Sunday 4 March 2012

Kuburan Pun Tak Luput Dari Premanisme

 Premanisme menjadi topik yang marak dibicarakan akhir-akhir ini. Menyusul kasus pembunuhan Direktur Utama PT Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tantono alias Ayung, yang berujung pada penangkapan pentolan Angkatan Muda Kei (Amkei), John Kei. Juga bentrok di rumah duka RSPAD yang menewaskan dua orang.

Mengapa premanisme marak di Jakarta? Pengamat Perkotaan Jakarta, Yayat Supriatna, mengatakan bahwa Jakarta adalah kota yang orientasinya lebih pada uang. "Maka cara berpikirnya sekarang yaitu bagaimana supaya urusannya mudah dengan cara yang gampang, maka jasa preman itu yang akan dimanfaatkan," kata dia, Sabtu 3 Maret 2012.

Premanisme, dia menambahkan, juga akibat dari tidak berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum, seperti kepolisian. "Kadang-kadang kejahatan digunakan juga untuk membongkar kejahatan. Jadi ada simbiosis mutualisme atas itu," kata dia.

Pengajar di Universitas Trisakti itu mengatakan, polisi terkadang memanfaatkan pelaku kejahatan untuk memahami jaringan mereka. "Tapi itu kan sesuatu ranah yang tidak bisa disentuh oleh orang awam. Itulah kenapa premanisme sulit diberantas karena ada kepentingan-kepentingan juga."

Yayat menambahkan, premanisme terjadi hampir di segala sektor, dari terminal, parkiran, pasar bahkan kuburan. "Kuburan itu pun ada premanisme. Sekarang orang mau dimakamkan di Jakarta itu harus berhubungan dengan premanisme. Fakta yang saya temukan di lapangan, bahwa premanisme di kuburan itu bukan dalam bentuk calo tapi lebih ke lokasi," kata dia. Akibat kuburan dikuasai preman, biaya pelayanan publik jadi lebih mahal.

Dinas yang mengurusi kuburan sebenarnya ada, tapi tenaga mereka terbatas, mereka juga kalah nyali dengan preman. "Ada disorganisasi struktur. Jadi orang sudah tidak melihat aturan sekarang, langsung mereka pakai jasa-jasa preman, biar lebih cepat, salah satunya calo."

Saat ini, Yayat menambahkan, pemetaan preman berdasarkan suku dan etnis sudah mulai kabur. Sudah melebur. Kalaupun ada, itu sebagai bentuk pengikat saja. "Jadi semacam ada bentuk solidaritas saja karena termarjinalkan, kalah bersaing, punya otot tapi back groundpendidikannya tidak bagus akhirnya mereka lebih memilih cara otot."

Untuk memberantas premanisme, tak hanya pendekatan hukum. "Perbanyak lapangan kerja, jangan di Jakarta saja. Artinya, itu membuka lapangan kerja seluas-luasnya, jadi dibuat Jakarta itu, tidak menarik peminat kaum urban. Kalau mereka sudah punya lapangan kerja masing-masing, ngapain mereka ke Jakarta?," kata dia.

Sebelumnya, Kapolri, Jendral Pol Timur Pradopo mengatakan bahwa aksi premanisme yang semakin brutal belakangan ini sebaiknya jangan hanya dilihat dari aspek pelanggaran hukumnya saja, tapi juga harus dilihat dari faktor lain.

"Ini juga bagian dari permasalahan sosial, lapangan kerja, dan sebagainya. Saya kira semua masalah itu terus kami komunikasikan dengan instansi terkait," kata Timur di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 2 Maret 2012.

Timur juga meminta kepada masyarakat untuk bekerjasama. Masyarakat perlu bersikap proaktif melaporkan kalau ada pelanggaran hukum para preman.