Saturday, 28 November 2009

TUJUH KADER MUDA PDIP SIAP BERSAING MENGGANTIKAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Era baru PDIP bakal terjadi kalau Megawati Soekarnoputri tidak mau lagi dicalonkan menjadi ketua umum partai berlambang banteng moncong putih itu dalam Kongres, April mendatang.

Mega sudah memberikan sinyal kepada kader muda, seperti Puan Maharani, Pramono Anung, dan Budiman Sudjatmiko sebagai penggantinya.

Bekas Presiden itu mem­be­narkan bahwa putrinya, Puan Maharani, termasuk salah satu kandidat.

“Ya tentu. Dia punya kesem­pa­tan. Dia juga merupakan satu kan­didat yang bagus. Tetapi saya juga lihat ada Pramono Anung yang bagus, Budiman Sudjat­mi­ko yang bagus, ada banyak sekali ka­der-kader PDI Perjuangan yang menurut saya dapat suatu hari memimpin PDI Perjuangan,” katanya saat bertemu dengan pa­ra jurnalis asing yang tergabung da­lam Jakarta Foreigner Corres­pon­dent Club (JFCC) di Inter­con­tinental Midplaza, Jakarta, 3 Juli lalu.

Ketua DPP PDIP Guruh Soe­kar­no­putra juga mengatakan bah­wa kakaknya, Megawati, ti­dak mencalonkan lagi sebagai Ke­tua Umum PDIP dalam Kong­res mendatang.

Menurut Guruh, selama 16 ta­hun menjabat sebagai Ketua Umum PDIP sudah cukup bagi sang kakak. Kini saatnya Mega­wati untuk mundur dan me­ne­ruskan tongkat estafet kepada kader yang lebih muda.

Guruh menyatakan kesiapan­nya untuk dicalonkan sebagai ke­tua umum. Apalagi telah didu­kung pengurus daerah-daerah yang menjadi basis murni partai.

Jika terpilih nanti, Guruh akan melakukan perubahan-perubahan besar sehingga partai itu bisa diperhitungkan. Salah satunya, ia akan menanamkan kembali aja­ran-ajaran Bung Karno yang selama ini sudah banyak ditinggal kader-kadernya.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indo­nesia (UI) Ibramsyah me­nga­takan, kalau Megawati tidak memimpin PDIP akan menjadi dilema bagi partai berlambang banteng moncong putih itu.

“PDIP tidak perlu orang itu pin­tar, tapi harus bisa sebagai pe­rekat atau pemersatu. Orang se­perti Megawati belum ada,” ka­tanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Jika Megawati bersikeras mundur sebagai ketua umum PDIP, kata dia, dipastikan PDIP akan berantakan dan tidak punya arah. “Dulu memang ada kader-kader seperti Laksamana Sukardi dan Roy BB Janis tapi mereka tidak sabar dan akhirnya bikin partai yang juga berantakan,” katanya.

Di PDIP, kata dia, banyak kader-kader muda yang bagus dan potensial. Namun belum memiliki jiwa perekat seperti Megawati. “Kenapa harus pere­kat, karena di PDIP banyak friksi,” katanya.

Menurutnya, Guruh Soekarno­pu­tra, Pramono Anung, Puan Ma­harani dan Maruarar Sirait kapa­bilitas pemersatunya masih jauh. “Mung­kin yang sedikit agak men­dekati yaitu Pramono Anung,” katanya.

Dikatakan, Megawati merupa­kan sosok yang berani dan kon­sis­ten dalam putusannya. Bagi se­orang pimpinan sikap seperti itu merupakan modal yang bagus.

“Megawati lebih berani dari SBY dalam mengambil keputu­san. Kemudian sikapnya kon­sis­ten. Misalnya, soal koalisi dengan De­mokrat, Mega tetap keukeuh, tapi Taufik Kiemas goyah juga. Makanya diterima jabatan Ketua MPR,’’ paparnya.

Melihat hal itu, lanjutnya, untuk lima tahun ke depan Mega­wati masih pas memimpin PDIP. Ke­mudian dipersiapkan kader-kader terbaik untuk meng­gan­tikannya.

Sementara pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, ada banyak kader PDIP yang cocok untuk meng­gan­tikan Megawati, yakni Pra­mono Anung, Gayus Lumbun, dan Ganjar Pranowo. “Untuk saat ini Pramono Anung yang cocok untuk meng­gantikan Mega,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Dikatakan, Pramono begitu intensif dalam mengawal PDIP, sehingga lika-liku PDIP sudah dikuasainya.

‘’Demi Eksisnya Partai Ini Mega Tetap Memimpin’’
Budiman Sudjatmiko, Kandidat Ketum PDIP

Salah satu kandidat Ketua Umum PDIP, Budiman Sudjat­mi­ko mengatakan, tidak benar Me­gawati Soekarnoputri mundur da­lam pencalonan Ketua Umum PDIP dalam Kongres mendatang.

“Justru dorongan dari bawah agar Ibu Mega tetap memimpin PDIP dalam Kongres nanti,” ka­tanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Mungkin yang dibutuhkan, lan­jut Ketua Relawan Perjuangan De­mokrasi (Repdem) itu, se­ma­cam ketua harian. Kemudian Sekjen dan jajaran ketua-ketua DPP yang enerjik, visioner, segar, daya juang yang tinggi, militan dan berkomitmen tinggi untuk mem­besarkan partai dan menye­jah­terakan rakyat Indonesia.

Menurut Budiman, dalam dua kali Rakernas PDIP yang terakhir, Me­ga masih memperoleh du­ku­ngan dari pengurus-peng­urus PDIP di daerah-daerah un­tuk tetap sebagai Ketua Umum PDIP pada Kongres mendatang.

“Dari kalangan akar rumput partai masih menginginkan demi eksisnya partai ini Ibu Mega tetap memimpin partai ini ke depan,” katanya.

Uniknya, kata dia, kalangan yang selama ini tidak punya ika­tan organisasional dengan PDIP tetap berharap agar Mega­wati tetap bertahan demi eksisnya par­tai ini.

“Mereka menilai PDIP masih membutuhkan kehadiran Ibu Mega sebabagi pimpinan partai,” katanya.

‘’Kuncinya Tetap Sama Megawati’’
Fachry Ali, Pengamat Politik

Pengamat sosial politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Fachry Ali mengatakan, pergantian tampuk pimpinan PDIP seharusnya sudah dilaku­kan dari dulu.

“Ini merupakan rege­nerasi yang harus dilewati,” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, yang pas meng­gantikan Megawati bukan Puan Ma­harani, Guruh Soekarnoputra, dan Pramono Anung, tapi sosok perekat partai itu.

‘’Saya lihat sosok yang banyak bekerja di belakang layar yang cocok menggantikan Megawati, yakni Joko Widodo,” katanya

Alasannya, kata Fachry, Joko merupakan orang yang paling banyak berkeringat membantu Megawati. Selain itu, merupakan sosok yang merakyat dan tidak punya musuh.

“Dua indikator itu sebagai syarat awal sebagai perekat atau pemersatu di PDIP sama seperti Megawati,” katanya.

Apakah keputusan Megawati mundur sebagai ketua umum akan berimplikasi terhadap solidnya PDIP. Jawab Fachry, dampaknya hanya sebentar, se­iring waktu keputusan Megawati roh PDIP memilih penggantinya akan di taati yang lainnya.

“Faktor dukungan Megawati menjadi kuncinya,” katanya.

‘’Pamor Mega Sudah Pudar’’
Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat

Soal siapa pengganti Mega­wati Soekarnoputri memimpin PDIP dalam Kongres, April ta­hun depan, merupakan hak ka­der-kader partai berlambang ban­teng moncong putih itu.

Demikian disampaikan Wa­kil Ketua Umum Partai De­mo­krat, Ahmad Mubarok kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

‘’Tidak etis jika kami ikut-iku­tan memprediksi siapa calon pengganti Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Itu semua terserah kader-kader PDIP,’’ ujarnya.

Namun, menurut Guru Besar di Fakultas Psikologi Univer­sitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu, secara ake­demis dirinya menilai me­mang ke depan Megawati harus me­nye­rahkan tampuk kekuasaan pada penerusnya.

“Pamor Megawati sudah pudar di dunia politik. Kalau diusung lagi menjadi calon Presiden dalam periode men­da­tang tetap saja kurang didukung rakyat,” ujar Mubarok

Dikatakan, sebaiknya ke depan PDIP dipimpin tokoh muda yang bisa menjadi simbol partai.

“Saya kira sosok Budiman Sujatmiko mempunyai peluang itu, sebab dia merupakan simbol perlawanan generasi muda ter­ha­dap orde baru. Ditambah pe­nga­­laman dia di politik,” katanya

Saat ditanya mengenai sosok Pramono Anung dan Puan Maharani, Mubarok menga­ta­kan, Pramono lebih cocok un­tuk menjadi Sekjen partai, se­bab menguasai peran itu.

Mubarok juga menilai, pe­luang Puan sangat berat untuk men­jadi Ketua Umum PDIP, ka­rena putri Megawati itu ma­sih baru di dunia politik..

“Kecuali dalam beberapa waktu ke depan dia membuat ba­nyak manuver politik,” katanya.

‘’Regenerasi Tidak Harus Mengganti Ketum’’
Maruarar Sirait, Ketua DPP PDIP Bidang Pemuda

Semua pengurus dan kader PDIP masih menginginkan Megawati menjadi ketua umum lagi untuk periode 2010-1015.

Hal ini disampaikan Ketua DPP Bidang Pemuda, Maruarar Sirait, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurut Ketua Taruna Me­rah Putih (TMP) ini, Megawati me­rupakan figur yang berhasil membawa PDIP menjadi partai yang solid dan besar.

Anggota Komisi XI DPR ini juga mengatakan, proses re­ge­nerasi di PDIP di bawah ke­p­emimpinan Megawati sudah berjalan dengan baik.

“Hal ini bisa dilihat dengan diberikan kesempatan yang sangat luas kepada pengurus muda, seperti saya, Budiman Sudjatmiko, Puan Maharani dan Ganjar Pranowo untuk terus berkembang,” katanya.

‘’Jadi, regenerasi tidak harus mengganti ketum (Ketua Umum),’’ tambahnya.

Sementara Ketua DPP PDIP Bi­dang Politik, Tjahjo Kumolo me­ngatakan, Megawati adalah kader terbaik partai yang taat dan tunduk kepada setiap ke­putusan kongres.

“Ibu Mega tidak bisa me­no­lak keputusan kongres, sebab kongres adalah amanat dan ke­putusan partai tertinggi. Jadi, kita tunggu saja keputusan kong­res nanti,” katanya

“Kalau kongres masih me­minta ibu menjadi ketua umum lagi, konsekuensinya sebagai kader partai harus siap me­lak­sanakan tugas sebagai ketua umum,” tambahnya.

‘’Penggantinya Pasti Darah Biru’’

Arbi Sanit, Pengamat Politik

Pengamat politik Arbi Sanit memprediksi pengganti Mega­wati Soekarnoputri menjadi Ke­tua Umum PDIP tetap dari trah dinasti Soekarno.

“Penggantinya pasti darah biru, yakni keturunan Soekar­no. Lebih tepatnya keturunan Me­gawati dan Taufik Kiemas, yak­ni Puan Maharani” katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin

Seharusnya, kata staf peng­ajar pasca sarjana ilmu politik Uni­versitas Muhammadiyah Ja­karta (UMJ) itu, pergantian pu­cuk pimpinan PDIP dila­ku­kan pada 2004 lalu. Namun waktu itu belum ada penggantinya.

“Sekarang ada Puan Ma­harani,” katanya.

Tapi, lanjutnya, Puan Maha­rani sebenarnya belum pas juga, terlalu muda. Perlu peng­gemblengan.

“Pramono Anung bisa meng­gantikan Megawati, tapi sya­ratnya harus dapat du­kungan Megawati dan Taufik Kiemas, tapi apa mungkin itu,” katanya.

Sedangkan untuk menopang partai tetap solid, Megawati harus tetap di belakang layar. “Paling tidak jadi Ketua Dewan Pembina,” katanya.

Sedangkan Guruh Soekarno­putra, kata dia, walau me­warisi trah darah biru Soekar­no, namun tidak bisa meng­operasionalkan organisasi partai.

‘’Masih Dibutuhkan Sebagai Perekat’’
Ahmad Muzani, Sekjen Partai Gerindra

Sekretaris Jenderal (Sek­jen) Partai Gerindra, Ah­mad Mu­zani mengatakan, soal rege­nerasi di PDIP merupakan hak kader-kader partai berlam­bang banteng moncong putih itu.

‘’ Kami memang koalisi saat Pilpres lalu, tapi tidak cocok kalau kami mengomentari soal pergantian pimpinan PDIP,’’ Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, kepada Rakyat Mer­deka,

‘’Tapi Sebagai pribadi saya menilai Mega masih dibu­tuh­kan sebagai perekat partai itu. Tapi semua itu terserah me­reka,’’ tambahnya.

“Saya kira bu Mega sudah tahu kapan harus bertahan dan mun­dur. Karena beliau punya hitung-hitungan yang cepat dan tepat,” ucapnya.

Sebagai partai koalisi, menurutnya, PDIP punya banyak kader-kader yang ber­potensi. Tapi siapa orang­nya, dia tidak menye­but­kan­nya.’‘’Itu bukan ke­we­nangan saya,’’ ujarnya.
di Jakarta, kemarin..

No comments:

Post a Comment