Sunday, 31 July 2011

TEKNOLOGI DIBALIK PEMBANGUNAN CANDI BOROBUDUR


 Borobudur, sebuah candi megah di Magelang, Jawa Tengah, diperkirakan dibangun sekitar tahun 824 Masehi oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi yang begitu berat itu berdiri kokoh tanpa ada satu paku pun juga tertancap di tubuhnya.

Pertanyaan pun selama ini mengemuka: bagaimana membangun Borobudur tanpa menancapkan ratusan paku untuk mengokohkan pondasinya, dan bagaimana batu-batu berat yang membentuk Borobudur itu diangkat ke lokasi pembangunan di atas bukit?

Kecanggihan masa kini pun sulit menjelaskan logika di balik pembangunan Candi Borobudur. Peneliti Indonesia dari Bandung Fe Institut, mencoba menjawabnya. Ketiga peneliti muda itu, Hokky Situngkir, Rolan Mauludy Dahlan, dan Ardian Maulana, menjelaskan, pembangunan Candi Borobudur menggunakan teknologi berbasis geometri fraktal.

Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip secara keseluruhan. Wujud fraktal kasar dan dapat dibagi-bagi dengan cara yang radikal. Fraktal memiliki detail yang tak terhingga, dan dapat memiliki struktur serupa pada tingkat perbesaran yang berbeda. Istilah ‘faktal’ yang diambil dari bahasa Latin itu ditemukan oleh Benoit Mandelbrot pada tahun 1975.

Geometri fraktal itulah yang tampak pada stupa-stupa Candi Borobudur. Seperti kita ketahui, Candi Borobudur merupakan stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil.
Peneliti Bandung Fe Institut membuktikan, Candi Borobudur ternyata dibangun dengan prinsip-prinsip fraktal. Namun apakah teori fraktal pada masa lalu telah ditemukan dan diimplementasikan secara sadar oleh nenek moyang kita, masih harus diteliti lebih lanjut.

TERNYATA NENEK MOYANG KITA MENGUASAI TEKNOLOGI FRAKTAL

Apa yang berada di balik atau di dalam ketiga gunung di Jawa Barat yang baru-baru ini direkomendasikan Tim Katastropik Purba sebagai cadar budaya? Apakah ada bangunan buatan manusia di dalamnya? Kalau benar, bagaimana bangunan itu bisa dibangun di tempat yang begitu tinggi? Dan teknologi apa yang digunakan untuk membangunnya?
Menurut Ketua Tim Katastropik Purba, Erick Ridzky, beberapa bulan lalu tim yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden itu mendengarkan paparan dari peneliti muda Bandung Fe Institut  yang sedang melakukan riset di 10 tempat peninggalan peradaban masa lalu.
Nama-nama peneliti muda itu Hokky situngkir (32), Rolan Mauludy Dahlan (29) dan Ardian Maulana (29). Bandung Fe institute menjadi mentor resmi untuk International Conference of Young Scientist. Mereka juga telah masuk dalam First Step to Novel Prize.
Salah satu yang sedang  mereka teliti adalah candi Borobudur. Dari penelitian ini mereka menemukan bukti-nukti nenek moyang Indonesia telah mengenal bahkan menguasai teknologi berbasis geometri fraktal. Teknologi inilah yang digunakan para insinyur Kerajaan Mataram yang diperintah Raja Samaratungga dari wangsa Syailendra untuk membangun Borobudur di tahun 824. Hasilnya adalah sebuah tempat ibadah yang begitu megah.
“Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit,” ujar Erick.
“Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur,” sambungnya.
Fraktal adalah benda geometris yang kasar pada segala skala, dan terlihat dapat "dibagi-bagi" dengan cara yang radikal. Beberapa fraktal bisa dipecah menjadi beberapa bagian yang semuanya mirip dengan fraktal aslinya. Fraktal dikatakan memiliki detil yang tak hingga dan dapat memiliki struktur serupa diri pada tingkat perbesaran yang berbeda. Pada banyak kasus, sebuah fraktal bisa dihasilkan dengan cara mengulang suatu pola, biasanya dalam proses rekursif atau iteratif. Candi borobudur adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil hingga ketidakberhinggaan.
Istilah fraktal atau fractal digunakan pertama kali oleh Benoît Mandelbrot pada tahun 1975, diambil dari kata Latin fractus yang artinya "patah", "rusak", atau "tidak teratur". Sebelum Mandelbrot memperkenalkan istilah tersebut, nama umum untuk struktur seperti itu, termasuk struktur bunga salju Koch, adalah kurva monster.
Berbagai jenis fraktal pada awalnya dipelajari sebagai benda-benda matematis. Geometri fraktal adalah cabang matematika yang mempelajari sifat-sifat dan perilaku fraktal. Fraktal bisa membantu menjelaskan banyak situasi yang sulit dideskripsikan menggunakan geometri klasik, dan sudah cukup banyak diaplikasikan dalam sains, teknologi, dan seni karya komputer. Dulu ide-ide konseptual fraktal muncul saat definisi-definisi tradisional geometri Euklides dan kalkulus gagal menganalisis objek-objek kurva monster tersebut.
Sambung Erick, pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut adalah, dengan fakta bahwa Candi Borobudur ternyata dibangun dengan prinsip-prinsip fraktal, adalah apakah teori fraktal pada masa lalu telah ditemukan dan di implementasikan?
“Ini tentunya memerlukan riset yang lebih komprehensif oleh BFI dan para peneliti lain terhadap situs-situs lainya di Indonesia, baik yang telah ditemukan ataupun yang masih terkubur seperti yangg sedang ditemukan atau diteliti serius oleh Tim Katastropik Purba. Secara teknologi sangat mungkin ada bangunan di atas bukit,” demikian Erick. 

TERORIS DARI EROPA MUNCUL DI NEGERI TENANG, NORWEGIA


Di rumah sederhana itu, Jens Stoltenberg, sang Perdana Menteri Norwegia, kini bekerja. Di pekarangan belakang, ada air mancur, taman kecil dan segerumbul bunga Aster ungu sedang mekar. Sejumlah staf tampak sibuk bekerja dengan laptop. Ada pengawal, tapi mereka tak hadir mencolok. Dari rumah itu, Stoltenberg kini memimpin Norwegia. Kantor resminya di Oslo rusak berat, setelah dilantak bom laknat, Jumat, 22 Juli 2011 lalu.

“Rumah ini bicara banyak tentang Norwegia,” ujar Stoltenberg, seperti dikutip dari laman TIME.com. Rumah bersahaja itu seperti mengecilkan jarak, antara pemimpin dan rakyat. Dia mengatakan, di Norwegia, pemimpin politik dan rakyat memang dekat. Itu pula yang membeuatnya yakin, bahwa Norwegia segera pulih, setelah aksi gila seorang teroris itu.

Pada pekan Norwegia dirundung duka, Stoltenberg bekerja keras. Dia berkunjung ke komunitas warga, berbicara dan kadang diakhiri dengan airmata, bahwa Norwegia harus diselamatkan dari ketakutan, dan ketidakpastian. Begitu aksi itu diketahui dilakukan oleh warga Norwegia, Stoltenberg paham bahwa dia menghadapi persoalan baru yang berbeda.    
Bagi rakyat Norwegia, serangan bom di Oslo, dan penembakan brutal di Pulau Utoya 22 Juli 2011 lalu ibarat mimpi. Semua terjadi dalam hitungan jam. "Ini bukanlah seperti biasa kita saksikan di Norwegia," ujar jurnalis Norwegia, Anne Marte Blindheim. "Bangunan bertingkat tinggi, dan semua jendelanya hancur. Ada darah, kertas bertebaran, sejumlah mobil remuk, dan ada yang habis terbakar," kata Blidnheim, seperti dikutip harian The Telegraph.  
Oslo, dikenal dunia sebagai tempat tenang, jauh dari kekerasan, dan rutin menggelar penganugerahan Nobel Perdamaian Dunia. Tapi, 22 Juli kemarin, kota berubah bak zona perang, menyusul ledakan bom yang menghancurkan sejumlah gedung, termasuk kantor Perdana Menteri Jens Stoltenberg.

TAHUN 2020, CHINA SIAPKAN ENERGI TERBARUKAN SEBESAR 500 GW

China mengumumkan rencana mereka untuk menghadirkan sumber energi terbarukan dalam kurun 10 tahun ke depan. Secara total, negeri itu akan menghasilkan energi terbarukan sebesar 500 Gigawatt pada tahun 2020 mendatang.

Dari total tersebut, pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu yang paling banyak ditingkatkan. Dari rencana memproduksi 25 Gigawatt yang sebelumnya ditetapkan, kini rencana itu ditingkatkan menjadi 150 Gigawatt.

Selain dari angin, bahan bakar cair juga akan digenjot. Dalam 10 tahun, China akan meningkatkan produksi ethanol dari 2 juta ton ke 10 juta ton serta mengekspansi biodiesel dari 0,05 juta ton menjadi 2 juta ton.

Saat ini, China sudah menjadi pemimpin utama di bidang pemanas air bertenaga surya yang dipasang di atap rumah. Pemerintah negeri itu kini menargetkan untuk memiliki totall 300 juta meter persegi pemanas air tenaga surya di rumah-rumah penduduk. Angka ini naik 100 juta meter persegi dibanding tahun 2006 lalu.

Lebih detail, 500 Gigawatt listrik terbarukan itu akan datang dari hydro power sebesar 300 Gigawatt, wind power sebesar 150 Gigawatt, biopower sebesar 30 Gigawatt, dan solar power 20 Gigawatt.

Sebagai perbandingan, Amerika Serikat sendiri hanya akan mendapatkan tambahan pasokan energi terbarukan sebesar 16 Gigawatt setelah anggaran Recovery Act yang diajukan pemerintahan Obama selesai dialokasikan. Meski energi terbarukan di AS itu berlipat ganda dibanding 30 tahun terakhir, tetapi angkanya jauh dibanding target yang dibuat oleh China.

Yang pasti, dikutip dari WordlessTech, 30 Juli 2011, rencana pembuatan energi terbarukan di China tersebut merupakan langkah yang sangat positif. Pasalnya, seperti diketahui, China merupakan negara yang menjadi pabrik bagi seluruh industri di dunia. Dan jika emisi karbon di sana bisa ditekan, itu merupakan kabar gembira bagi seluruh dunia. 

UGM CIPTAKAN SEPATU KHUSUS BAGI PENDERITA DIABETES

Penderita diabetes memiliki risiko sebesar 29 kali terkena ulkus diabetika, komplikasi luka berbau pada permukaan kulit. Hal itu terjadi salah satunya karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat, yang menyumbangkan 99,9% terjadinya ulkus diabetika.

Kenyataan ini mendorong empat mahasiswa Universitas Gajah Mada yakni Vivi Leona Amelia (Ilmu Keperawatan), Erlisa Diah Pertiwi (Statistika), Oktiyanto Ade Saputro (Teknik Industri), dan Arini Giska Safitri (Gizi Kesehatan) untuk menciptakan sepatu bagi penderita diabetes.

Menurut Arini, penderita diabetes tidak menyadari jika terjadi luka pada kaki karena mengalami neuropati, yakni saraf tidak dapat merasakan bahwa terjadi sakit di bagian tersebut. “Untuk itu, sangat penting bagi penderita diabetes untuk menggunakan alas kaki yang mampu melindungi agar tidak terluka ataupun memperlebar luka yang tidak dirasakan,” ucap Arini, dikutip dari situs UGM, 28 Juli 2011.

Sepatu yang dikembangkan oleh Arini dan kawan-kawan ini dirancang untuk mencegah terjadinya luka ataupun penambahan luka pada kaki penderita diabetes. Sepatu dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dikombinasikan agar nyaman dan cocok bagi kondisi kaki penderita.

Bahan dasar sepatu menggunakan kulit sapi dan kambing. Bahan ini digunakannya karena sesuai dengan kondisi kelembaban kaki penderita yang sebaiknya tidak terlalu lembab agar tidak menimbulkan bakteri dan infeksi serta bau yang tidak sedap.

Di samping menggunakan kulit, mereka menambahkan merimes, sejenis busa kain, pada bagian dalamnya untuk mengurangi tingkat gesekan kaki dengan sepatu untuk meminimalisasi terjadinya lecet.

Tak seperti sepatu pada umumnya yang ada di pasaran, sepatu buatan empat mahasiswa ini memiliki ukuran yang berbeda antara kaki kanan dan kaki kiri, tergantung kondisi kaki penderita diabetes.

Sebelum dibuat, terlebih dahulu kaki penderita diukur sesuai dengan ergonomis kaki, dianalisis keadaannya apakah mengalami luka, bengkak, atau alergi. Setelah diperoleh hasilnya, baru ditentukan ukuran, model, dan bahan kulit yang sesuai kondisi kaki pasien.

“Sepatu yang dijual di pasaran kebanyakan ukuran kaki kiri dan kanan sama, padahal penderita diabetes yang mengalami ulkus ukuran kakinya bisa berbeda karena mengalami bengkak. Penggunaan alas kaki yang tidak sesuai ukuran kaki bisa semakin memperparah luka yang ada. Sepatu kami ini dibuat sesuai dengan ukuran kaki penderita diabetes. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan produk kami,” klaim mahasiswi angkatan 2009 itu.

Arini menambahkan, sepatu diabetes dipasarkan dalam tiga kategori, yakni untuk kaki normal yang belum mengalami luka, untuk kaki yang telah bengkak atau ada lukanya, dan untuk kaki yang telah diamputasi. Sementara untuk model, mereka menawarkan dua tipe.

Tipe pertama untuk penderita dengan kaki yang masih normal dan yang telah mengalami luka atau bengkak di bagian kaki. Selanjutnya, tipe kedua untuk kaki dengan amputasi. Pada model ini, Arini menambahkan, pita pengencang di bagian atas untuk menambah kenyamanan pengguna.

Dua desain tersebut dibuat untuk memudahkan pengguna dalam pemakaian sepatu karena kaki dapat langsung masuk tanpa harus tergores. Sementara itu, di bagian tengah terdapat lubang udara sebagai ventilasi agar kaki tidak panas dan lembab. “Kami juga menggunakan perekat yang dapat disesuaikan dengan ukuran kaki pengguna sehingga ketika kakinya bengkak, mereka dapat menggunakan sepatu dengan mengendurkan perekatnya,” ucap Arini.

Kini sepatu khusus penderita diabetes itu sudah dijual di pasaran dengan kisaran harga 400-500 ribu rupiah.

PENDERITA DIABETES RENTAN TERKENA GAGAL GINJAL

.Sekitar 20-30 persen pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 bisa menderita nefropati diabetik alias kebocoran ginjal. Gejala nefropati diabetik baru terasa setelah ginjal penderita rusak parah.
Tingkat kebocoran ginjal aki­bat penyakit diabetes cukup ting­gi sebesar 20-30 persen. Ada em­pat pilar penatalaksanaan dia­betes mellitus (DM) yang perlu dilakukan, yaitu edukasi, nutrisi, aktivitas fisik dan pengobatan.
“Tindakan tersebut sebaiknya dilaksanakan guna mencegah kebocoran ginjal,” kata dr Bu­diman Darmowidjojo di sela se­minar “Menghindari Keru­sa­kan Ginjal Pada Pasien Diabetes Mel­litus”, di Jakarta,  Rabu (27/7).
Dokter spesialis penyakit da­lam dari Divisi Metabolik En­dokrin Departemen Ilmu Pe­nya­kit dalam FK-UI ini menge­mu­kakan, pemeriksaan tekanan darah, kadar gula, dan kadar lemak dalam tubuh sebaiknya rutin dilakukan guna mencegah penurunan fungsi ginjal.
Dijelaskan, penyakit ginjal diabetik adalah gangguan fungsi ginjal  yang menyebabkan fungsi penya­ringan, pembuangan dan hor­monal ginjal terganggu. Gang­­guan ini bisa mengakibatkan rang­sangan pembuatan sel darah me­rah di sumsum tulang menu­run sehingga terjadi gejala anemia.
“Gagal ginjal berupa kebo­co­ran selaput penyaring darah pada ginjal me­ngakibatkan gangguan penge­luaran zat racun lewat urin,” terangnya.
Aki­batnya, lanjut dr Budiman, zat-zat racun itu tertim­bun dalam darah dan me­nim­bulkan risiko kematian. Ka­rena itu, penderita perlu cuci da­rah (hemodialisis) untuk mem­buang zat-zat racun yang me­numpuk.
Beberapa gejala awal penum­pukan zat racun, antara lain, sulit tidur, selera makan berkurang, sakit perut, lesu, dan sulit ber­konsentrasi. Deteksi dini yang dianjurkan adalah mengukur kadar mikroalbuminuria (protein dalam urine).
Dokter spesialis penyakit da­lam metabolik en­dokrinologi Imam Subektip me­ngatakan, penderita nefropati harus meng­hindari zat yang bisa mem­per­parah kerusakan ginjal. Misal­nya, pewarna kontras yang digu­nakan untuk rontgen, obat anti-infla­masi nonsteroid dan obat-obatan yang belum di­ketahui efek sam­pingnya.
“Kebocoran ginjal cukup ber­bahaya jika tidak segera di­ta­ngani. Si penderita wajib me­lakukan cek darah secara rutin dan menjalani pola hidup yang sehat,” ujar dr Imam.
Menurutnya, faktor utama tim­bulnya diabetes adalah karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan makanan yang mengan­dung kalori tinggi dan kurang berolah raga. Meskipun faktor ke­turunan berkontribusi, tetapi dia­betes tidak akan muncul bila tidak ada faktor pencetus, yakni gaya hidup yang tidak sehat.