Ada berita gembira dari Inggris, dua pekan lalu. Di suatu media lokal, Yorkshire Post, ada foto seorang profesor ilmu penyakit kanker, Claire Lewis sedang tersenyum lebar. Ilmuwan dari Universitas Sheffield itu , bersama timnya, berhasil menemukan cara baru memberantas kanker prostat.
Tentu, temuan itu sangat penting bagi penderita penyakit itu. Kanker adalah salah satu musuh utama dunia medis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pengidap kanker pada 2008 mencapai 12,7 juta kasus. Lebih dari setengahnya berasal dari negara-negara berkembang. Pada 2005-2015 diperkirakan sekitar 84 juta orang terancam mati oleh kanker.
Itu sebabnya, riset Profesor Lewis cukup memberi harapan. Dia menyebut eksperimen itu sebagai metode terapi "Kuda Troya". Caranya, mereka memanfaatkan sel darah putih, lalu menyusupkan virus pembunuh kanker untuk memberantas tumor di dalam tubuh. Mirip strategi klasik bangsa Yunani kuno, ketika menyerang Kota Troya dengan bersembunyi di sebuah patung kuda raksasa. Musuh mengiranya sebagai barang persembahan kepada dewa.
Memang, riset ini masih diujicoba pada tikus, dan belum lagi kepada manusia. Tapi percobaan lewat tikus itu cukup sukses. Dipublikasikan di jurnal medisCancer Research, riset itu diliput banyak media massa internasional, termasukBBC. Para pakar menilainya sebagai studi menarik, walau masih butuh riset pada manusia, dan perlu analisis menyeluruh.
Dalam ujicoba pada tikus, tim peneliti memakai jurus “Kuda Troya”, dengan menyelipkan virus pembunuh kanker di dalam sistem kekebalan tubuh, yang lalu menyusup ke dalam sebuah tumor. Begitu berada di dalam tumor, puluhan ribu virus itu dilepas untuk menghabisi sel-sel yang terpapar kanker.
Dalam eksperimen ini, tim peneliti pimpinan Profesor Lewis memakai sel-sel darah putih sebagai "kuda tumpangan" bagi para virus untuk menyusup. Dengan menginjeksinya ke aliran darah pada momen yang tepat, sel-sel darah itu bisa mengantar virus penghancur sel-sel kanker jauh di dalam bagian organ yang mengalami tumor.
"Kuda troya kami itu bisa mengubah sel-sel darah putih penderita menjadi mesin-mesin kecil pembunuh tumor yang juga mencegahnya tumbuh kembali setelah akhir chemo atau radiotherapy," kata Lewis, yang juga memimpin departemen onkologi di Universitas Sheffield, seperti dikutip Yorkshire Post.
Menggunakan virus secara cepat menghancurkan tumor yang terus tumbuh adalah terobosan menarik dalam penelitian terapi kanker. Masalahnya, bagaimana memasukkan virus itu ke tumor tanpa efek membahayakan bagi penderita.
Di akhir riset selama 40 hari, semua tikus bahan percobaan "Kuda Troya" itu tetap hidup, dan tidak terlihat lagi tanda-tanda tumor. Sebagai pembanding, ada sejumlah tikus yang menerima terapi lain, justru tak mampu bertahan hidup. Kanker di tubuh mereka malah menyebar.
Dalam riset itu, seperti diberitakan Medical Daily, butuh sekitar 12 jam untuk mengetahui sukses tidaknya penyusupan. Pada saat itu, sel darah putih yang disusupi pecah, dan melepaskan 12.000 virus yang segera beraksi membunuh sel-sel kanker.
Perhatian serius
Walau masih perlu riset lebih lanjut, tim peneliti berharap terapi "Kuda Troya" itu bisa menjadi metode penyembuhan kanker yang efektif. Tentu, diharapkan tidak menimbulkan efek samping berbahaya.
Selama ini, metode terbaik terapi kanker masih lah cara chemotherapy atau radiotherapy. Kelemahannya, ia tidak hanya menghantam sel-sel kanker, namun juga berisiko merusak sel-sel lain yang sehat. Menurut Lewis, bila eksperimen “Kuda Troya” ini sukses pada manusia, ia tentu akan menjadi harapan baru bagi pasien.
"Dengan terapi ini, sel-sel darah putih dari si pasien sendiri akan bekerja dan mengalahkan kanker. Terobosan ini bisa mencegah kambuhnya lagi kanker setelah terapi reguler. Banyak pasien yang, sayangnya, meninggal karena tumbuhnya lagi tumor maupun menyebarnya kanker. Ini menjadi penemuan prestisius yang bisa berdampak bagi ribuan jiwa," ujar Lewis.
Riset ini pun menarik perhatian serius kalangan medis di Inggris. Awalnya, penelitian ini hanya dapat dana dari lembaga lokal, yaitu Yorkshire Cancer Research. Belakangan, lembaga Prostate Cancer UK juga tertarik mendukung riset tim pimpinan Profesor Lewis.
Kate Holmes dari Prostate Cancer UK, seperti dikutip Yorkshire Post, menilainya sebagai perkembangan menarik. "Ini metode inovatif,” ujarnya. Dia optimistis, bila riset ini berhasil diterapkan pada manusia, maka dia akan menjadi cara lebih baik memerangi kanker. Lewis dan timnya memang berencana menggelar ujicoba pada manusia. Ujicoba paling cepat akan dimulai awal 2013 ini.
Apalagi Inggris termasuk negara dengan warga penderita kanker dari beragam tipe. Menurut data Cancer Research UK, pada 2010 saja ada sekitar 325.000 orang di Inggris terdiagnosa kanker. "Ini sekitar 890 orang setiap hari. Setiap dua menit ada satu orang di Inggris diketahui mengidap kanker," demikian data di laman lembaga itu.
Sejak pertengahan dekade 1970an, jumlah pengidap kanker di negara itu meningkat 22 persen di kalangan pria dan 42 persen di kalangan wanita. Sebagian besar mengidap kanker payudara, paru-paru, usus besar, maupun prostat.
Rekayasa Sel
Beberapa hari setelah ilmuwan Inggris mengumumkan hasil eksperimen timnya ke jurnal ilmiah, muncul lagi temuan tak kalah mencengangkan. Para peneliti di Jepang, untuk kali pertama, mengaku telah sukses membuat sel-sel punca (stem cells) yang mampu membunuh kanker.
Menurut Daily Mail, 3 Januari 2013, terobosan itu dibuat para peneliti di RIKEN Research Centre for Allergy and Immunology di Jepang. Lewat jurnal ilmiah Cell Stem Cell, mereka mengklaim sukses menciptakan sel-sel ampu untuk kanker, yang mereka sebut Killer T cells.
Tim peneliti mengungkapkan, temuan ini memungkinkan T-cells diinjeksi ke tubuh pasien kanker untuk terapi. Sel-sel itu pada awalnya berjumlah kecil, namun bila disuntik lagi dalam jumlah banyak bisa menggenjot cepat sistem kekebalan tubuh pasien.
"Strategi ini bisa menyelesaikan masalah yang kini dihadapi oleh immunotherapy. Dia akan menjadi terobosan besar dalam terapi kanker," kata Hiroshi Kawamoto, dokter yang memimpin riset ini, seperti dikutip laman The Scotsman.
Untuk menciptakan strategi itu, tim peneliti awalnya harus memprogram kembali sel T lymphocytes yang khusus membunuh tipe kanker. Sel itu diubah menjadi tipe sel yang disebut induced pluripotent stem cells (iPS cells).
Sel-sel iPS ini lalu berkembang menjadi sel T lymphocytes spesifik kanker yang sepenuhnya aktif. Killer T cells yang berkembang dari sel iPS itu, bisa berpotensi sebagai terapi baru kanker di masa depan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan sel pembunuh T lymphocytes itu tak efisien membunuh sel-sel kanker. Soalnya, masa hidup sel itu sangat singkat, sehingga membatasi kegunaan sel-sel itu dalam terapi kanker. Itu sebabnya Kawamoto lalu memprogram ulang sel T lymphocytes spesifik dewasa dari manusia, menjadi sel-sel iPS. Mereka lalu menyelidiki bagaimana sel-sel itu berubah.
Tim peneliti lalu meneruskan ke tahap berikut, dengan memasukkan sel T lymphocytes ke tipe kanker kulit tertentu untuk diolah menjadi sel-sel iPS dengan memaparkan lymphocytes itu ke "Faktor Yamanaka" -- sekelompok unsur yang memasukkan sel-sel untuk kembali ke tahap non spesifik.
Sel-sel iPS hasil olahan itu lalu dibiarkan berkembang di dalam laboratorium, dan dikembangkan kembali menjadi sel-sel pembunuh T lymphocytes. Varian baru T cells ini ditujukan menjadi spesifik untuk tipe kanker kulit yang sama seperti lymphocytes awal.
Sel-sel itu mempertahankan reorganisasi genetis, dan membuat mereka mampu menandakan sel-sel peka atas kanker (receptor) di permukaan. Sel T lymphocytes yang baru itu juga ditunjukkan menjadi aktif, dan akan memproduksi senyawa anti tumor.
"Kami sukses mengembangkan sel-sel T antigen-spesifik dengan membuat sel-sel iPS dan mengolah mereka kembali menjadi sel-sel T yang berfungsi," kata Kawamoto. Tahap selanjutnya, menurut dia, adalah menguji apakah sel-sel T itu bisa secara selektif membunuh sel-sel tumor, dan tidak merusak sel-sel lain di tubuh.
"Bila berhasil, sel-sel ini bisa saja dimasukkan langsung kepada pasien untuk menjalani terapi. Ini bisa diwujudkan dalam waktu yang tak lama lagi," ujar Kawamoto optimistis.
Riset mengenai sel pembunuh kanker ini memang masih butuh pembuktian lebih lanjut, terutama apakah sudah bisa diujicobakan kepada manusia penderita. Namun, jerih payah tim Kawamoto itu mengundang pujian dari kolega mereka di Inggris.
"Studi itu mengundang pendekatan yang cukup menarik mengenai terapi berbasis sel, ini jarang kami dengar," kata Dusko Ilic, dokter ilmu sel punca di King's College London. "Meski pendekatan ini masih butuh verifikasi lebih lanjut, dan masih banyak yang harus dikerjakan sebelum berpikir mengenai ujicoba klinis. Data awal ini ternyata menjanjikan," lanjut Ilic, seperti yang dikutip Daily Mail.
Bagi dia, karya tahap awal itu tentu saja memberi landasan kuat untuk membangun dan memperluas pengetahuan mengenai peluang baru dalam terapi berbasis sel, dan ilmu medis.
Didukung Undang-undang
Perjuangan mencari cara ampuh memerangi kanker tak hanya di Inggris dan Jepang. Bukan pula hanya melibatkan dokter atau ahli medis. Di Amerika Serikat, pemerintah, dan para politisi di parlemen baru-baru ini mendukung penelitian terapi kanker melalui perangkat undang-undang.
Harian The Star Ledger mengungkapkan pada 3 Januari 2013, Presiden Barack Obama menandatangani undang-undang baru bernama “Recalcitrant Cancer Research Act” yang telah disetujui Kongres. Undang-undang itu diperjuangkan oleh anggota DPR dari negara bagian New Jersey, Leonard Lance, dan menjadi bagian dari paket Undang-undang Otorisasi Pertahanan Nasional tahun fiskal 2013 yang disahkan oleh Presiden.
Undang-undang ini memungkinkan adanya koordinasi penelitian kanker di tingkat para pakar, dengan memprioritaskan pada tipe kanker yang berdampak fatal. Lance pun mengungkapkan kegembiraannya, perangkat hukum itu telah sah menjadi undang-undang.
"Undang-undang 'The Recalcitrant Cancer Research Act' ini akan membantu perbaikan upaya pencegahan, diagnosis, dan perawatan atas tipe-tipe kanker yang paling mematikan. Undang-undang baru ini diharapkan membawa masa depan lebih cerah bagi para pasien kanker ganas beserta keluarganya," kata Lance dalam pernyataan resmi ke media massa AS.
Undang-undang baru ini memprioritaskan dukungan bagi penelitian kanker yang paling berbahaya, atau membawa harapan hidup paling singkat bagi penderita.