China, yang dikenal sebagai negara komunis dengan kendali politik yang ketat, belakangan ini turut bermasalah dengan munculnya sekte penyebar kabar kiamat. Banyak orang telah ditangkap gara-gara menyebarkan kabar itu, yang telah menimbulkan dampak yang fatal.
Bagi pemerintah China sekte itu tidak saja menakut-nakuti warga, namun juga dinilai telah memicu kriminalitas dan merongrong negara. Aksi mereka bisa menimbulkan gejolak sosial dan perpecahan, seperti yang pernah terjadi di China di masa lampau.
Menurut kantor berita pemerintah China, seperti yang dikutip Reuters, aparat di negara itu awal pekan ini menangkap 93 orang anggota sekte terlarang yang menyebarkan rumor hari kiamat akan segera datang. Akibat rumor kelompok ini, seorang pria terpengaruh dan melakukan penikaman terhadap puluhan bocah SD pekan lalu.
Mereka ditahan di tujuh provinsi di China. Para tertangkap diketahui sebagai anggota sekte "Tuhan Mahakuasa" yang dilarang di negeri komunis itu.
Mereka ditahan karena menyebarkan selebaran tentang hari kiamat. "Anggota sekte ini percaya skenario hari kiamat suku Maya yang memprediksi matahari tidak akan bersinar dan listrik akan mati selama tiga hari pada 21 Desember nanti," ujar seorang pejabat biro keamanan kota Xining, ibukota provinsi Qinghai.
Para anggota sekte itu beberapa hari terakhir tampak meresahkan publik dengan mengaitkan legenda kalender suku Indian Maya di Amerika Latin. Berbagai media pun mereka sebarkan. Selain selebaran, polisi China juga menemukan banyak spanduk, buku, dan beberapa unit mesin cetak.
"21 Desember makin dekat dan pada hari itu setengah dari orang-orang baik di dunia akan mati dan semua orang jahat akan binasa. Hanya dengan bergabung ke gerakan Tuhan Mahakuasa kalian terhindar dari kematian dan diselamatkan," demikian bunyi selebaran dalam bahasa Mandarin yang disita polisi di Kota Shaoxing, Provinsi Zhejiang, yang dikutip media massa pemerintah China.
Selain itu ada juga kiriman pesan singkat dari ponsel (SMS) yang bertuliskan, "Tsunami besar dan gempa bumi akan terjadi di penjuru dunia." Sekte itu tidak saja menakut-nakuti warga, namun juga marah pemerintah China dengan menganjurkan pesan kepada para pengikut agar berperang melawan apa yang mereka sebut "Naga Merah Besar." Ini merujuk kepada Partai Komunis, kekuatan yang berkuasa di China sejak 1949.
Tidak heran bila pemerintah China menyatakan sekte "Tuhan Mahakuasa" sebagai kelompok terlarang. Menurut The Christian Research Journal, gerakan itu dibentuk pada 1989 di Provinsi Heilongjiang oleh seorang pria bernama Zhao Weishan.
Kelompok ini tidak saja meresahkan pemerintah dan warga China. Kelompok-kelompok keagamaan pun juga tidak suka dengan aktivitas gerakan itu.
Beranggotakan sekitar satu juta orang, ungkap harian Los Angeles Times, sekte itu juga mensyaratkan para anggota menyerahkan harta benda untuk kepentingan bersama. Mereka pun dikabarkan terlibat dalam penculikan, pemaksaan, dan pemerasan terhadap rumah-rumah ibadah.
Mereka tersebar di berbagai tempat di China. Itulah sebabnya polisi juga mencokok 37 anggota sekte di Kota Jinjiang, provinsi Fujian di China bagian emtimur. Ada juga empat orang di Kota Chongqing di sebelah baratdaya. Tujuh di Provinsi Sichuan, tujuh lagi di Provinsi Shaanxi dan lima di Provinsi Hubei, China bagian tengah. Mereka ditangkap setelah ketahuan menyebarkan selebaran soal kiamat dan rumor yang menggelisahkan, ungkap pihak berwenang setempat.
Para anggota sekte tidak hanya beraksi di perkotaan. Mereka sudah beroperasi di wilayah-wilayah terpencil.
Menurut Xinhua, polisi juga menangkap empat anggota sekte "Tuhan Mahakuasa" di Kawasan Otonomi Mongolia Pedalaman. Perbuatan mereka dianggap sudah mengecoh orang-orang tua di sana, terutama yang tinggal di pengunungan Arxan. Caranya, dengan menyatakan bahwa bila hanya percaya dengan sekte "Tuhan Mahakuasa," mereka bisa selamat dari kiamat.
Para korban sekte ini tidak hanya dibuat takut. Ada juga yang akhirnya bertindak gelap mata karena termakan rumor yang disebarkan sekte itu. Dalam suatu laporan, kepolisian di Provinsi Henan menahan seorang pria yang dikenal dengan nama Min Yongjun karena menikam 22 anak di sebuah sekolah dasar.
Polisi menduga, dia adalah salah satu korban rumor sesat hari kiamat yang disebarkan sekte tersebut. "Pada penyelidikan awal polisi menemukan Min, seorang penderita epilepsi, sangat terpengaruh pada rumor akhir dunia menurut ramalan kuno," tulis Xinhua.
Kepada polisi, Min mengaku percaya dengan kata-kata seorang perempuan saat berceramah di depan para penduduk desa tempat tinggalnya.
Bagi pemerintah China sekte itu tidak saja menakut-nakuti warga, namun juga dinilai telah memicu kriminalitas dan merongrong negara. Aksi mereka bisa menimbulkan gejolak sosial dan perpecahan, seperti yang pernah terjadi di China di masa lampau.
Menurut kantor berita pemerintah China, seperti yang dikutip Reuters, aparat di negara itu awal pekan ini menangkap 93 orang anggota sekte terlarang yang menyebarkan rumor hari kiamat akan segera datang. Akibat rumor kelompok ini, seorang pria terpengaruh dan melakukan penikaman terhadap puluhan bocah SD pekan lalu.
Mereka ditahan di tujuh provinsi di China. Para tertangkap diketahui sebagai anggota sekte "Tuhan Mahakuasa" yang dilarang di negeri komunis itu.
Mereka ditahan karena menyebarkan selebaran tentang hari kiamat. "Anggota sekte ini percaya skenario hari kiamat suku Maya yang memprediksi matahari tidak akan bersinar dan listrik akan mati selama tiga hari pada 21 Desember nanti," ujar seorang pejabat biro keamanan kota Xining, ibukota provinsi Qinghai.
Para anggota sekte itu beberapa hari terakhir tampak meresahkan publik dengan mengaitkan legenda kalender suku Indian Maya di Amerika Latin. Berbagai media pun mereka sebarkan. Selain selebaran, polisi China juga menemukan banyak spanduk, buku, dan beberapa unit mesin cetak.
"21 Desember makin dekat dan pada hari itu setengah dari orang-orang baik di dunia akan mati dan semua orang jahat akan binasa. Hanya dengan bergabung ke gerakan Tuhan Mahakuasa kalian terhindar dari kematian dan diselamatkan," demikian bunyi selebaran dalam bahasa Mandarin yang disita polisi di Kota Shaoxing, Provinsi Zhejiang, yang dikutip media massa pemerintah China.
Selain itu ada juga kiriman pesan singkat dari ponsel (SMS) yang bertuliskan, "Tsunami besar dan gempa bumi akan terjadi di penjuru dunia." Sekte itu tidak saja menakut-nakuti warga, namun juga marah pemerintah China dengan menganjurkan pesan kepada para pengikut agar berperang melawan apa yang mereka sebut "Naga Merah Besar." Ini merujuk kepada Partai Komunis, kekuatan yang berkuasa di China sejak 1949.
Tidak heran bila pemerintah China menyatakan sekte "Tuhan Mahakuasa" sebagai kelompok terlarang. Menurut The Christian Research Journal, gerakan itu dibentuk pada 1989 di Provinsi Heilongjiang oleh seorang pria bernama Zhao Weishan.
Kelompok ini tidak saja meresahkan pemerintah dan warga China. Kelompok-kelompok keagamaan pun juga tidak suka dengan aktivitas gerakan itu.
Beranggotakan sekitar satu juta orang, ungkap harian Los Angeles Times, sekte itu juga mensyaratkan para anggota menyerahkan harta benda untuk kepentingan bersama. Mereka pun dikabarkan terlibat dalam penculikan, pemaksaan, dan pemerasan terhadap rumah-rumah ibadah.
Mereka tersebar di berbagai tempat di China. Itulah sebabnya polisi juga mencokok 37 anggota sekte di Kota Jinjiang, provinsi Fujian di China bagian emtimur. Ada juga empat orang di Kota Chongqing di sebelah baratdaya. Tujuh di Provinsi Sichuan, tujuh lagi di Provinsi Shaanxi dan lima di Provinsi Hubei, China bagian tengah. Mereka ditangkap setelah ketahuan menyebarkan selebaran soal kiamat dan rumor yang menggelisahkan, ungkap pihak berwenang setempat.
Para anggota sekte tidak hanya beraksi di perkotaan. Mereka sudah beroperasi di wilayah-wilayah terpencil.
Menurut Xinhua, polisi juga menangkap empat anggota sekte "Tuhan Mahakuasa" di Kawasan Otonomi Mongolia Pedalaman. Perbuatan mereka dianggap sudah mengecoh orang-orang tua di sana, terutama yang tinggal di pengunungan Arxan. Caranya, dengan menyatakan bahwa bila hanya percaya dengan sekte "Tuhan Mahakuasa," mereka bisa selamat dari kiamat.
Para korban sekte ini tidak hanya dibuat takut. Ada juga yang akhirnya bertindak gelap mata karena termakan rumor yang disebarkan sekte itu. Dalam suatu laporan, kepolisian di Provinsi Henan menahan seorang pria yang dikenal dengan nama Min Yongjun karena menikam 22 anak di sebuah sekolah dasar.
Polisi menduga, dia adalah salah satu korban rumor sesat hari kiamat yang disebarkan sekte tersebut. "Pada penyelidikan awal polisi menemukan Min, seorang penderita epilepsi, sangat terpengaruh pada rumor akhir dunia menurut ramalan kuno," tulis Xinhua.
Kepada polisi, Min mengaku percaya dengan kata-kata seorang perempuan saat berceramah di depan para penduduk desa tempat tinggalnya.
"Perempuan itu berkata bahwa 'akhir dunia sudah dekat dan Bumi akan meledak,'" kata Ouyang Mingxing, pejabat keamanan masyarakat di Kabupaten Guangshan, kepada harian pemerintah China, Global Times. Pejabat itu mengungkapkan bahwa polisi menemukan lebih dari 70 pamflet dari rumah perempuan itu.
Ancam Stabilitas
Kabar penangkapan massal sekte yang dianggap sesat itu telah mendapat perhatian luas oleh media mancanegara, termasuk di Amerika Serikat. Selain sekte itu, bagi pemerintah China, kelompok-kelompok agama atau kepercayaan yang dianggap ancaman serius bagi stabilitas negara - termasuk Partai Komunis China-harus ditindak.
Falun Gong menjadi salah satu contoh yang terkenal. Kendati tidak ikut menyebarkan kabar kiamat, kelompok kebatinan itu juga dipandang sebagai ancaman bagi negara karena sejak dekade 1990 mulai melancarkan seruan yang mengritik pemerintah dan Partai Komunis.
Fenomena sekte penyebar kabar kiamat ini juga mengundang perhatian kalangan akademisi setempat. Sosiolog dari People's University di Beijing, Zhou Xiaozheng, menilai bahwa ini menunjukkan bahwa banyak warga yang gampang percaya kepada rumor yang tidak logis.
"Mengingat di China tidak ada agama yang basisnya sudah kuat, orang-orang mencari cara untuk menenangkan hati mereka dan ini bisa membuat mereka memuja aliran tertentu," kata Zhou seperti yang dikutip harian AS, Los Angeles Times. "Orang-orang tidak percaya dengan apa yang dikatakan pemerintah, jadi mereka bisa gampang terpengaruh rumor-rumor liar," lanjut Zhou.
Populernya sekte seperti gerakan "Tuhan Mahakuasa" itu juga menandakan bahwa teori-teori Hari Kiamat tengah laris manis di kalangan warga China dalam beberapa tahun terakhir. Film "2012," yang mengisahkan bencana hebat di muka Bumi berdasarkan penanggalan Suku Maya, mencetak rekor sebagai film terlaris saat mulai ditayangkan di China pada 2009.
Itu sebabnya Columbia Pictures sebagai empunya film menayangkan kembali 2012 khusus bagi penonton bioskop di China akhir tahun ini, namun dengan versi tiga dimensi. Bencana besar di film itu dijamin terlihat lebih mengerikan.
Maka, belakangan ini, pemerintah terus berupaya menganjurkan rakyat agar tidak langsung percaya kepada skenario apapun mengenai akhir dunia, yang disebarkan dari berbagai media. Rumor-rumor ini, seperti disampaikan surat kabar China Daily, telah menyebabkan "keresahan dan pembelian barang secara panik sekaligus mengganggu tatanan sosial serta kegiatan yang merugikan sesama warga."
Falun Gong menjadi salah satu contoh yang terkenal. Kendati tidak ikut menyebarkan kabar kiamat, kelompok kebatinan itu juga dipandang sebagai ancaman bagi negara karena sejak dekade 1990 mulai melancarkan seruan yang mengritik pemerintah dan Partai Komunis.
Fenomena sekte penyebar kabar kiamat ini juga mengundang perhatian kalangan akademisi setempat. Sosiolog dari People's University di Beijing, Zhou Xiaozheng, menilai bahwa ini menunjukkan bahwa banyak warga yang gampang percaya kepada rumor yang tidak logis.
"Mengingat di China tidak ada agama yang basisnya sudah kuat, orang-orang mencari cara untuk menenangkan hati mereka dan ini bisa membuat mereka memuja aliran tertentu," kata Zhou seperti yang dikutip harian AS, Los Angeles Times. "Orang-orang tidak percaya dengan apa yang dikatakan pemerintah, jadi mereka bisa gampang terpengaruh rumor-rumor liar," lanjut Zhou.
Populernya sekte seperti gerakan "Tuhan Mahakuasa" itu juga menandakan bahwa teori-teori Hari Kiamat tengah laris manis di kalangan warga China dalam beberapa tahun terakhir. Film "2012," yang mengisahkan bencana hebat di muka Bumi berdasarkan penanggalan Suku Maya, mencetak rekor sebagai film terlaris saat mulai ditayangkan di China pada 2009.
Itu sebabnya Columbia Pictures sebagai empunya film menayangkan kembali 2012 khusus bagi penonton bioskop di China akhir tahun ini, namun dengan versi tiga dimensi. Bencana besar di film itu dijamin terlihat lebih mengerikan.
Maka, belakangan ini, pemerintah terus berupaya menganjurkan rakyat agar tidak langsung percaya kepada skenario apapun mengenai akhir dunia, yang disebarkan dari berbagai media. Rumor-rumor ini, seperti disampaikan surat kabar China Daily, telah menyebabkan "keresahan dan pembelian barang secara panik sekaligus mengganggu tatanan sosial serta kegiatan yang merugikan sesama warga."
Kepanikan ini terlihat saat banyak toko di sejumlah kota kehabisan lilin, gara-gara para warga percaya ramalan bahwa dunia akan gelap selama tiga hari berturut-turut.
Dengan penggerebekan massal para pengikut gerakan "Tuhan Mahakuasa," pemerintah pun tampak tidak mau mengulangi kesalahan masa lalu, dengan tidak main-main atas keberadaan sekte seperti gerakan penyebar kabar kiamat itu. Di masa lalu, penguasa China bermasalah dengan kelompok-kelompok agama maupun kepercayaan.
Pada abad ke-19, saat masih diperintah Kekaisaran, China dilanda Pemberontakan Taiping. Gejolak saat itu dipicu oleh seorang pria, yang menyalahgunakan ajaran Kristen dengan mengaku-ngaku sebagai adik dari Yesus Kristus.
Lantaran tidak segera diredam, klaim itu belakangan turut mengundang perang saudara di China bagian selatan selama 1850 hingga 1864 dengan menewaskan sekitar 20 juta jiwa sehingga, seperti dikutip dari Britannica Concise, merupakan salah satu tragedi berdarah bagi sejarah China.
Dengan penggerebekan massal para pengikut gerakan "Tuhan Mahakuasa," pemerintah pun tampak tidak mau mengulangi kesalahan masa lalu, dengan tidak main-main atas keberadaan sekte seperti gerakan penyebar kabar kiamat itu. Di masa lalu, penguasa China bermasalah dengan kelompok-kelompok agama maupun kepercayaan.
Pada abad ke-19, saat masih diperintah Kekaisaran, China dilanda Pemberontakan Taiping. Gejolak saat itu dipicu oleh seorang pria, yang menyalahgunakan ajaran Kristen dengan mengaku-ngaku sebagai adik dari Yesus Kristus.
Lantaran tidak segera diredam, klaim itu belakangan turut mengundang perang saudara di China bagian selatan selama 1850 hingga 1864 dengan menewaskan sekitar 20 juta jiwa sehingga, seperti dikutip dari Britannica Concise, merupakan salah satu tragedi berdarah bagi sejarah China.
Tragedi itu pun berperan bagi awal jatuhnya kekuasaan monarki, yang telah berkuasa selama dua ribu tahun di Tiongkok. Kini, pemerintah komunis tampak tidak ingin mengulang lagi kesalahan di masa lampau.