Monday 21 July 2014

KENDALA TAHUNAN KERUWETAN MUDIK LEBARAN

http://ramalanintelijen.net/wp-content/uploads/mudik-lebaran.jpgHari Raya Lebaran hampir tiba. Setidaknya, empat juta orang diperkirakan pulang kampung untuk merayakan Idul Fitri bersama sanak saudara. Pada saat yang sama, perbaikan infrastruktur tahunan juga belum sepenuhnya siap, sehingga kerap menjadi kendala utama.

Catatan pertama adalah ambruknya Jembatan Comal, di Pemalang, Jawa Tengah. Jalur pantai utara--dikenal Pantura-- ini merupakan jalan utama bagi para pemudik dari Jakarta menuju Pekalongan, Semarang, Surabaya, dan Solo. Jembatan ini ambruk pada akhir pekan lalu, Jumat 18 Juli 2014, dan tidak bisa dilalui kendaraan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menyatakan penyebab utama amblesnya jembatan karena faktor alam, yakni erosi. "Bukan kelebihan tonase," kata dia di Semarang.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto, mengatakan secara keseluruhan jalur Lebaran sudah siap digunakan. Sedangkan Jembatan Comal masih membutuhkan perbaikan lebih kurang lima hari. "Kami datangkan jembatan darurat. Lima hari lagi bisa digunakan," ujarnya.

Untuk mengantisipasi kerusakan lain, Kementerian PU selalu siaga memantau jalur Lebaran. Djoko mengatakan pihaknya sudah membentuk tim yang terdiri dari petugas eselon I dan eselon II. "Kalau ada yang rusak, langsung kami perbaiki," katanya.

Mengantisipasi penumpukan lalu lintas di Comal, Korp Lalu Lintas Mabes Polri mengalihkan arus ke wilayah selatan. Kepala Korlantas Irjen Pol Pudji Hartanto, mengatakan untuk jurusan Jakarta/Cirebon - Semarang, arus lalu lintas setelah Pintu Tol Pejagaan dialihkan ke kanan melewati Prupuk, Bumiayu, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Weleri, dan Kendal. Atau, dari Wonosobo lanjut ke Temanggung, lalu ke Ambarawa, Ungaran, dan Semarang.

Arus dari Semarang menuju Cirebon, dialihkan lewat Kendal, Batang, Pekalongan, Pos Cipahit belok kiri, Jalan Sragi, Jalan Bodeh, lalu belok kanan masuk Pantura, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Cirebon.

Jurusan Bandung-Semarang diarahkan lewat Jalur Selatan melalui Tasikmalaya, Purwokerto, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Ambarawa, Ungaran, dan Semarang. Atau, Tasik, Purwokerto, Kebumen, Purworejo, Magelang, Ungaran, dan Semarang.

Sedangkan kendaraan berat dari Jawa Barat ke Pantura, dialihkan ke Jalur Selatan, masuk dari Daya Luhur, Majenang, Rawalo, Banyumas, Klampok, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, dan Ambarawa.

Selain masalah jembatan ambruk, catatan kedua yang harus diantisipasi pemudik adalah pasar tumpah. Khusus Jawa Tengah, pasar tumpah terdapat di Losari, Kluwut, Bulakamba, Pasar Induk Brebes, Pasar Kota Tegal, Pasar Surodadi Tegal, Pasar Pekalongan, dan Pasar Cepiring Kendal.

Di Jalur Tengah seperti di pasar Mranggen dan Karangawen Demak. Serta beberapa pasar dadakan yang dibuka menjelang Lebaran. "Masalah pasar tumpah di sejumlah jalur di kabupaten kota akan menyebabkan kemacetan arus mudik Lebaran," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Jateng Urip Sihabudin di Semarang.

Kendala berarti di pasar yang dilewati arus mudik, karena adanya tenda pedagang yang menjorok di luar tembok pasar. Sehingga, hal itu membuat padat bahu jalan. "Kami sudah koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota setempat agar dibersihkan setidaknya dari H-7 hingga Lebaran," ujarnya.

Kendati demikian, Urip mengklaim, selain Jembatan Comal, seluruh jalur di Jawa Tengah dipastikan siap melayani arus mudik tahun ini. Seluruh jalan di Jalur Pantura, Tengah, dan Selatan sudah bisa dikatakan siap.

Dari minim rambu hingga longsor
Anggota Komisi Bidang Pembangunan DPRD Jawa Tengah, Hadi Santoso mengatakan berdasarkan pantauan yang dilakukan oleh Komisi ini di sejumlah jalur alternatif di Jawa Tengah, baik yang melalui Pantai Utara, Jalur Tengah, maupun Jalur Selatan, masih belum disertai fasilitas pendukung. Fasilitas itu salah satunya marka jalan dan lampu penerangan.

Hadi mengatakan, hampir semua jalur alternatif di wilayah Jateng yang merupakan pindahan Jalur Pantura, pansela maupun Jalur Tengah mengalami kondisi serupa. Belum lagi, tambahan ruas jalur alternatif yang baru, seperti ruas Kendal-Weleri-Sukorejo-Temanggung, Banjarnegara- Pemalang, serta jalur Tengah, Purwodadi-Kabupaten Semarang-Kabupaten Sragen. 

"Dari 178 ruas jalan di Pantura dan 137 ruas di Pantai Selatan, sisanya adalah jalur alternatif, maka kondisi itu harus ditangani," kata Hadi.

Ia menyayangkan, Pemprov Jateng belum bisa menyelesaikan masalah krusial di semua jalur alternatif mendekati Lebaran. Padahal, jalur-jalur alternatif itu akan dilewati pemudik setelah Jembatan Comal rusak.

Tak cuma di Jawa Tengah, di Garut, Jawa Barat, perbaikan jalan dan jembatan yang rusak di jalur alternatif juga banyak yang belum kelar. Salah satunya di jalur alternatif Limbangan-Cibatu menuju Wanaraja. Petugas hingga akhir pekan ini masih memperbaiki jembatan yang ambles karena kontur tanah labil.

Jembatan Sungai Cimeong yang berada di Kampung Loji, Keresek, Cibatu ini merupakan jembatan utama yang biasa dipakai pemudik jika jalur utama Limbangan penuh. "Pemudik melewati wilayah ini," kata Pengawas Pemeliharaan Jalan Kabupaten Garut Asep Etik.

Di Bengkulu Jalan Lintas Barat Sumatera, penghubung Provinsi Bengkulu menuju Padang, Sumatera Barat, ambles tergerus gelombang laut, pertengahan Juli lalu. Akibatnya, ruas jalan yang berada di Desa Urai, Kecamatan Batik Nau, Kabupaten Bengkulu Utara itu hanya tersisa dua meter, dan memaksa kendaraan bergantian melintas.

Tingginya gelombang laut yang langsung menghantam ke tebing badan jalan, membuat pelapis tebing yang sudah beberapa kali dipasang Pemprov Bengkulu tak mampu menahan dinding penopang aspal jalan.

Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu Sumardi mengaku bahwa hingga saat ini, masih banyak ruas jalan di Bengkulu dalam kondisi memprihatinkan. Tercatat, sekitar 83 persen atau sepanjang 1.236 kilometer dari total jalan milik provinsi sebanyak 1.560,67 kilometer mengalami kondisi rusak parah dan ringan.

Sementara itu, untuk Jalan Lintas Barat Sumatera, yang membentang sepanjang 783,86 kilometer dari Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, dan Kabupaten Mukomuko, diketahui 33,2 persen atau sepanjang 237,2 kilometer mengalami kerusakan berat.

"Harus diakui, anggaran kami sangat terbatas, cuma Rp182 miliar. Hanya mampu untuk perbaikan jalan 90 kilometer," katanya.

Sejumlah perbaikan juga masih terjadi di Jalur Lintas Timur Sumatera. Selain perbaikan, sejumlah titik juga masih rusak.

Di Lampung, tepatnya di Banjar Agung, Tulang Bawang, jalur yang menghubungkan Lampung-Palembang itu banyak yang berlubang dan bergelombang.
Selain rusak, juga minim rambu dan penerangan. Pantauan tvOne, rambu-rambu yang ada tampak tak terawat dan sudah tak jelas