Showing posts with label Sains dan teknologi. Show all posts
Showing posts with label Sains dan teknologi. Show all posts

Sunday, 21 December 2014

Luar Biasa, 9 Hewan Ini Bisa Memprediksi Bencana

Burung warblers emas

Bencana datang memang tidak terduga, baik itu gempa bumi, longos, gunung meletus dan lain sebagainya. Tetapi sejak jaman dahulu, hewan-hewan tertentu dapat memprediksi bencana alam, mendeteksi penyakit lebih baik, dan sekarang ilmu pengetahuan membuktikan banyak cerita zaman dahulu benar adanya.

Pengamatan lebih dekat terhadap binatang, bisa membantu manusia untuk merencanakan lebih baik sebelum bencana datang, seperti yang dituliskan dalam jurnal Current Biology. Lalu binatang-binatang apa saja yang mampu mengetahui bjika bencana akan datang?

Berikut adalah 9 binatang yang dipercaya ilmuwan bisa memprediksi penyakit atau bencana sebelum datang menghantam kita, yang kami kutip dari Discovery news:

1. Anjing
Penciuman anjing memang tidak diragukan lagi ketajamannya. Hewan yang satu ini kerap dijadikan sahabat polisi, dalam rangka mengetahui beragam ancaman. Anjing juga kerap dilibatkan untuk mencari korban, saat bencana alam. Selain itu, anjing juga mampu mencium kanker prostat dengan akurasi sebesar 98 persen, dan telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

2. Burung warblers emas
Burung ini mampu memprediksi kapan akan datang badai, seperti yang terjadi saat tim ilmuwan dari Berkeley meneliti burung ini. Dalam waktu kurang dari 24 jam sebelum badai datang, burung ini akan meninggalkan rumahnya untuk menghindari badai.

3. Kucing
Saat gempa bumi besar melanda Jepang, tim dari universitas Tsing Hua melakukan riset bagaimana kucing berhasil menghindar sebelum gempa melanda. Bahkan enam hari sebelum datang gempa, kucing memperlihatkan perilaku yang tidak biasa dan menjadi lebih stres. Peneliti percaya, jika pendengaran kucing yang mampu membuat mereka mengetahui adanya gempa.

4. Sapi
Tim yang sama di Jepang juga mengetahui, jika sapi bisa melakukan hal yang sama, yaitu memprediksi gempa. Sapi-sapi bereaksi dengan menurunnya produksi susu dalam beberapa hari sebelum gempa.

5. Lebah
Serangga yang satu ini selain bermanfaat karena menghasilkan madu, juga bisa memprediksi kapan hujan besar akan datang. Mereka akan bernondong-bondong pulang ke sarangnya sebelum itu terjadi.

6. Kumbang ratu
Kumbang ini mampu memprediksi hawa panas akan menerjang, karena mereka sangat sennsitif terhadap kelembaban udara di sekitarnya.

7. Hiu
Hiu dipercaya merupakan pengejar badai. Mereka akan berkumpul, di tempat di mana akan terjadi badai besar. Terutama jenis hiu macan, tubuh mereka sangat sensitif sekali terhadap perubahan suhu air.

8. Lalat buah
Serangga yang stau ini memang sering mengganggu, terutama saat kita membuka buah, karena mereka sangat tertarik sekali. tetpi siapa sangka, jika serangga kecil ini mampu memprediksi kanker dengan penciumannya. Dipercaya ilmuwan mereka bisa memprediksi beberapa sel kanker, seperti kanker payudara dan tidak menutup kemungkinan kanker jenis lainnya.

9. Beruang Grizzly
Penciumannya yang tajam, membuat beruang grizzly mampu mencium manusia dalam jarak 18 mil. Dipadukan dengan sensor lain di dalam tubuhnya, mereka mampu memprediksi berbagai bencana, bahkan dipercaya bisa mengungkapkan kanker di tubuh manusia.

Selain kesembilan hewan di atas, masih banyak hewan lainnya yang bisa memprediksi bencana, namun belum ada keterangan ilmiah atau penjelasan ilmiahnya. Seperti turunnya binatang dari gunung sebelum terjadi letusan, atau lele yang menghilang sebelum bencana longsor.


SUMBER : http://exspresiku.blogspot.com/2014/12/9-hewan-yang-bisa-memprediksi-bencana.html

Telah Ditemukan Ikan yang Hidup di Laut Terdalam di Dunia

Ikan snailfish yang hidup di palung Mariana.
SAUNG99 - Saat kita berenang di laut yang cukup dalam saat diving, mungkin tubuh kita harus menyesuaikan dengan tekanan yang ada. Jika tidak, kita akan meninggal karena tekanan yang kuat. Demikian juga ikan, mempunyai tahapan kedalaman, di mana mereka bisa hidup.

Pada catatan rekor sebelumnya, ikan Snailfish berhasil mencatatkan rekor sebagai ikan yang mampu hidup di kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut. Namun rekor baru tercatat oleh ikan snailfish di palung Mariana, yang merupakan laut paling dalam yang pernah tercatat.

Ikan snailfish atau ikan siput ini, ternyata mampuu hidup di kedalaman lebih dari 8.000 meter, tepatnya 8.145 meter di bawah permukaan laut. Ikan ini ditemukan dalam rangkaian ekspedisi, untuk melihat kehidupan di laut dengan kedalaman ekstrem.

Dalam sebuah video, ikan ini memiliki mata yang sangat kecil, dengan kepala yang cukup besar. Ukurannya dperkirakan sebesar lengan manusia.

"Ini adalah ikan laut dalam yang belum pernah kita lihat sebelumnya, tidak seperti yang kami bayangkan dan ketahui. Ini benar-benar sangat rapuh, sayap besarnya berfungsi seperti sirip, dan kepanya seperti tidak seimbang," ucap Dr Alan Jamieson dari Universitas Aberdeen.

Penelitian ini menggunakan kapal selam khusus, yang tahan akan tekanan yang cukup tinggi, dan juga dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi, yang diberi nama Hadal Lander yang diciptakan di Aberdeen.

Sunday, 15 June 2014

KONTROVERSI ASAL USUL LELUHUR MANUSIA INDONESIA

Situs Gua HarimauPerlu berjalan kaki tiga jam mencapai Gua Harimau di Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Dari dusun terdekat, menanjak ke bukit, melintasi anak sungai sebelum bertemu ratusan anak tangga.
Di akhir anak tangga, persis di depan sebuah gua yang menganga selebar 50 meter, terpancang sebuah plang bertuliskan, “Situs Gua Harimau. Situs ini sedang dalam penelitian Pusat Arkeologi Nasional”.

Hanya tiga meter di belakang plang ini, terdapat dua lubang galian yang dipagari kawat. Lubang galian yang terbesar berbentuk huruf L, dengan panjang lebih dari 5 meter.
Saat dilihat lebih dekat, terdapat beberapa kerangka manusia yang terbujur berjejer. Juga ada beberapa lokasi yang ditutupi dengan kotak-kotak berbungkus terpal plastik. Mereka adalah hasil ekskavasi Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional sejak 2008 lalu.

Dulu, masyarakat takut mendekati gua ini. Seperti namanya, konon tempat persembunyian harimau. Roli Chandra, juru kunci Gua Harimau, menceritakan, gua ini juga pernah jadi tempat persembunyian warga saat penjajahan Belanda.
"Gua ini bisa menembus ke Gua Putri, dengan melintasi mulut gua sekitar 45 menit sampai ke atas," ujar ayah tiga anak ini. Namun Tim Peneliti Arkenas belum melakukan ekskavasi di Gua Putri.

Sejak tim peneliti berulang kali ke gua ini, masyarakat pun mulai berani mendekat. Warga pun mulai menjadikan lahan sekitar gua untuk bercocok tanam karet dan kopi.
"Dulunya ini hanya hutan lebat. Mau membuka lahan sebagai perkebunan pun warga takut. Baru sekarang warga berani," kata pria berusia 29 tahun itu.

Gua yang terletak 300 kilometer barat daya Ibu Kota Sumatera Selatan, Palembang, ini menjadi sasaran riset arkeologi setelah pada 2008 silam ditemukan lukisan gua. Ini lukisan gua pertama ditemukan di Pulau Sumatera.
Situs Gua Harimau. Motifnya pun unik, seperti songket, kain khas Sumatera Selatan. “Beberapa bulan kemudian, dilakukan penggalian dan ditemukan beberapa fosil,” kata Roli yang ikut mendampingi peneliti sejak saat itu.

Dua Lapis

Dalam 5 tahun penelitian, Arkenas menemukan 76 kerangka manusia kuno terkubur di Gua Harimau itu. Ada dua lapis tanah tempat kerangka ditemukan.
Di lapis pertama, kurang lebih 1 meter, ditemukan 72 kerangka yang terbujur. Ketika digali lebih dalam, sampai ke 1,8 meter, ditemukan empat kerangka dalam keadaan meringkuk, bukan terbujur lurus.

"Rentang usia keduanya itu antara 5.000 sampai 3.000 tahun. Kerangka bagian atas lebih muda dari kerangka yang di bawah," ujar Dyah Pratiningtyas, salah satu peneliti Arkenas, menjelaskan soal penemuan itu.

Arkenas, lanjut Dyah, masih berupaya mengetahui apakah kerangka yang lebih muda dan lebih tua ini berasal dari peradaban atau ras yang sama.
Spekulasi sementara, kerangka yang lebih tua adalah ras Austromelanesoid, sementara yang lebih muda adalah Mongoloid. Arkenas sudah mengirimkan spesimen gen mereka ke Lembaga Eijkman di Jakarta yang bisa mengekstraksi DNA.

Hasil tes DNA atas sampel kerangka itu bisa mengungkap lebih jelas tabir asal-usul kerangka individu itu.  “Saya berpikir hasil DNA itu bisa kita pakai untuk mencari relasi tersebut. Kalau yang dari Eijkman itu berhasil membaca sinyal segala macam, kira-kira mereka dari mana, apakah mereka orang lokal, apakah mereka pendatang baru kita bisa menjawab,” tambah dia.

Arkenas juga menyatakan masih ada kerangka manusia kuno yang lebih tua dari usia kerangka manusia di Gua Harimau ini. Kerangka manusia di gua dekat Gunung Sewu di selatan Yogyakarta berusia kisaran 10 ribu tahun.
Namun temuan kerangka manusia di Gua Harimau ini memiliki keunikan dibanding temuan komunitas manusia di gua-gua Pulau Jawa, yang biasanya hanya beberapa kerangka saja.

“Kita ada yang lebih banyak lagi, seperti di Gilimanuk, Bali sampai 200 individu, tapi dia di pesisir dan terbuka (open site), tidak di dalam gua. Ini (Gua Harimau), saya pikir mungkin lebih dari 100 kalau dibuka semua,” katanya.

Gua Harimau bukan satu-satunya gua di Sumatera tempat ditemukannya kerangka manusia kuno. Di ujung utara Sumatera, tepatnya di Loyang Mendale dan Ujung Karang, Kabayakan, Aceh Tengah, pada 2011 lalu, tim arkeolog Sumatera Utara juga menemukan kerangka manusia kuno.
Usia kerangka mencapai  5.000 tahun, lebih tua dari bukti migrasi manusia kuno di Sulawesi yang dianggap sebagai awal manusia Indonesia. Temuan kerangka di situs Sulawesi berusia lebih muda, diperkirakan 3.580 tahun lalu.

Kerangka di Loyang Mendale ini ditemukan terkubur dengan posisi kaki terlipat. Di dekat kerangka, tim peneliti menemukan sejumlah artefak yang sama dengan yang ditemukan di Thailand.

Ketua Tim Arkeologi Sumatera Utara, I Ketut Wiradiyana, menyatakan, berdasarkan pemeriksaan DNA, kerangka itu diketahui berasal dari ras Mongoloid dengan budaya Austronesia. Ketut menduga adanya perpaduan budaya antara ras Mongoloid dengan budaya Austronesia yang datang dari utara dengan ras Australomelanesoid yang berbudaya Hoabin saat mendatangi kawasan tersebut.

Salah satu bukti kuat perpaduan budaya itu ada pada budaya menguburkan orang mati dengan posisi melipat atau terlihat meringkuk. Kebiasaan melipat itu, kata Ketut merupakan ciri budaya Hoabin yang kerap mendiami daerah dataran rendah, pesisir. Tradisi jenazah dilipat ini masih tampak pada sejumlah suku di Papua.

“Ini semakin menguatkan kemungkinan adanya jalur migrasi lain yang lebih tua dari pada jalur migrasi dari Sulawesi seperti yang kita kenal selama ini,” katanya. Dugaan itu makin kuat dengan temuan sejumlah kapak lonjong dan gerabah poles merah. Kedua benda itu selama ini identik dengan kawasan Indonesia bagian timur, di antaranya Sulawesi, Maluku dan Papua.

Perjalanan Panjang

Temuan itu kembali menghangatkan debat asal muasal manusia Indonesia. Teori yang tak terbantahkan adalah semua manusia (Homo sapiens) di muka bumi bernenek moyang dari Afrika atau dikenal sebagai Teori Out of Africa.

Sebelum Gunung Toba meletus sekitar 74 ribu tahun yang lalu, Homo sapiens telah tiba di Nusantara yang mana saat itu Sumatera, Jawa dan Kalimantan masih merupakan bagian dari anak benua Asia atau dikenal sebagai Sundaland.
Setelah Toba meletus, sebagian besar populasi Homo sapiens punah.

Stephen Oppenheimer, genetikawan dari Inggris, menyebutkan terjadi bottle neck populasi manusia saat itu, tersisa sedikit di Nusantara dan Afrika sendiri. Jumlahnya sekitar 10.000 orang.
Orang-orang yang tersisa di Nusantara ini yang kemudian sekitar 50.000 tahun yang lalu, kawin-mawin dengan Homo denisova, hominid yang baru 2011 ini diketahui keberadaannya. Gen Denisova ini menetap antara 4-6 persen di gen orang Melanesia yang kini menetap di Papua, Australia dan kepulauan di Pasifik.

Fakta soal Melanesia sebagai penghuni pertama Nusantara ini tidak ada perdebatan. Perdebatannya adalah, gelombang manusia berikutnya, yang berbahasa rumpun Austronesia di mana Bahasa Melayu merupakan cabang utamanya.

Teori Out of Yunan menyatakan, Austronesia ini berasal dari Yunan di China Selatan. Arkeolog I Ketut Wiradiyana, salah satu pendukung teori ini.
Dia menyatakan besar kemungkinan migrasi manusia berasal dari China bagian Selatan yang turun menuju kawasan Thailand, sebelum akhirnya menetap di sebelah barat Indonesia atau di kawasan Aceh Tengah. “Seperti yang diketahui, ras Mongoloid memang berasal dari daerah Cina bagian Selatan,” katanya.

Sementara teori Out of Taiwan menyebutkan nenek moyang penutur Austronesia ini berasal dari Formosa, nama lain dari Taiwan. Teori ini berlandaskan pada temuan kesamaan bahasa dan budaya.
Di Taiwan terdapat tiga etnik asli yang berbahasa rumpun Austronesia serta memiliki budaya tembikar dan cocok tanam yang sama. Teori ini disokong oleh arkeolog senior dari Australian National University, Peter Bellwood.

Namun peneliti lain mengungkapkan justru manusia Indonesia merupakan moyang manusia kawasan atau regional Asia Tenggara, saat paparan Sunda masih satu anak benua besar. Teori Out of Sundaland ini dipelopori genetikawan asal Inggris, Stephen Oppenheimer  

Oppenheimer menemukan, terjadi penyebaran drastis genetika sekitar 8.000 tahun yang lalu ke sekitar pulau-pulau di Nusantara. Kurun 8.000 tahun yang lalu ini, menurut Oppenheimer, seiring dengan akhir zaman es yang ditandai dengan tenggelamnya Sundaland.

“Bellwood berteori bahwa orang-orang datang dari Taiwan, menyebar di Indonesia dan Filipina dan membunuh semua orang di daerah itu. Saya membantah teori itu.  Sebab yang terjadi sesungguhnya adalah sebaliknya. Orang-orang Taiwan berasal dari sini,” kata Oppenheimer.

Namun kubu arkeologi belum bisa menerima argumentasi genetika ini. Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Ilmu Budaya UGM, Dr. Daud Aris Tanudirjo, mengatakan mengatakan dalam konteks persebaran moyang manusia Indonesia, lebih condong dengan skema Out of Taiwan. Leluhur muncul dari Taiwan kemudian menyebar ke Kalimantan, Sulawesi dan kemudian ke Sumatera dan Jawa.

"Tapi kalau dibilang (Sundaland) sebagai lokasi persebaran saya kira kurang begitu tepat,” tuturnya. Sejumlah penemuan kerangka ras Mongoloid pun, kata Daud, belum ada yang setua yang ditemukan di Taiwan.
“Sementara ini yang saya ikuti adalah penemuan terbaru bahwa asal-usul orang Indonesia berasal dari Taiwan. Dan saya kira dengan adanya penemuan terbaru di Liang Domeh, Pulau Matsu Taiwan, semakin menguatkan jika fosil di Taiwan adalah yang tertua,” jelas dia.?

Dyah, peneliti dari Arkenas, menyatakan, untuk membangun sebuah teori arkeologi, tidak hanya butuh satu bukti artefak saja. “Perlu banyak data untuk bentuk suatu hipotesa. Kalau baru satu titik, itu baru asumsi. Belum bisa dikatakan hipotesa, dibutuhkan bukti lain untuk mendukung temuan ini,” jelasnya.

Peta Genetika Indonesia

Namun arkeolog membuka diri pada genetika sebagai jalan menelusuri asal-usul. Deputi Direktur Lembaga Eijkman Jakarta Herawati Sudoyo menyatakan lembaganya bekerjasama dengan Pusat Arkeologi Nasional meneliti gen kerangka manusia kuno yang ditemukan arkeolog di sejumlah tempat di Indonesia.

Peneliti mengambil sampel DNA mitokondria yang merupakan warisan dari ibu kepada anak dan kromosom Y yang diwariskan dari ayah. Menurut Herawati, penelitian menggunakan mitokondria dan kromosom Y ini memiliki kelemahan yakni sulit melihat adanya percampuran gen. Percampuran gen bisa diteliti dengan riset otosom atau riset menyeluruh atas genetika seseorang.

Meski demikian, Herawati mengatakan studi gen dari sisi mitokondria akan membuka informasi mutasi gen saat manusia bermigrasi. Hera menjelaskan perjalanan migrasi, yang berbeda lingkungan dan kehidupan, akan menambah motif gen pada manusia itu.
Jadi tak heran, kata dia, jika ditemukan adanya percampuran atau haplotipe, dari Asia daratan masuk ke Formosa dan dilanjutkan turun ke wilayah Indonesia.

Eijkman, kata Herawati, mengumpulkan hampir seluruh sampel genetika etnis yang ada di Indonesia. Ia mengatakan studi gen tidak akan berhenti sampai proses pemetaan. Tetap akan dilakukan untuk meneliti lebih detail dan lebih khusus tiap suku bangsa.     

Dalam peta gen orang Indonesia yang sudah terpetakan, secara ringkas tampak adanya pola migrasi manusia dari Barat ke Timur bagian Indonesia. Pola ini ditandai dengan warna tertentu. "Dari peta DNA-nya terlihat, misalnya wilayah Papua itu hijau muda, genetika sukunya kelihatan. Totally semua hijau," ujar Hera.

Sementara di belahan barat Indonesia, umumnya hijau tua. Pengecualian di wilayah Sumatera Barat, terdapat pola dua gen berbeda yaitu hijau tua dan hijau muda sekaligus.
Total, Eijkman menemukan 32 klaster genetika manusia Indonesia yang secara umum terbagi atas tiga kelompok besar. Pertama, kelompok genetika Melayu, Minang, Jawa, Kalimantan; kedua, kelompok Makassar, Sumba, Minahasa; dan ketiga, kelompok Papua dan Alor. Kemudian terdapat juga kelompok kecil yang terpisah jauh dan diperkirakan lebih tua dari dua kelompok pertama yakni Nias-Mentawai.

Pembuktian gen manusia Indonesia juga makin menantang setelah ditemukannya gen Homo denisovan, yang kerangkanya ditemukan di Siberia, Rusia, pada gen orang Melanesia yang kini menghuni Papua dan Australia.
Herawati mengakui adanya temuan gen Denosivan itu namun peneliti Eijkman sejauh ini belum menemukan hasil yang signifikan. Sejauh ini, Eijkman sudah mengonfirmasi, ada kawin-mawin Homo sapiens dengan Homo neandertal.
"Perkawinan Homo Neandertal dengan manusia biasa memang ada. Kebetulan kami tengah bekerjasama dengan peneliti yang mengerjakan Neandertal," ujar Herawati.

Pada masa depan, lanjut dia, pemetaan gen bukan saja bermanfaat untuk melacak asal-usul, namun juga untuk mendukung kesehatan masyarakat. Hera mengatakan nantinya gen dapat digunakan untuk alat prediksi kecenderungan penyakit yang berkembang pada berbagai populasi masyarakat di Indonesia.
Dia mencontohkan, penyakit turunan yang umum melanda orang Indonesia yaitu talasemia. Meski tidak menjadi pencegah sepenuhnya bagi penderita Talasemia, namun setidaknya peta gen itu bisa menjadi panduan untuk pencegahan

Tuesday, 27 May 2014

Ketika Hacker Lebih Menakutkan Ketimbang Teroris. Tidak hanya berbahaya bagi keamanan negara, tapi juga ekonomi dunia

http://blog.experts-exchange.com/wp-content/uploads/2012/11/Hacker.jpgMasih ingat isu peretasan terhadap data kartu debit nasabah bank yang terjadi pertengahan Mei tahun ini? Sebanyak 1.204 kartu debit diduga digandakan dan sebanyak 6 ATM kemungkinan besar pernah dipasang skimmer.
Hacker berupaya menyusup ke sistem pengamanan kartu nasabah bank tersebut. Namun, bank bertindak cepat dengan melakukan pemblokiran ribuan kartu debit itu.
Aksi hacker tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di dunia. Survei terbaru menunjukkan bahwa warga Amerika pun takut terhadap hacker. Bahkan, hampir setengah responden dalam survei menganggap hacker lebih berbahaya dari teroris.
Banyak negara, termasuk Indonesia, menganggap kemampuan hacker yang dapat menyusup ke dalam sistem keamanan komputer merupakan aksi yang berbahaya bagi keamanan negara, bahkan ekonomi dunia. Peretasan ke sistem perbankan, pertahanan, dan keuangan negara merupakan ancaman yang serius.
Di Indonesia, aksi peretasan itu bukanlah yang pertama. Negara ini telah berkali-kali disusupi hacker. Terutama menargetkan institusi keuangan dan website pemerintah.  
Informasi penting perusahaan perbankan dan data nasabah berhasil dicuri, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap internet perbankan. Parahnya, kasus dilakukan oleh para hacker yang tidak berada di Indonesia, melainkan luar negeri.
Bahkan, masa yang telah lewat pernah menghadapkan Indonesia pada aksi penyadapan, mata-mata, hingga isu perang siber. April 2013, Wakil Kepala Kepolisian RI, Komjen Nanan Sukarna mengatakan bahwa aksi peretasan di dunia maya bisa sangat membahayakan.
Sebab, ujar Nanan, jika yang diretas adalah perbankan, akan membahayakan perekonomian negara. Bahkan, kecanggihan teknologi saat ini telah mampu menghubungkan komputer dengan mesin-mesin perang yang bisa diretas dan dikendalikan sesuai dengan keinginan para hacker yang tidak bertanggung jawab.
Akhir tahun lalu, perusahaan monitoring internet Akamai menemukan fakta bahwa kejahatan internet di Indonesia meningkat dua kali lipat. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi pertama negara berpotensi menjadi target hacker, menggantikan Tiongkok.
Dari 175 negara yang diinvestigasi, Indonesia berkontribusi sebanyak 38 persen dari total sasaran trafik hacking di internet. Angka ini meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan internet di Indonesia. Namun, menurut David Belson dari Akamai Research, kecepatan internet tidak memiliki hubungan dengan potensi besar kejahatan internet yang mengancam Indonesia. “Aksi hacking lebih dikarenakan lemahnya sistem keamanan internet dan komputer di Indonesia,” ujar Belson kala itu.
Amerika Pun Takut Hacker
Ketakutan terhadap aksi hacker tidak hanya menjangkiti satu negara. Data terbaru dari Unysis lewat Annual Security Index menunjukkan aksi hacker yang meretas data kartu kredit dan informasi nasabah keuangan merupakan hal yang paling ditakuti oleh warga Amerika ketimbang aksi terorisme.
Lebih dari 1.000 orang dilibatkan dalam survei ini dan sebanyak 500 orang sangat mengkhawatirkan data keuangan mereka jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Angka ini meningkat dua kali lipat dibanding survei yang dilakukan tahun lalu.
Heartbleed Bug, virus Blackshades, peretasan sistem informasi eBay, dan lainnya merupakan tiga di antara banyaknya kasus hacking yang menghantui warga Amerika.
Akamai research menunjukkan bahwa aksi pencurian data kartu kredit nasabah atau penyalahgunaannya menjadi kekhawatiran sekitar 59 persen dari 1.000 responden, sedangkan aksi pencurian identitas pribadi cukup mengkhawatirkan sekitar 57 persen responden. Untuk urusan terorisme dan perang, hanya 47 persen responden yang merasa takut.
Jika data Akamai benar, AS yang memiliki teknologi jauh lebih mumpuni dibanding Indonesia dengan Silicon Valley-nya, tempat lahirnya Google, Microsoft, Yahoo, Apple, dan sederet perusahaan teknologi terkenal lainnya, ternyata memiliki kekhawatiran yang cukup besar terhadap aksi hacker.
Berujung Perang Siber
Yang dikatakan Komjen Nanan Sukarna saat itu ada benarnya. Hacker bisa melakukan apa pun dengan meretas komputer dan sistem informasi yang ditargetkan. Kelemahan sistem informasi dan keamanan internet perbankan di Indonesia maupun pemerintah memang menjadi PR tersendiri.
Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, mengungkapkan, semakin canggih produk-produk TI perbankan, semakin besar keamanan yang harus menjadi perhatian bank.
"Karena itu, bagaimana menyeimbangkan antara memberikan pelayanan dan keamanan. Apalagi pelaku kejahatan selalu mempelajari kelemahan sebuah sistem TI, dan mereka bergilir untuk memanfaatkannya. Itu tantangannya," ujar Sigit.
Data Bank Indonesia menunjukkan, tingkat kejahatan perbankan (fraud) cukup tinggi. Dua tahun lalu saja, lebih 1.000 kasus fraud yang dilaporkan dengan nilai kerugian mencapai miliaran rupiah. Jenis fraud paling banyak adalah pencurian identitas dan card not present (tanpa menggunakan kartu). Jika berlanjut, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia akan goncang.
Apalagi keahlian para hacker tidak hanya terbatas pada meretas sistem keamanan perbankan, tapi juga sistem komputer pemerintah, mengambil informasi penting negara, memata-matai kebijakan pemerintah. Bahkan, yang paling menyeramkan adalah meretas komputer pertahanan suatu negara yang memiliki senjata penghancur massal dan mengadu domba antar negara, sehingga menyebabkan perang siber maupun perang di dunia nyata.
Untungnya, menurut penjelasan hacker Indonesia, Jim Geovedi dalam situsnya, belum pernah ada negara yang secara resmi mengumumkan perang siber. Menurut dia, jika mengikuti teori yang benar, ada beberapa hal yang harus ada dalam perang siber. Perang siber akan memakan korban, harus memiliki tujuan, dan bersifat politik.
“Perang siber akan menimbulkan korban jiwa. Dalam hal ini serangan terhadap sistem komputer yang sangat berbahaya dan menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Jika hanya menimbulkan kerugian material, sebuah aksi ekonomi pun bisa menimbulkan kerugian dalam jumlah besar. Oleh karena itu kerugian material belum bisa menjadi indikasi terjadinya sebuah perang siber,” tulis Jim Geovedi.
Pertahanan Indonesia
Dalam presentasi Vice Excecutive Chairman Dewan TIK Nasional (Detiknas), Prof. Zainal Hasibuan yang bertajuk Indonesia National Cyber Security Strategy: Security and Sovereignty in Indonesia Cyberspace, dikenali tiga dimensi yang merupakan bagian dari ancaman siber, yaitu virus komputer, worm, dan hacking.
Ancaman ini, menurut Profesor Zainal, berpotensi menghancurkan ekonomi dan membuat keamanan negara menjadi tidak stabil. Dipaparkannya, data dari Kementerian Kominfo pada April 2013 menunjukkan, selama 3 tahun terakhir, setidaknya ada 3,9 juta serangan mengarah ke siber Indonesia. Bahkan pada Januari hingga Oktober 2012, data ID-SIRTII mengungkapkan, website pemerintahan tergolong sebagai sasaran paling empuk.
Dijelaskan Profesor Zainal, setidaknya ada 8 tantangan dan halangan bagi keamanan siber nasional.
Pertama adalah tidak teritegrasinya visi keamanan siber. Selain itu, undang-undang dan aturan siber yang tidak lengkap, kurang sinerginya pemerintah dan organisasi keamanan siber nasional, dan lemahnya koordinasi antarlembaga.
Selanjutnya, tidak adanya standar dan mekanisme perlindungan infrastruktur ICT yang penting, tidak terintegrasinya aplikasi, data dan infrastruktur keamanan informasi, kuantitas dan kualitas SDM yang terbatas, dan kurangnya kesadaran akan keamanan informasi.
Untuk bertahan dari kemungkinan serangan-serangan siber, Indonesia telah bersiap dengan mendirikan beberapa organisasi pertahanan dunia maya dan membuat aturan hukum yang jelas terkait kejahatan dunia maya. ID-SIRTII salah satunya.
Lahir pada 2007 melalui Peraturan Menteri Kominfo No.26/PER/M.Kominfo/5/2007. ID-SIRTII, yang merupakan kepanjangan dari Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure. Organisasi ini merupakan benteng pertahanan Indonesia terhadap serangan dunia maya.
Tugasnya adalah memonitor dan mendeteksi ancaman jaringan internet di Indonesia, mengamankan data center Indonesia, berperan sebagai digital forensik untuk kepentingan hukum, penolong masyarakat terkait insiden internet yang siap siaga, edukator dan konsultan untuk simulasi dan sosialisasi untuk menghindari masyarakat dari kejahatan internet.
ID-SIRTII bisa dibilang sebagai benteng pertahanan pertama yang sifatnya nasional. Sementara itu, untuk perusahaan dan instansi harusnya memiliki benteng pertahanan sendiri.
Di negara luar, benteng pertahanan yang dimiliki masing-masing instansi/perusahaan bernama C-SIRT  (Computer Security Incident Response Team) dan CERT (Computer Emergency Response Team). Fungsinya hampir sama, menangani keamanan data sebuah lembaga yang lingkupnya lebih kecil dari ID-SIRTII. Selain itu juga ada GovCERT dan ID-CERT.
Sayangnya, ditulis Profesor Zainal, baik ID-SIRTII, GovCERT dan ID-CERT hanya bertindak mengurusi operasional dan teknis tanpa taktik dan strategi. Seperti halnya negara lain seperti Australia atau Inggris yang memiliki Office of Cyber Security (OCS) untuk urusan strategi dan Cyber Security Operations Center untuk level  taktik.
“Oleh karena itu perlu dibentuk juga National Cyber Security atau Organization of Indonesia National Cyber Security (I-NCS) di Indonesia,” tulis Prof. Zainal.
Kembali pada pertanyaan, jika Amerika sebagai negara adidaya saja takut dengan keberadaan hacker, bukankah Indonesia seharusnya merasa lebih takut dan bersiap diri menghadapi kemungkinan yang terburuk akibat tingkah hacker?

Saturday, 10 May 2014

Bumi Dalam Intaian Meteor. Sejak tahun 2000 hingga 2013, ada 26 asteroid yang masuk ke Bumi.

Meteor terlihat di atas langit Chelyabinsk, Ural, RusiaBulan ini penduduk Bumi akan disajikan pemandangan menakjubkan di langit. Ratusan hingga ribuan cahaya akan berkelebatan di angkasa. Jika dilihat malam hari akan lebih indah, seperti neon yang berjatuhan dari langit--hujan Meteor.

Menurut ahli NASA, hujan benda langit ini diperkirakan terjadi pada 23 dan 24 Mei 2014. Sebelumnya, peristiwa ini terjadi pada 2004 lalu berdasarkan pemantauan Lincoln Near-Earth Asteroid Research yang menamainya Komet 209P/LINEAR.

Asteroid ini mengorbit Matahari setiap lima tahun, bahkan lebih. Tahun ini, posisi asteroid tersebut tepat pada orbit Bumi dan alirannya diposisikan tepat untuk pertemuan antarplanet. Jika prediksi ini benar, bersiaplah menyaksikan langit yang bermandi cahaya komet yang mengandung es, batu, dan debu saat bertabrakan dengan atmosfer Bumi.

"Ini akan menjadi pemandangan yang mengesankan sepanjang malam," kata Bill Cooke, kepala Dinas Lingkungan NASA, sambil mengatakan bahwa hujan meteor ini akan menjadi yang terbaik pada 2014.

Fenomena hujan meteor di Bumi memang memanjakan mata. Namun, apakah hal yang sama akan terjadi jika meteor yang jatuh ke bumi seukuran bus? Sebab, Bumi kian hari kian rentan dihantam meteor ukuran besar.

Seperti diungkap peneliti di Laboratorium Propulsi Jet NASA, di California, Bumi berpotensi kedatangan tamu tak diundang--sebuah asteroid dengan lebar 7,6 meter. Ditemukan pada April lalu oleh astronom dan tim Mount Lemmon Survey, jarak asteroid itu ke Bumi yaitu 299.388 kilometer, lebih dekat dari jarak Bumi ke Bulan.

Walaupun menurut peneliti asteroid ini kecil kemungkinannya masuk ke Bumi, namun tetap harus diwaspadai. Sebab, berdasarkan studi terbaru B612, lembaga bentukan para astronom dan mantan astronot, Bumi telah dihantam asteroid setidaknya sekali dalam enam bulan. Sejak tahun 2000 hingga 2013, ada 26 asteroid yang masuk ke Bumi.

Asteroid-asteroid ini juga memiliki energi yang besar. Perhitungannya antara satu hingga 600 kiloton. Sebagai perbandingan, ledakan nuklir yang meratakan Hiroshima tahun 1945 "hanya" memiliki energi 15 kiloton.

Dr. Ed Lu, mantan astronot NASA dan pendiri B612 Foundation mengatakan bahwa asteroid sebesar 40 meter yang jatuh ke Bumi bisa meluluhlantakkan sebuah kota. Apalagi dengan kecepatan fantastis. Setelah menembus atmosfir, asteroid bisa melesat 50 hingga 100 Mach. Satu Mach sama dengan 1.225 kilometer per jam.

Beruntung kita punya atmosfir sebagai pelindung pertama dari asteroid. Lapisan atmosfir akan membakar benda yang melintasinya, asal lebih kecil dari 82 kaki dan 70 persen permukaannya adalah air. Jadi, kemungkinan asteroid menghantam permukaan bumi adalah 70 per 30.
Selain itu, kemungkinan asteroid menghantam permukiman warga juga cukup kecil. Sebab, hanya 28 persen daratan yang ada di Bumi, sisanya lautan, dan hanya satu persen yang dihuni manusia.

Namun, yang mengancam manusia bukan saja hantaman langsung meteor. Lu mengatakan, yang paling merusak adalah ledakan saat meteor terbakar asteroid dan efek setelahnya. Inilah yang terjadi di Chelyabinsk, Rusia, 15 Februari 2013 lalu.

Saat itu, meteor meledak di udara. Cahaya ledakan yang menyilaukan tertangkap kamera. Kecepatan meteor saat memasuki atmosfir saat itu adalah 57.600 km/jam. Meteor meledak sekitar 30 km di atas tanah.

Sebanyak 7.200 rumah di enam kota dengan radius 49 kilometer rusak, 1.500 orang terluka. Lu mengatakan bahwa meteor yang meledak di Chelyabinsk energinya 600 kiloton, 30 kali lipat dari ledakan nuklir Hiroshima. Tapi untungnya, meteor meledak di udara dan memperkecil kerusakan.

"Gelombang kejutnya yang membunuh dan merusak. Jadi, kebanyakan meteor sangat kecil dan berada di ketinggian sehingga tidak membuat kerusakan di permukaan. Tidak seperti yang terjadi di Chelyabinsk," kata Lu.

Meteor di Chelyabinsk tahun lalu adalah benda langit terbesar yang menembus atmosfir bumi sejak tahun 1908 di Tunguska. Saat itu, meteor meledak di atas Siberia, mencabut 80 juta pohon dari akarnya di radius lebih dari 830 mil persegi.

Sedikitnya, peluang meteor masuk ke atmosfir Bumi tidak berarti kita bisa santai-santai. Lu mengatakan, ada lebih dari satu juta asteroid berbahaya berpotensi mengancam Bumi, 10.000 di antaranya telah diidentifikasi.

Jangan sampai peristiwa 65 juta tahun lalu kembali terjadi di Bumi. Saat itu, disinyalir ada meteor berdiameter 9600 meter yang menghantam Bumi. Dampaknya luar biasa, iklim berubah dan dinosaurus punah.

Teleskop Sentinel
Untuk itu, diperlukan langkah pencegahan, yaitu identifikasi meteor berbahaya di angkasa. B612 sendiri telah mulai insiatif untuk menemukan asteroid berbahaya yang berpotensi mencelakakan Bumi. Salah satunya adalah dengan menempatkan teleskop Sentinel di jarak 274 juta kilometer dari Bumi, dekat Venus tepatnya.

Teleskop dengan infra merah ini rencananya akan diluncurkan 2018 mendatang. Di bulan pertama operasinya, Sentinel diharapkan bisa melacak dan mendeteksi 20 ribu asteroid dekat Bumi. Jika berhasil, teknologi ini akan melampaui seluruh pencapaian teleskop canggih lainnya dalam 30 tahun terakhir.

Sentinel mampu memprediksi mana asteroid berbahaya yang kemungkinan akan menghantam Bumi dalam waktu tahunan atau beberapa dekade ke depan.

Setelah berhasil terdeteksi, kata Lu, maka Bumi harus melakukan pencegahan. Salah satunya adalah mengirim kapal luar angkasa untuk menggiring asteroid yang masih jauh itu keluar jalur, sehingga tidak menabrak Bumi.

Namun masalahnya, proyek ini tidak murah. Satelit swasta buatan B612 ini butuh dana US$250 juta (Rp2,8 triliun) untuk membuatnya, dan tambahan US$200 juta (Rp2,3 triliun) untuk mengoperasikannya. B612 tengah menggalang dana masyarakat untuk ini.

"Karena, kita tidak tahu di mana dan kapan dampak terbesar selanjutnya akan terjadi. Satu-satunya cara adalah dengan mencegah terjadinya bencana akibat asteroid sebesar kota menghantam Bumi. Dan, ini hanya masalah keberuntungan," ujar Lu.

Saking seriusnya ancaman Meteor ini, PBB membentuk tim khusus untuk memantau asteroid. Februari 2014 lalu sekelompok ahli di bidang objek dekat-Bumi (NEO) bertemu di Wina, Austria, membentuk Jaringan Peringatan Asteroid Internasional (IAWN).

Tugas IAWN ini adalah memberikan rekomendasi respon internasional jika ada ancaman asteroid terhadap Bumi. Tujuannya sama dengan B612, yaitu mendeteksi dan menjauhkan asteroid berbahaya dari Bumi. Menurut Ketua NEO Detlef Koschny, ini adalah langkah besar dalam melindungi Bumi.

Sejak 2001 lalu, PBB telah membentuk Tim Aksi untuk Objek Dekat Bumi, atau dikenal dengan nama Tim Aksi 14 (AT-14). Tim ini mengusulkan untuk membentuk Jaringan Peringatan Asteroid Internasional sebagai lembaga berbagi informasi soal serangan asteroid.

Berdoa SajaMenurut NASA, dari seluruh benda langit di angkasa, 95 persennya berukuran besar dan berada di dekat Bumi. Ukuran besar di sini berarti berdiameter satu kilometer atau lebih. "Asteroid sebesar itu, satu kilometer atau lebih, bisa menghancurkan satu peradaban," kata penasehat sains Gedung Putih, John Holdren, diberitakan Reuters, Maret lalu.

Menurut Kepala NASA, Charles Bolden, hanya 10 persen dari 10 ribu asteroid ini yang mengancam Bumi. Rata-rata, kata Bolden, asteroid yang merusak menghantam Bumi sekali dalam 1.000 tahun.

Tapi sekali lagi, hal ini tidak bisa diprediksi. Seperti halnya meteor yang meledak di Chelyabinsk yang tanpa woro-woro. Jika demikian, hanya ada satu cara yang bisa dilakukan manusia di Bumi: Berdoa.

"Dari informasi yang kami miliki, kami tidak tahu asteroid mana yang akan mengancam populasi Amerika Serikat. Tetapi, jika asteroid itu diketahui menghantam Bumi tingga minggu lagi, maka berdoalah," kata Bolden

Saturday, 3 May 2014

Menggeliatnya Gunung Berapi di Jawa

Polisi Tutup Jalur Pendakian MerapiStatus Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah ditingkatkan dari normal menjadi waspada. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi ketika dihubungi VIVAnews, Rabu 30 April 2014 mengatakan peningkatan status dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.

"Selasa, 29 April 2014 Pukul 23.50 WIB kami nyatakan status Merapi meningkat menjadi waspada," katanya.

Menurut Gatot, BPBD sudah berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Sleman agar menyampaikan informasi peningkatan status Merapi kepada masyarakat agar meningkatkan mitigasi kebencanaan. Dari sisi kebencanaan menurutnya BPBD akan mengoptimalkan semua kebutuhan. Gatot juga merekomendasikan agar jalur pendakian di Gunung Merapi untuk sementara ditutup. Selain itu, aktivitas galian atau pertambangan agar dikurangi, terutama yang jaraknya dekat dari Gunung Merapi.

"Masyarakat di sekitar Merapi juga akan segera dikondisikan mengenai status ini. Kami harap semua tetap tenang sambil tentunya tetap waspada," ujarnya.

Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo menjelaskan, meningkatnya status Merapi dikarenakan gempa low frequency (LF) yang sering terjadi. Menurutnya gempa yang terdengar berupa dentuman berkali-kali dari radius 8 kilometer mengindikasikan pergerakan fluida gas yang meningkat. Peningkatan aktivitas di Gunung Merapi saat ini disebabkan oleh aktivitas gas vulkanik yang dapat memicu terjadinya letusan minor.

"Naiknya status dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat, aparat dan pemangku kepentingan. Kami minta masyarakat tidak terpancing isu-isu mengenai status Merapi ini," katanya.

Namun menurut Subandriyo, untuk gempa saat ini berbeda dengan kondisi pada 2010 lalu. Gempa menurutnya belum mengarah ke erupsi magmatis. Subandriyo mengatakan gempa tektonik sejak Selasa, 29 April hingga Rabu, 30 April 2014 berdasarkan hasil pemantauan sementara peningkatan aktivitas Gunung Merapi lebih disebabkan oleh aktivitas gas vulkanik.

"Sampai saat ini belum ada indikasi pergerakan magma sampai ke permukaan,” katanya.

Menurut Subandriyo, saat ini gempa masih bersifat low frequency (LF), dalam catatan BPPTK sejak Selasa malam hingga Rabu siang tercatat sudah 29 kali terjadi gempat tektonik.  Sedangkan mengenai suara gemuruh yang sering terdengar, menurut Subandriyo disebabkan adanya turbulensi vulkanik yang memicu suara gemuruh hingga terdengar dalam radius 8 km.

Saat ini BPPTK juga merekomendasikan dalam suratnya bernomor 326/04/BGV.K/2014 agar jalur pendakian untuk sementara dilarang kecuali untuk penelitian.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menyiapkan 35 lokasi pengungsian jika sewaktu-waktu Gunung Merapi meletus. Kesiapan tersebut disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Yuli Setiono, Rabu 30 April 2014.

"Untuk evakuasi terakhir ada di balai desa. Kami juga siapkan 24 jam Posko Bayu induk di BPBD di kompleks Pemkab Sleman, dan posko utama Pakem yang berada di selatan Pasar Pakem,” ujarnya.

Mengenai jalur evakuasi, diakui oleh Yuli sebagian jalur yang mengalami kerusakan saat ini dalam proses pengajuan anggaran ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Semoga segera dapat direalisasikan, untuk itu juga kami meminta kepada penambang pasir agar jangan menggunakan jalur evakuasi. Kami sendiri sudah menyiapkan jalur bagi penambang pasir,” jelasnya.

Yuli mengatakan Pemkab Sleman telah menyiapkan titik kumpul di seluruh dusun jika diperlukan. Menurutnya untuk lokasi titik kumpul yang telah beralih fungsi agar dikembalikan ke fungsi semula.

“Dengan peningkatan status oleh BPPTK tadi malam, kami sudah menginformasikan kepada masyarakat yang pertama jangan panik dan tetap beraktivitas seperti biasa. Karena ketenangan adalah modal awal untuk kesiapsiagaan masyarakat saat menyelamatkan diri jika terjadi letusan,” katanya.

Yuli juga mengingatkan masyarakat Sleman untuk mengurangi aktivitas di malam hari. “Untuk kegiatan malam hari  agar dikurangi kemudian kendaraan disiapkan hal ini sebagai bentuk kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi status Gunung Merapi. Tapi sekali lagi kami imbau warga tetap tenang,” katanya.

Selain itu langkah lain yang harus dilakukan warga, sambung dia  adalah menyiapkan tas siaga. Tas siaga tersebut berisi surat berharga, obat-obatan, pakaian secukupnya dan makanan.

“Sedangkan jalur pendakian kami nyatakan tertutup bagi pendaki kecuali mitigasi bencana dan penelitian,” ungkapnya.

Gunung Slamet Dinyatakan Siaga
Selain Merapi, status Gunung Slamet di Provinsi Jawa Tengah juga telah dinaikkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) terhitung mulai Rabu 30 April 2014.

"Status dinaikkan oleh  Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi karena adanya peningkatan aktivitas sejak pukul 10.00," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Rabu 30 April 2014.

Menurut Sutopo pada Selasa, 29 April 2014 kemarin, sejak pukul 00.00 hingga 06.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) terjadi 30 kali gempa letusan. Tidak hanya itu, juga terjadi 67 kali gempa hembusan asap. Asap berwarna putih tebal kecoklatan - kelabu tebal setinggi 150 - 700 m. Selain itu juga terdengar 26 kali suara dentuman dan terlihat luncuran lava pijar mencapai 1.500 meter dari kawah.  

Secara umum intensitas dan frekuensi letusan semakin meningkat. Tubuh gunung menurut Sutopo memperlihatkan penggelembungan dari pos pengamatan di stasiun Cilik dan Buncis yang menunjukkan inflasi. Rekomendasi daerah yang harus dikosongkan dinaikkan menjadi radius 4 km dari puncak kawah. Sutopo menambahkan dilarang untuk melakukan pendakian, berkemah atau melakukan wisata hingga berada di dalam radius 4 km.  

"Masyarakat diimbau tetap tenang, jangan terpancing isu-isu menyesatkan," ujarnya.

Sutopo mengatakan belum perlu ada pengungsian karena permukiman yang ada saat ini masih berada pada zona aman. Permukiman penduduk terdekat sekitar 10 - 12 km dari puncak G. Slamet yaitu  di Desa Jurang Manggu, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

"Aktivitas masyarakat dapat berlangsung normal," jelasnya.
  
Kepala BNPB Syamsul Maarif menurut Sutopo setelah menerima laporan dari Kepala PVMBG terkait peningkatan status Siaga dan telah memerintahkan jajaran BNPB segera melakukan koordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Tengah dan BPBD lima kabupaten yang berada di sekitar Gunung Slamet yaitu Kabupaten Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga.

"Rencana kontinjensi agar segera disempurnakan, disosialisasikan dan dilatihkan kepada masyarakat. Semua potensi sumber daya di daerah agar didata dan dihitung semua kebutuhannya," ungkap Sutopo.


Geolog sekaligus pemerhati merapi dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta, Sari Bahagiarti Kusumayudha ketika dihubungi VIVAnews mengatakan peningkatan status di Gunung Slamet harus lebih diperhatikan oleh semua pihak daripada peningkatan status di Gunung Merapi.

"Slamet dari waspada menjadi siaga, Merapi dari normal menjadi waspada," ujarnya, Rabu 30 April 2014.

Sari menjelaskan peningkatan status yang terjadi di Merapi sudah menjadi siklus setiap empat atau lima tahunan. Menurutnya sangat wajar apabila Merapi yang telah cukup lama tertidur kembali bangun, menggeliat dan batuk. Namun bukan berarti siklus tersebut diabaikan. Peningkatan status menurutnya terjadi karena beberapa hal seperti peningkatan intensitas gempa, guguran lava atau hembusan asap.

"Itu semua berhasil dideteksi oleh alat-alat pemantau," katanya.

Setelah dideteksi, langkah antisipasi yang harus ditempuh adalah terus memantau peningkatan aktivitas dan melakukan sosialisasi ke masyarakat agar terhindar dari bahaya erupsi. Menurut Sari apabila Merapi kembali mengalami erupsi seperti pada tahun 2006 maupun 2010, maka erupsi yang akan terjadi belum bisa diprediksi akan seperti apa.

"Jadi harus terus menerus dipantau agar tidak kecolongan," katanya.

Sari kembali mengingatkan Slamet tidur lebih lama daripada Merapi. Selain itu tipe letusan Slamet juga lebih lemah dibandingkan Merapi. Selain karakteristik dan tipe letusan yang harus diperhatikan menurut Sari adalah kepadatan penduduk. Sari mengatakan kepadatan penduduk di Slamet jauh lebih rendah dibanding Merapi. Selain itu radius pemukiman penduduk yang tinggal di Slamet juga jauh dari radius berbahaya apabila terjadi erupsi.

Pada tahun 2010 lalu menurut Sari letusan yang terjadi di Merapi selain meledak ke atas juga ada guguran awan panas yang turun melalui lereng.

"Jadi Slamet harus diperhatikan dan Merapi juga harus terus dipantau," katanya

Tuesday, 4 February 2014

Enam Letusan Gunung Terdahsyat

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bd/Caldera_Mt_Tambora_Sumbawa_Indonesia.jpgGunung layaknya pemimpin, berdiri paling tinggi membawahi semesta yang hidup tentram di bawahnya. Bentuk piramidnya, melengkapi lanskap dengan sempurna. Saat cuaca bersahabat, gunung ramah didaki, menjajakan wahana bagi petualang.

Tiba pada satu titik, gunung mengeluarkan kepulan asap, seakan bersiap memuntahkan lahar panas mematikan. Letusan hebat pernah terjadi di Gunung Merapi, Indonesia. Dampaknya tak hanya menghampiri penduduk, tapi juga mempengaruhi iklim, mengubur peradaban yang dulu ada, serta mengacaukan perekonomian. 

Menjelajah gunung berapi di seluruh dunia, setidaknya ada enam fenomena letusan hebat yang pernah terjadi. Berikut ini ulasannya.

Gunung Thera, Yunani

Gunung ini meletus pada 1600 SM, menghancurkan kota-kota di sekitar, sekaligus memusnahkan peradaban Minoan. Ledakan hebat Zaman Perunggu itu mengirim abu vulkanik setinggi 22 mil ke atmosfer, kemudian berhembus hingga ke daratan Turki, Mesir dan Laut Hitam. Selanjutnya, rombongan abu panas terbawa arus ke Laut Aegean, menyebabkan tsunami besar dan menghancurkan wilayah pesisir pulau-pulau Yunani.

Gunung Vesuvius, Italia

Merupakan salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia, amarahnya pada tahun 79 SM, melenyapkan 3 juta populasi di dekatnya. Vesuvius telah menunjukkan tanda-tanda sebelum letusan besar, yang paling dramatis adalah gempa bumi kuat 17 tahun sebelumnya.

Dalam beberapa jam setelah letusan, kota-kota dikubur abu vulkanik, matahari terkurung hingga wilayah itu gelap gulita. Abu juga menimbun Kota Pompeii, menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja.

Gunung Tambora, Indonesia

Letusan dashyat berikutnya singgah di Indonesia. Kali ini datang dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Tahun 1815, Tambora memuntahkan magma yang mengakibatkan perubahan iklim. Volume magma sekitar 24 kilometer kubik, lalu ada beberapa juta ton sulfur dioksida yang dikeluarkan dari perutnya. 

Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter, pada endapan piroklastik. Artefak ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan pada tahun 1815. Ciri-ciri inilah yang menyebabkan temuan sering disebut sebagai Pompeii dari timur.

Gunung Krakatau, Indonesia

Masih berkutat di wilayah Indonesia, letusan berikutnya dimiliki Gunung Krakatau pada 1883. Kejadian ini menimbulkan kebisingan dan gelombang ke seluruh dunia. Letusan menciptakan awan abu setinggi 37 mil, "menutup" langit pulau Jawa dan Sumatera, serta menewaskan hingga 36.000 orang.

Ketika gunung meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Semua itu menunjukkan bahwa teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Gunung Pelee, Martinique

Gunung Pelee di Pulau Karibia, Martinique, meletus pada 1902. Telah disebut sebagai bencana gunung berapi terburuk dari abad keduapuluh. Dilansir randomhistory, lebih dari 30 ribu orang diperkirakan tewas dalam letusan itu. Aliran lava piroklastik melesat menuju pusat kota St Pierre, di bawah waktu satu menit menghancurkan segalanya dengan seketika. Namun St. Pierre telah hidup kembali, dan berkembang pesat menjadi daerah pariwisata.

Gunung Eyjafjallajökull, Islandia

Baru saja terjadi pada 2010, abu vulkaniknya membatalkan 10 ribu penerbangan yang membawa 10 juta penumpang selama beberapa minggu. Kekacauan perjalanan ini belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Eropa dan dunia. Membuat kerugian miliaran Euro, serta merosotnya perekonomian.

Monday, 3 February 2014

"Ikan Berjalan" Meksiko Hampir Punah, Ilmuwan Resah

Axolotl atau Mexican walking fishAhli biologi Meksiko mengkhawatirkan kabar lenyapnya hewan sejenis kadal air atau dikenal dengan "axolotl". Hewan unik itu menghilang dari habitat alami di beberapa danau di Meksiko City.

Dilansir CTVnews, Kamis 30 Januari 2014, axolotl yang dikenal dengan raksasa air dan ikan berjalan Meksiko itu memiliki bentuk tubuh yang unik. Axolotl memiliki ekor berlendir dan insang berbulu.

Armando Tovar Garza, ahli biologi National Autonomous University, Meksiko, memperingatkan risiko serius musnahnya spesies itu dari alam.

Sebab, tahun lalu, para peneliti telah bekerja keras untuk menyelamatkan hewan itu dari kepunahan. Tahun lalu, selama empat bulan, dia dan tim menyisir perairan dangkal dan berlumpur di wilayah Xochimilco. Namun, hasilnya nihil. Ia tak lagi menemukan spesies itu di perairan.

Memang, saat ini beberapa jenis axolotl masih terdapat di akuarium, tangki air, dan laboratorium penelitian. Tetapi, para ahli mengatakan, kondisi spesies itu tak dalam kondisi terbaik, karena risiko perkawinan dan lainnya.

Axolotl tumbuh dengan kaki panjang. Spesies ini menggunakan empat kaki untuk berjalan, sedangkan ekor tebalnya digunakan untuk berenang di saluran keruh Xoxhimilco. Axolotl memangsa serangga air, ikan kecil, dan krustasea.

Saat ini, axolotl mengalami ancaman dari semakin banyaknya pulau diubah untuk tempat kunjungan, sehingga air tempat habitatnya diserang limbah.

Mexican Academy of Sciences mengatakan, pada 1998, hewan ini masih cukup mudah ditemukan. Menurut sebuah survei pada tahun itu, ditemukan rata-rata 6.000 axolotl per kilometer persegi.

Angka itu turun menjadi 1.000 dalam ukuran yang sama hanya dalam jangka lima tahun kemudian. Bahkan, pada 2008, semakin parah dengan rata-rata 100 axolotl dalam ukuran yang sama.

Tovar Garza mengatakan, terlalu dini untuk mengatakan hewan itu telah punah dari habitat aslinya. Untuk itu, pada Februari nanti, peneliti akan memulai pencarian selama tiga bulan dengan harapan akan menemukan hewan itu kembali.

"Pencarian di semua kanal akan diulangi kembali karena kondisi tengah musim dingin, suhu lebih rendah," ujar Tovar Garza.

Ia yakin dengan kondisi itu, axolotl memasuki masa kawin.

Monday, 13 January 2014

BENARKAH YANG BERHASIL DIPOTRET NASA ADALAH GAMBARAN TANGAN TUHAN? . KOSMIK INI MUNCUL SAAT SEBUAH BINTANG MELEDAK

NASA memotret Agama dan astronomi memang kerap tumpang tindih dan tak sejalan. Namun, gambar X-ray hasil bidikan teleskop Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terbaru menyerupai 'tangan Tuhan'.
Terlepas dari penampakan 'supranaturalnya', potret yang dinamai 'tangan Tuhan' itu diproduksi dari fenomena astrofisika alam. Kosmik 'tangan Tuhan' itu muncul saat sebuah bintang meledak dan melontarkan awan besar berisi material, seperti dikutip dari laman Space.com edisi 9 Januari 2014.
Energi yang terlontar dari fenomena ini kemudian ditangkap oleh Nuclear Spectroscopic Telescope Array (NuSTAR) milik NASA yang mampu menangkap energi X-ray tinggi, sekitar 7 hingga 25 kiloelektron volt (keV). Dari awan material itu, NuSTAR menangkap citra berwarna biru.

Sementara itu, Chandra X-ray Observatory NASA menangkap citra hijau dan merah. Chandra X-ray Observatory mampu menangkap energi X-Ray rendah yang berkisar antara 0,5 hingga 2 keV.

"Sudut pandang NuSTAR yang unik--dalam energi X-ray yang tinggi-- menunjukkan pada kita obyek-obyek dan wilayah yang sudah dipelajari dengan baik, semuanya dalam pencahayaan yang baru," jelas peneliti NuSTAR, Fiona Harrison.

Dikutip dari laman NASA, gambar baru itu menunjukkan sebuah pulsar, yaitu bintang neutron yang berputar cepat dan memuntahkan energi ke ruang sekitarnya. Hal ini menciptakan sebuah struktur kompleks dan menarik, termasuk sebuah kosmik besar berbentuk tangan.
Pulsar itu kemudian dinamai PSR B1509-58 atau pendeknya B1509 yang berputar 7 kali per detik dan meniupkan angin berisi partikel selama pergolakan bintang menuju kematiannya. Peneliti menduga, Pulsar ini sudah berusia 17 ribu dan terletak sekitar 17.000 tahun cahaya.

Seiring waktu, partikel-partikel tersebut berinteraksi dengan medan magnet di sekitar mereka dan menciptakan cahaya sinar-X dalam bentuk tangan. Pulsar itu sendiri terletak di titik cahaya putih pada gambar di atas. Sementara penampakan citra merah pada bentuk jari merupakan struktur terpisah yang disebut RCW 89.

Peneliti tak yakin betul apakah lontaran material atau interaksi partikel pulsarkah yang kemudian membentuk rupa tangan itu. "Kami bahkan tidak tahu apakah bentuk tangan itu hanya ilusi optik," jelas Hongjun An dari McGill University di Montreal.
'Tangan Tuhan' ini merupakan salah satu contoh pareidolia, fenomena psikologis di mana manusia cenderung mempersepsikan bentuk yang akrab dalam gambar samar atau kabur. Pareidolia lainnya bisa berbentuk binatang atau wajah di awan, bentuk pria di bulan.

Thursday, 2 January 2014

Benda Diduga UFO Nyaris Tabrak Pesawat Airbus. Kapten pilot merunduk ketakutan ketika melihat pesawat UFO.

Kokpit pesawat AirbusKapten pilot Airbus A320 merunduk ketakutan ketika melihat pesawat UFO terbang langsung ke arah depan pesawat.

Kapten pilot dari maskapai yang tidak disebutkan namanya itu mengaku refleks merunduk ketika melihat objek terbang tak dikenal berwarna perak mengarah ke kokpit pesawat yang berada di ketinggian 34 ribu kaki.

"Ketika ia kembali melihat ke arah depan, ia melihat suatu objek yang terbang ke arah pesawat di ketinggian yang sama, sedikit di atas kaca depan pesawat," seperti ditulis dalam laporan keamanan yang diungkap Mirror, Kamis 26 Desember 2013.

Saat kejadian, pesawat tengah terbang di atas wilayah Berkshire, Inggris, sekitar 20 mil jauhnya dari bandara terdekat, Heathrow International Airport. Si kapten mengaku sempat melihat ke arah jendela kiri pesawat sebelum kejadian aneh tersebut.

"Memiliki sangat sedikit waktu untuk fokus, ia sadar bahwa pesawat berada pada jalur tabrakan dan tidak ada waktu untuk bereaksi".

Dalam laporan itu juga diungkapkan percakapan di dalam kokpit pesawat saat kejadian.

"Apakah Anda melihat itu?," tanya sang kapten pada co-pilot di sebelahnya. "Melihat apa?" jawab co-pilot kebingungan, kemudian berpikir ada kesalahan dengan pesawat mereka.

Hal ini terjadi pada Juli lalu dan baru dilaporkan pada pekan ini kepada UK Airprox Board. Menurut sang kapten, apa yang dilihat adalah objek terbang berbentuk seperti cerutu atau bola rugbi, terbuat dari logam berwarna perak.

Investigator yang menyelidiki kejadian ini, tidak menemukan jejak pesawat apapun yang berada di area tersebut pada saat itu.

Tuesday, 31 December 2013

Enam Temuan Terbesar di Antariksa Sepanjang 2013

Robot penjelajah Ada sejumlah temuan di antariksa sepanjang tahun ini. Beberapa menjadi tonggak sejarah bagi eksplorasi luar angkasa di masa mendatang dan membantu pengungkapan alam semesta di masa lalu.

Mengutip Space.com, Senin 30 Desember 2013, sepanjang tahun ini terdapat enam temuan terbesar antariksa.

Satelit Voyager 1 Capai Luar Tata Surya 

Setelah 35 tahun menjelajahi luar angkasa, satelit milik badan antariksa AS (NASA) ini berhasil mencapai batas terluas tata surya.
Voyager 1 mencapai interstellar space, sebuah ruang di antariksa yang tak mendapat pengaruh efek matahari. Ruang ini berjarak 18,76 miliar kilometer dari pusat tata surya itu.

Satelit Voyager telah melakukan beberapa kali penelitian, mulai dari mengukur medan magnet dan partikel di permukaan Matahari, sampai menghitung kepadatan partikel-partikel di beberapa tempat di ruang angkasa yang sudah dilewati oleh Voyager.

Diketahui, Satelit Voyager 1 diberangkat ke ruang angkasa pada 5 September 1977. Sedangkan kembarannya, Satelit Voyager 2 berangkatkan beberapa hari setelah Voyager 1 diluncurkan. Tugas utama dua satelit itu adalah untuk mempelajari Planet Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Partikel antariksa di Kutub Utara 

Fisikawan laboratorium IceCube yang berada di Kutub Utara menemukan nukti pertama sinar kosmisk dari luar tata surya. Ditemukan 28 partikel sub atomik (neutrino) yang diduga kuat berasal dari luar angkasa. Partikel itu bisa membantu menjelaskan asal usul alam semesta.

Tim peneliti meyakini partikel itu tertanam dalam satu kilometer kubik es kutub. Disebutkan triliunan neutrion sebenarnya melewati kita beberapa kali, yang paling banyak melewati tanah, ke inti bumi dan melayang kembali ke ruang angkasa. Temuan ini dapat membantu menjelaskan asal usul alam semesta.

Kehidupan di Mars 

Tujuh bulan setelah kendaraan penjelajah NASA Mars, Curiosity mendarat di planet merah itu, ditemukan bukti pendukung kehidupan mikroba di Mars. Pada Desember ini, tim Curiosity mengumumkan bukti adanya danau air tawar di dekat khatulistiwa Mars. Bukti pada danau yang berusia 3,7 miliar tahun silam ini bisa mendukung kehidupan dalam waktu yang lama.

Guna menperkuat bukti itu, NASA menggunakan pesawat luar angkasa, Reconnaissance Orbiter, untuk menentukan musim gelap dekat khatulistiwa planet yang mengindikasikan kehadiran air pada hari ini. Sebelumnya, tanda air hanya ditemukan pada bagian kutub planet, dan khatulistiwa dianggap benar-benar kering.

Planet kembaran Bumi 

Pada akhir Oktober lalu, peneliti menemukan planet kuar tata surya kembaran bumi, baik secara ukuran dan komposisi dan kepadatan yang sama dengan bumi.
Planet kembaran yang disebut Kepler -78b hanya 20 persen lebih luas dan 80 persen lebih besar dari bumi.

Nyatanya, saat ini peneliti antariksa telah memeprkirakan jumlah planet di luar tata surya mencapai 1000 planet, bahkan bisa lebih banyak.
Hal ini menjadi tonggak penting dalam 20 tahun pencarian planet luar tata surya. Pesawat antariksa NASA, Kepler telah menganalisa 3600 planet luar tata suryam dan hanya mengkonfirmasi 150 planet.

Kematian Komet ISON

 Ditemukan pada September 2012 lalu, orbit komet melahirkan efek yang sama mencoloknya dengan Great Comet 1680, yang terlihat pada siang hari. Komet ini terdeteksi mendekat ke matahari pada 28 November, tapi mengingat komet berlalu dalam jarak 1,1 juta kilometer dari matahari, tarikan gravitasi dan panas yang hebat dari mahatari melucuri debu dan gas komet. Kemudian komet hancur, dan hanya bisa dideteksi oleh teleskop Hubble.

Ilmuwan menetapkan inti komet lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Kemunculan komet ini membantu peneliti dalam mempelajari, meningkatkan pemahaman komposisi dan perilaku komet dalam tata surya.

Ledakan meteor Chelyabinsk

 Pada 15 Febuari 2013, meteor meledak sekitar 1500 kimometer di langit timur Chelyabinsk Rusia. Ledakan batu antariksa itu melukai ratusan orang dan bangunan rusak.

Batu meteor seukuran 17 meter itu disebutkan menghasilkan daya ledak lebih dari 470 kiloton NTN. Ledakan ini membangkitkan perhatian negara dunia terhadap ancaman batu luar angkasa di masa depan.

Beberapa mengembangkan skema penangkalan baru angkasa itu, mulai dari menempatkan pesawat luar angkasa untuk dibenturkan sampai menembak batu ruang angkasa agar keluar dari orbit bumi.

Sejarah Kehidupan Manusia Purba Pertama di Indonesia

http://warisanindonesia.com/wimedia/2011/11/visual-man-purba-sangiran.jpgCatatan dari ‘Eden In The East, The Drowned Continent’ karya Stephen OppenheimerPara ahli sejarah umumnya berpendapat bahwa Asia Tenggara adalah kawasan ‘pinggir’ dalam sejarah peradaban manusia. Dengan kata lain, peradaban Asia Tenggara bisa maju dan berkembang karena imbas-imbas migrasi, perdagangan, dan efek-efek yang disebabkan peradaban lain yang digolongkan lebih maju seperti Cina, India, Mesir, dan lainnya. Buku Eden In The East yang ditulis Oppenheimer seolah mencoba menjungkirbalikkan pendapat meinstream tersebut.
Oppenheimer mengemukakan pendapat bahwa justru peradaban-peradaban maju di dunia merupakan buah karya manusia yang pada mulanya menghuni kawasan yang kini menjadi Indonesia. Oppenheimer tidak main-main dalam mengemukakan pendapat ini. Hipotesisnya disandarkan kepada sejumlah kajian geologi, genetik, linguistik, etnografi, serta arkeologi.Gagasan diaspora manusia dari kawasan Asia Tenggara dicoba untuk direkonstruksi dari peristiwa di akhir zaman es (Last Glacial Maximum) pada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, permukaan laut berada pada ketinggian 150 meter di bawah permukaan laut di zaman sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat, masih menyatu dengan benua Asia sebagai sebuah kawasan daratan maha luas yang disebut Paparan Sunda.



Ketika perlahan-lahan suhu bumi memanas, es di kedua kutub bumi mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga timbul banjir besar. Penelitian oseanografi menunjukan bahwa di Bumi ini pernah tiga kali terjadi banjir besar pada 14.000, 11.000, dan 8.000 tahun yang lalu. Banjir yang terakhir adalah peristiwa yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut hingga setinggi 8-11 meter dari tinggi permukaan asalnya. Banjir tersebut mengakibatkan tenggelamnya sebagian besar kawasan Paparan Sunda hingga terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang kini kita kenal sebagai Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali.

Oppenheimer mengemukakan bahwa saat itu, kawasan Paparan Sunda telah dihuni oleh manusia dalam jumlah besar. Karena itulah, menurutnya, hampir semua kebudayaan dunia memiliki tradisi yang mengisahkan cerita banjir besar yang menenggelamkan sebuah daratan. Kisah-kisah semacam banjir Nabi Nuh as, olehnya dianggap sebagai salah satu bentuk transfer informasi antar generasi manusia tentang peristiwa mahadahsyat tersebut.


Menurut Oppenheimer, setelah terjadinya banjir besar tersebut, menusia mulai menyebar ke belahan bumi lainnya. Oppenheimer menyatakan bahwa hipotesisnya ini disokong oleh rekonstruksi persebaran linguistik terbaru yang dikemukakan Johanna Nichols. Nichols memang mencoba mendekonstruksi persebaran bahasa Austronesia. Sebelumnya, Robert Blust (linguis) dan Peter Bellwood (arkeolog) menyatakan bahwa persebaran bahasa-bahasa Austronesi a berasal dari daratan Asia ke Formosa (Taiwan) dan Cina Selatan (Yunnan) sebelum sampai ke Filipina, Indonesia, kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Nichols menyatakan konstruksi yang terbalik di mana bahasa-bahasa Austronesia menyebar dari Indonesia-Malaysia ke kawasan-kawasan lainnya dan menjadi induk dari bahasa-bahasa dunia lainnya.

Oppenheimer berkeyakinan bahwa penduduk Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dewasa ini adalah keturunan dari para penghuni Paparan Sunda yang tidak hijrah setelah tenggeamnya sebagian kawasan tersebut. Dengan kata lain, ia hendak mengemukakan bahwa persebaran manusia di dunia berasal dari kawasan ini.

Pendapatnya ia perkuat dengan mengemukakan analisa tentang adanya kesamaan benda-benda neolitik di Sumeria dan Asia Tenggara yang diketahui berusia 7.500 tahun. Kemudian ciri fisik pada patung-patung peninggalan zaman Sumeria yang memiliki tipikal wajah lebar (brachycepalis) ala oriental juga memperkuat hipotesis tersebut.

Oppenhimer juga yakin bahwa tokoh dalam kisah Gilgamesh yang dikisahkan sebagai satu-satunya tokoh yang selamat dari banjir besar adalah karakter yang sama dengan Nabi Nuh as dalam kitab Bible dan Qur’an yang tak lain adalah karakter yang berhasil menyelamatkan diri dari banjir besar yang menenggelamkan paparan Sunda. Legenda Babilonia tua mengisahkan pula kedatangan tujuh cendekiawan dari timur yang membawa keterampilan dan pengtahuan baru. Kisah yang sama terdapat pula di dalam India kuno di Hindukush. Varian legenda semacam ini pun ternyata tersebar di kepulauan Nusantara dan Pasifik.

Oppenheimer lebih lanjut mengemukakan bahwa kisah yang serupa dengan kisah penciptaan Adam dan Hawa serta pertikaian Kain dan Abel (Qabil dan Habil) ternyata dapat ditemukan di kawasan Asia Timur dan Kepulauan Pasifik. Misalnya orang Maori di Selandia Baru, menyebut perempuan pertama dengan nama ‘Eeve’. Kemudian di Papua Nugini, kisah yang serupa dengan Kain dan Abel ada dalam wujud Kullabop dan Manip. Tradisi-tradisi di kawasan ini juga mengemukakan bahwa manusia pertama di buat dari tanah lempung yang berwarna merah.

Atas dasar berbagai hipotesis tersebut pula, Oppenheimer meyakini bahwa Taman Eden yang disebut-sebut dalam Bible ada di Paparan Sunda. Berbicara tentang Hipotesis Oppenheimer ini, saya juga jadi teringat salah satu ayat dalam Kitab Genesis yang dengan jelasmenyebut bahwa Eden ada di Timur. Mungkinkah Taman Eden memang berlokasi di Indonesia? Dan Manusia Pertama pun ditempatkan Tuhan di Indonesia.