengan menganggap kesalahan terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dan meminta dilakukannya revisi.

Hal ini disampaikan Kepala Sub Bagian Pembinaan Kejaksaan Negeri Kediri, Agus Eko Purnomo.

Menurutnya, meski tindak pidana yang dilakukan Basar dan Kholil secara materil dan formil telah memenuhi unsur pencurian dengan melangagar Pasal 362 KUHP. Meski begitu, ujar Agus penyelesaiannya semestinya dapat dilakukan di tingkat kepolisian.

Namun, bobot perkara yang dianggap sangat rendah dan didukung dengan barang bukti yang sangat sepele, semestinya penyelesaian dapat dilakukan atas dasar kemanusiaan.

"Lha kalau ditanya kenapa kasus ini lanjut sampai pengadilan, karena kami tidak mungkin menolak limpahan berkas dari kepolisian. Apalagi tindak pidananya memang sudah memenuhi unsur pelanggaran Pasal 362 KUHP," jelas Agus, saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Sabtu (28/11/2009).

Untuk tindak pidana yang dilakukan Basar dan Kholil, dijelaskan oleh Agus, dianggap sangat sepele karena nilai barang curian yang terlalu kecil. Pasal terkait pencurian dalam KUHP, dijelaskannya pula hanya mengatur 2 kategori, yaitu pencurian ringan dan biasa.

"Kalau untuk Basar dan Kholil dikategorikan tindak pidana pencurian biasa memang benar, karena kerugian korban di atas Rp 250. Tapi jujur saya katakan, nilai kerugian seperti itu kan semestinya dapat dibicarakan secara kekeluargaan," jelas Agus.

Terus bermunculannya kasus semacam itu, diakui oleh Agus, tak lepas dengan kondisi sejumlah pasal dalam KUHP yang dianggapnya sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Pihaknya mengusullkan dilakukannya revisi terhadap sejumlah kasus tersebut, agar kasus yang dialami Basar dan Kholil tidak kembali terulang.

"Catatan yang saya miliki, terakhir kali KUHP kita direvisi pada 1960. Wajar kalau banyak orang menentang kasus Basar dan Kholil dilanjutkan, karena memang nilai ekonomis kerugian akibat pencurian yang dilakukannya sangat tidak sesuai dengan kondisi saat ini," papar Agus.

Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Advokad Indonesia (Peradi) cabang Eks Karesidenan Kediri, Nurbaedah. Menurutnya, sejumlah pasal dalam KUHP memang sudah selayaknya direvisi, dan yang berhak melakukan hal tersebut adalah DPR dan Presiden.

"Saya khawatir kalau KUHP kita tidak segera direvisi, akan kembali muncul Basar dan Kholil, Nenek Minah dan kasus lain yang serupa," tegas Nurbaedah.

Dalam keterangannya Nurbaedah juga mengatakan, kekhawatiran munculnya kasus serupa dengan Basar dan Kholil memang sangat terbuka, mengingat hukum Indonesia masih menganut paham legalitas. Aparat penegak hukum akan menjerat pelaku pidana dengan pasal yang masih dianggap sah, tanpa memandang aspek kemanusiaan yang ada.

Diberitakan sebelumnya, Basar dan Kholil, 2 warga Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, didakwa melakukan tindak pidana pencurian sebuah semangka milik tetangganya.

Ironisnya, meski saat tertangkap semangka curian belum sempat dimakan, proses hukum tetap dilanjutkan dan keduanya dijerat Pasal 362 KUHP dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Daftar 32 Jurnalis yang Tewas dalam Pembantaian di Filipina

Perhimpunan Jurnalis Filipina mengabarkan bahwa jumlah jurnalis yang tewas dalam pembataian di Provinsi Manguindanao, Filipina, hari Senin lalu (23/11) mencapai 32 orang.

Seperti dirilis PJF, daftar jurnalis yang menjadi korban pembantaian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adolfo, Benjie, Gold Star Daily, Koronadal City
2. Araneta, Henry, Radio DZRH, General Santos City
3. Arriola, Mark Gilbert “Mac-Mac,” UNTV, General Santos City
4. Bataluna, Rubello, Gold Star Daily, Koronadal City
5. Betia, Arturo, Periodico Ini, General Santos City
6. Cabillo, Romeo Jimmy, Midland Review, Tacurong City
7. Cablitas, Marites, News Focus, General Santos City
8. Cachuela, Hannibal, Punto News, Koronadal City
9. Caniban, John, Periodico Ini, General Santos City
10. Dalmacio, Lea, Socsargen News, General Santos City
11. Decina, Noel, Periodico Ini, General Santos City
12. Dela Cruz, Gina, Saksi News, General Santos City
13. Doheilo, Eugene, UNTV, General Santos City
14. Duhay, Jhoy, Gold Star Daily, Tacurong City
15. Gatchalian, Jun, Davao City
16. Legarte, Bienvenido, Jr., Prontiera News, Koronadal City
17. Lupogan, Lindo, News Media Gazette, Davao City
18. Maravilla, Ernesto “Bart,” Bombo Radyo, Koronadal City
19. Merisco, Rey, Periodico Ini, Koronadal City
20. Momay, Reynaldo “Bebot” Momay, Midland Review, Tacurong City
21. Montaño, Marife “Neneng,” Saksi News, General Santos City
22. Morales, Rosell, News Focus, General Santos City
23. Nuñez, Victor, UNTV, General Santos City
24. Perante, Ronnie, koresponden Gold Star Daily, Koronadal City
25. Parcon, Joel, Prontiera News, Koronadal City
26. Razon, Fernando “Rani,” Periodico Ini, General Santos City
27. Reblando, Alejandro “Bong,” Manila Bulletin, General Santos City
28. Salaysay, Napoleon, Mindanao Gazette, Cotabato City
29. Santos, Gatchalian, Davao City, (afiliasi media tidak diketahui)
30. Subang, Ian, Socsargen Today, General Santos City
31. Teodoro, Andres “Andy,” Central Mindanao Inquirer, Tacurong City
32. Evardo, Jolito

PLANET ASING MENDEKATI KIAMAT



JAKARTA, SELASA - Sebuah planet asing yang baru ditemukan sangat istimewa karena mengorbit bintang yang tengah sekarat. Planet semacam ini dicari-cari karena dapat membantu para astronom mempelajari proses hancurnya planet. Hal tersebut akan membuka pengetahuan baru mengenai proses terjadinya kiamat di tata surya.

Planet asing tersebut jenis palnet gas dan berukuran enam kali Planet Jupiter. Ia mengorbit bintang raksasa merah bernama HD 102272 yang berada di rasi bintang Leo, 1200 tahun cahaya dari Bumi (1 tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer). Di bintang ini sebelumnya pernah ditemukan planet lain namun dengan jarak orbit lebih jauh.


Bintang-bintang berukuran kecil dan sedang seperti Matahari diyakini akan berangsur-angsur berubah menjadi bintang raksasa merah seiring berkurangnya emisi energi nuklir yang dilepaskannya. Begitu hidrogennya habis dilepaskan, inti bintang akan mengembang lalu mulai membakar helium. Bagian permukannya akan menggembung hingga 100 kali ukuran aslinya. Saat Matahari berubah sebesar itu, Bumi dan sejumlah planet mungkin telah hancur.

"Saat bintang-bintang raksasa merah mengembang, mereka akan melahap planet-planet terdekat," ujar Alexander Wolszczan, seorang pakar astrofisika dari Pennsylvania State University yang merekam planet baru itu dengan Hobby-Eberly Telescope di Observatorium McDonals, Texas, AS. Ia dan timnya menggunakan teknik pemantauan gejolak cahaya saat planet melakukan transit atau melintas di depan bintangnya.

Planet yang baru ditemukan hanya berjarak 0,6 AU (1 astronomical unit setara dengan jarak Matahari-Bumi). Ini merupakan jarak terdekat sebuah planet dengan bintang raksasa merah yang pernah terekam sejauh ini. Bintangnya sendiri baru 10 kali lipat ukuran Matahari dan akan terus mengembang hingga 100 kali lipat.

"Planet itu sendiri mengorbit bukan di ruang hampa melainkan gas yang dihembuskan akibat gejolak bintang. Jadi, energi untuk mengorbit terganggu gesekan atmosfernya dengan gas dan akhirnya mulai limbung bergerak spiral," jelas Wolszczan. Bagaimana akhir cerita planet tersebut, Wolszczan mengatakan mungkin belum akan terjadi dalam 100 juta tahun ke depan. Matahari sendiri membutuhkan waktu 5 miliar tahun untuk berubah menjadi bintang raksasa merah.

BENARKAH TAHUN 2012 AKAN TERJADI KIAMAT?

Belakangan ini di beberapa media massa dan di internet ramai dibanjiri dengan tulisan mengenai ramalan kiamat di tahun 2012. bahkan ada juga buku yang telah diedarkan ke masyarakat mengenai masalah ini. Salah satu isu yang diangkat antara lain bersumber dari prediksi suku Maya yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala tentang kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012.

Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.

Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. ”Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti,” ujar Sri.

Langkah antisipatif

Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.

Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.

Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.

Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.

Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.

Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.

Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. ”Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi,” tutur Bambang.

Sumber : Kompas (Y. Ikawati)

NASA SEMBUNYIKAN KEHANCURAN BUMI DAN KIAMAT 2012

Jakarta - Perdebatan tentang kebenaran kiamat 2012 terus berlanjut. Beberapa website menuduh badan antariksa AS NASA menutupi kebenaran akan kehancuran bumi itu.

Sebaliknya NASA dengan keras menentang kampanye kiamat akan terjadi pada 2012 yang ramai dibicarakan di internet. NASA mengecam tuduhan ini dengan menyebutnya sebagai “bualan internet.”

"Tidak ada fakta yang mendasari dari klaim itu,” kata NASA dalam sebuah posting di situs resminya.

Jika tabrakan benar akan terjadi, astronom pasti telah mengikutinya sejak satu dekade terakhir. "Dan hal itu sudah terlihat sekarang,” tambah NASA.

“Ilmuwan yang kredibel di seluruh dunia tahu, bahwa tidak ada ancaman yang terkait dengan 2012,” NASA bersikeras.

“Lagi pula planet kita baik-baik saja selama 4 miliar tahun belakangan.”

Pada awalnya, teori kiamat yang beredar mengatakan tebrakan akan terjadi pada bulan Mei 2003. Namun tidak ada yang terjadi hingga tanggal tersebut mundur ke musim dingin 2012 yang bertepatan dengan akhir siklus kalender Maya kuno.

NASA bersikukuh bahwa kalender maya tidak akan berakhir tahun 2012, dan mengatakan tidak akan ada garis khtulistiwa sejajar dalam beberapa dekade ke depan.

Meskipun ada ramalan mengenai seluruh planet yang berada dalam satu garis sejajar, namun efek hal itu tidak penting, NASA mengatakan.

Suku Maya modern di Guatemala dan Mexico juga telah bergegas untuk menepis ramalan tersebut.

Mereka melihat perkembangan kiamat 2012 sebagai campuran dari kebingungan, kesal dan marah pada apa yang dianggap sebagai distorsi Barat yang mengganggu tradisi dan keyakinan mereka.

“Tidak ada konsep kiamat dalam budaya suku Maya,” Jesus Gomez, ketua dari konfederasi pendeta dan pempimbing spiritual suku maya di Guatemala, seperti dilansir dari The Sunday Telegraph.

Cirilo Perez, penasihat Presiden Guatemala, Alvaro Colom dan seorang ahli nujum terkemuka mengecam terjadinya eksploitasi komersial budaya Maya oleh pihak luar.

"Ini semua menjadi bisnis, tanpa ada keinginan untuk mengerti," katanya. "Ketika orang asing, atau bahkan saat beberapa orang Guatemala melihat, mereka berpikir lihatlah suku Maya, betapa baiknya, betapa cantiknya. Namun mereka tidak mengerti kita." Sumber : inilah.com

TUJUH KADER MUDA PDIP SIAP BERSAING MENGGANTIKAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Era baru PDIP bakal terjadi kalau Megawati Soekarnoputri tidak mau lagi dicalonkan menjadi ketua umum partai berlambang banteng moncong putih itu dalam Kongres, April mendatang.

Mega sudah memberikan sinyal kepada kader muda, seperti Puan Maharani, Pramono Anung, dan Budiman Sudjatmiko sebagai penggantinya.

Bekas Presiden itu mem­be­narkan bahwa putrinya, Puan Maharani, termasuk salah satu kandidat.

“Ya tentu. Dia punya kesem­pa­tan. Dia juga merupakan satu kan­didat yang bagus. Tetapi saya juga lihat ada Pramono Anung yang bagus, Budiman Sudjat­mi­ko yang bagus, ada banyak sekali ka­der-kader PDI Perjuangan yang menurut saya dapat suatu hari memimpin PDI Perjuangan,” katanya saat bertemu dengan pa­ra jurnalis asing yang tergabung da­lam Jakarta Foreigner Corres­pon­dent Club (JFCC) di Inter­con­tinental Midplaza, Jakarta, 3 Juli lalu.

Ketua DPP PDIP Guruh Soe­kar­no­putra juga mengatakan bah­wa kakaknya, Megawati, ti­dak mencalonkan lagi sebagai Ke­tua Umum PDIP dalam Kong­res mendatang.

Menurut Guruh, selama 16 ta­hun menjabat sebagai Ketua Umum PDIP sudah cukup bagi sang kakak. Kini saatnya Mega­wati untuk mundur dan me­ne­ruskan tongkat estafet kepada kader yang lebih muda.

Guruh menyatakan kesiapan­nya untuk dicalonkan sebagai ke­tua umum. Apalagi telah didu­kung pengurus daerah-daerah yang menjadi basis murni partai.

Jika terpilih nanti, Guruh akan melakukan perubahan-perubahan besar sehingga partai itu bisa diperhitungkan. Salah satunya, ia akan menanamkan kembali aja­ran-ajaran Bung Karno yang selama ini sudah banyak ditinggal kader-kadernya.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indo­nesia (UI) Ibramsyah me­nga­takan, kalau Megawati tidak memimpin PDIP akan menjadi dilema bagi partai berlambang banteng moncong putih itu.

“PDIP tidak perlu orang itu pin­tar, tapi harus bisa sebagai pe­rekat atau pemersatu. Orang se­perti Megawati belum ada,” ka­tanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Jika Megawati bersikeras mundur sebagai ketua umum PDIP, kata dia, dipastikan PDIP akan berantakan dan tidak punya arah. “Dulu memang ada kader-kader seperti Laksamana Sukardi dan Roy BB Janis tapi mereka tidak sabar dan akhirnya bikin partai yang juga berantakan,” katanya.

Di PDIP, kata dia, banyak kader-kader muda yang bagus dan potensial. Namun belum memiliki jiwa perekat seperti Megawati. “Kenapa harus pere­kat, karena di PDIP banyak friksi,” katanya.

Menurutnya, Guruh Soekarno­pu­tra, Pramono Anung, Puan Ma­harani dan Maruarar Sirait kapa­bilitas pemersatunya masih jauh. “Mung­kin yang sedikit agak men­dekati yaitu Pramono Anung,” katanya.

Dikatakan, Megawati merupa­kan sosok yang berani dan kon­sis­ten dalam putusannya. Bagi se­orang pimpinan sikap seperti itu merupakan modal yang bagus.

“Megawati lebih berani dari SBY dalam mengambil keputu­san. Kemudian sikapnya kon­sis­ten. Misalnya, soal koalisi dengan De­mokrat, Mega tetap keukeuh, tapi Taufik Kiemas goyah juga. Makanya diterima jabatan Ketua MPR,’’ paparnya.

Melihat hal itu, lanjutnya, untuk lima tahun ke depan Mega­wati masih pas memimpin PDIP. Ke­mudian dipersiapkan kader-kader terbaik untuk meng­gan­tikannya.

Sementara pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, ada banyak kader PDIP yang cocok untuk meng­gan­tikan Megawati, yakni Pra­mono Anung, Gayus Lumbun, dan Ganjar Pranowo. “Untuk saat ini Pramono Anung yang cocok untuk meng­gantikan Mega,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Dikatakan, Pramono begitu intensif dalam mengawal PDIP, sehingga lika-liku PDIP sudah dikuasainya.

‘’Demi Eksisnya Partai Ini Mega Tetap Memimpin’’
Budiman Sudjatmiko, Kandidat Ketum PDIP

Salah satu kandidat Ketua Umum PDIP, Budiman Sudjat­mi­ko mengatakan, tidak benar Me­gawati Soekarnoputri mundur da­lam pencalonan Ketua Umum PDIP dalam Kongres mendatang.

“Justru dorongan dari bawah agar Ibu Mega tetap memimpin PDIP dalam Kongres nanti,” ka­tanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Mungkin yang dibutuhkan, lan­jut Ketua Relawan Perjuangan De­mokrasi (Repdem) itu, se­ma­cam ketua harian. Kemudian Sekjen dan jajaran ketua-ketua DPP yang enerjik, visioner, segar, daya juang yang tinggi, militan dan berkomitmen tinggi untuk mem­besarkan partai dan menye­jah­terakan rakyat Indonesia.

Menurut Budiman, dalam dua kali Rakernas PDIP yang terakhir, Me­ga masih memperoleh du­ku­ngan dari pengurus-peng­urus PDIP di daerah-daerah un­tuk tetap sebagai Ketua Umum PDIP pada Kongres mendatang.

“Dari kalangan akar rumput partai masih menginginkan demi eksisnya partai ini Ibu Mega tetap memimpin partai ini ke depan,” katanya.

Uniknya, kata dia, kalangan yang selama ini tidak punya ika­tan organisasional dengan PDIP tetap berharap agar Mega­wati tetap bertahan demi eksisnya par­tai ini.

“Mereka menilai PDIP masih membutuhkan kehadiran Ibu Mega sebabagi pimpinan partai,” katanya.

‘’Kuncinya Tetap Sama Megawati’’
Fachry Ali, Pengamat Politik

Pengamat sosial politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Fachry Ali mengatakan, pergantian tampuk pimpinan PDIP seharusnya sudah dilaku­kan dari dulu.

“Ini merupakan rege­nerasi yang harus dilewati,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, yang pas meng­gantikan Megawati bukan Puan Ma­harani, Guruh Soekarnoputra, dan Pramono Anung, tapi sosok perekat partai itu.

‘’Saya lihat sosok yang banyak bekerja di belakang layar yang cocok menggantikan Megawati, yakni Joko Widodo,” katanya

Alasannya, kata Fachry, Joko merupakan orang yang paling banyak berkeringat membantu Megawati. Selain itu, merupakan sosok yang merakyat dan tidak punya musuh.

“Dua indikator itu sebagai syarat awal sebagai perekat atau pemersatu di PDIP sama seperti Megawati,” katanya.

Apakah keputusan Megawati mundur sebagai ketua umum akan berimplikasi terhadap solidnya PDIP. Jawab Fachry, dampaknya hanya sebentar, se­iring waktu keputusan Megawati roh PDIP memilih penggantinya akan di taati yang lainnya.

“Faktor dukungan Megawati menjadi kuncinya,” katanya.

‘’Pamor Mega Sudah Pudar’’
Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat

Soal siapa pengganti Mega­wati Soekarnoputri memimpin PDIP dalam Kongres, April ta­hun depan, merupakan hak ka­der-kader partai berlambang ban­teng moncong putih itu.

Demikian disampaikan Wa­kil Ketua Umum Partai De­mo­krat, Ahmad Mubarok kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

‘’Tidak etis jika kami ikut-iku­tan memprediksi siapa calon pengganti Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Itu semua terserah kader-kader PDIP,’’ ujarnya.

Namun, menurut Guru Besar di Fakultas Psikologi Univer­sitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu, secara ake­demis dirinya menilai me­mang ke depan Megawati harus me­nye­rahkan tampuk kekuasaan pada penerusnya.

“Pamor Megawati sudah pudar di dunia politik. Kalau diusung lagi menjadi calon Presiden dalam periode men­da­tang tetap saja kurang didukung rakyat,” ujar Mubarok

Dikatakan, sebaiknya ke depan PDIP dipimpin tokoh muda yang bisa menjadi simbol partai.

“Saya kira sosok Budiman Sujatmiko mempunyai peluang itu, sebab dia merupakan simbol perlawanan generasi muda ter­ha­dap orde baru. Ditambah pe­nga­­laman dia di politik,” katanya

Saat ditanya mengenai sosok Pramono Anung dan Puan Maharani, Mubarok menga­ta­kan, Pramono lebih cocok un­tuk menjadi Sekjen partai, se­bab menguasai peran itu.

Mubarok juga menilai, pe­luang Puan sangat berat untuk men­jadi Ketua Umum PDIP, ka­rena putri Megawati itu ma­sih baru di dunia politik..

“Kecuali dalam beberapa waktu ke depan dia membuat ba­nyak manuver politik,” katanya.

‘’Regenerasi Tidak Harus Mengganti Ketum’’
Maruarar Sirait, Ketua DPP PDIP Bidang Pemuda

Semua pengurus dan kader PDIP masih menginginkan Megawati menjadi ketua umum lagi untuk periode 2010-1015.

Hal ini disampaikan Ketua DPP Bidang Pemuda, Maruarar Sirait, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurut Ketua Taruna Me­rah Putih (TMP) ini, Megawati me­rupakan figur yang berhasil membawa PDIP menjadi partai yang solid dan besar.

Anggota Komisi XI DPR ini juga mengatakan, proses re­ge­nerasi di PDIP di bawah ke­p­emimpinan Megawati sudah berjalan dengan baik.

“Hal ini bisa dilihat dengan diberikan kesempatan yang sangat luas kepada pengurus muda, seperti saya, Budiman Sudjatmiko, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo untuk terus berkembang,” katanya.

‘’Jadi, regenerasi tidak harus mengganti ketum (Ketua Umum),’’ tambahnya.

Sementara Ketua DPP PDIP Bi­dang Politik, Tjahjo Kumolo me­ngatakan, Megawati adalah kader terbaik partai yang taat dan tunduk kepada setiap ke­putusan kongres.

“Ibu Mega tidak bisa me­no­lak keputusan kongres, sebab kongres adalah amanat dan ke­putusan partai tertinggi. Jadi, kita tunggu saja keputusan kong­res nanti,” katanya

“Kalau kongres masih me­minta ibu menjadi ketua umum lagi, konsekuensinya sebagai kader partai harus siap me­lak­sanakan tugas sebagai ketua umum,” tambahnya.

‘’Penggantinya Pasti Darah Biru’’

Arbi Sanit, Pengamat Politik

Pengamat politik Arbi Sanit memprediksi pengganti Mega­wati Soekarnoputri menjadi Ke­tua Umum PDIP tetap dari trah dinasti Soekarno.

“Penggantinya pasti darah biru, yakni keturunan Soekar­no. Lebih tepatnya keturunan Me­gawati dan Taufik Kiemas, yak­ni Puan Maharani” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin

Seharusnya, kata staf peng­ajar pasca sarjana ilmu politik Uni­versitas Muhammadiyah Ja­karta (UMJ) itu, pergantian pu­cuk pimpinan PDIP dila­ku­kan pada 2004 lalu. Namun waktu itu belum ada penggantinya.

“Sekarang ada Puan Ma­harani,” katanya.

Tapi, lanjutnya, Puan Maha­rani sebenarnya belum pas juga, terlalu muda. Perlu peng­gemblengan.

“Pramono Anung bisa meng­gantikan Megawati, tapi sya­ratnya harus dapat du­kungan Megawati dan Taufik Kiemas, tapi apa mungkin itu,” katanya.

Sedangkan untuk menopang partai tetap solid, Megawati harus tetap di belakang layar. “Paling tidak jadi Ketua Dewan Pembina,” katanya.

Sedangkan Guruh Soekarno­putra, kata dia, walau me­warisi trah darah biru Soekar­no, namun tidak bisa meng­operasionalkan organisasi partai.

‘’Masih Dibutuhkan Sebagai Perekat’’
Ahmad Muzani, Sekjen Partai Gerindra

Sekretaris Jenderal (Sek­jen) Partai Gerindra, Ah­mad Mu­zani mengatakan, soal rege­nerasi di PDIP merupakan hak kader-kader partai berlam­bang banteng moncong putih itu.

‘’ Kami memang koalisi saat Pilpres lalu, tapi tidak cocok kalau kami mengomentari soal pergantian pimpinan PDIP,’’ Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, kepada Rakyat Mer­deka,

‘’Tapi Sebagai pribadi saya menilai Mega masih dibu­tuh­kan sebagai perekat partai itu. Tapi semua itu terserah me­reka,’’ tambahnya.

“Saya kira bu Mega sudah tahu kapan harus bertahan dan mun­dur. Karena beliau punya hitung-hitungan yang cepat dan tepat,” ucapnya.

Sebagai partai koalisi, menurutnya, PDIP punya banyak kader-kader yang ber­potensi. Tapi siapa orang­nya, dia tidak menye­but­kan­nya.’‘’Itu bukan ke­we­nangan saya,’’ ujarnya.
di Jakarta, kemarin..