Tak banyak grup atau kelompok usaha di Indonesia yang bertahan hingga puluhan tahun. Grup Bakrie adalah salah satu kelompok usaha besar yang bertahan lama. Sudah 70 tahun grup ini bertahan dan berkembang menjadi besar di percaturan bisnis Indonesia, sejak didirikan oleh Achmad Bakrie tahun 1942 silam.
Selama kurun waktu itu, Kelompok Usaha Bakrie telah ikut andil dalam perekonomian dan pembangunan Indonesia dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi puluhan ribu orang. Usaha yang dirintis dari usaha kecil di Kalianda, Lampung, kini berkembang besar dan membuka sayap usaha di berbagai sektor, seperti perkebunan, tambang, properti, infrastruktur, industri manufaktrur, serta telekomunikasi dan multimedia.
Sebagaimana lazimnya sebuah usaha, Grup Bakrie juga tak lepas dari pasang surut. Ujian demi ujian pernah dialami grup ini. Hantaman krisis finansial yang bertubi-tubi, kejatuhan nilai saham, dan berbagai ujian berat lainnya, juga kerap menyapa.
Namun grup ini selalu berhasil melewati hal itu. Inilah yang membuat grup ini bisa bertahan lama bahkan sampai generasi ke tiga.
Pemimpin generasi ke dua Keluarga Bakrie, Aburizal Bakrie sering menyampaikan bahwa cobaan yang terberat adalah saat krisis ekonomi tahun 1997. Dia menceritakan, dirinya dan keluarganya sempat risau karena perusahaan yang dirintis ayahnya dari bawah terancam gulung tikar.
“Saat itu ujiannya sangat berat, kita jatuh, bahkan saya lebih miskin dari pengemis, karena hutang jauh lebih besar dari asset yang ada,” kata Aburizal.
Namun dia dan saudara-saudaranya tidak patah semangat dan terus berusaha bangkit. Banyak usaha yang dilakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55 persen menjadi tinggal 2,5 persen. Ia juga mencari pinjaman sana-sini, sampai pergi ke 220 bank di seluruh dunia untuk menyelesaikan masalah keuangan.
Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 Grup Bakrie bisa bangkit kembali dan hutang yang ada bisa dilunasi. Bahkan Grup Bakrie menjadi semakin maju dan lebih besar dari sebelumnya.
Ical, sapaan Aburizal, mengatakan resep sukses itu tidak lain karena ajaran ayahnya, generasi pertama, sang pendiri usaha Bakrie. “Beliau mengajarkan, yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari,” tuturnya.
Ajaran kewirausahaan di Keluarga Bakrie tidak hanya berhenti di anak-anak Achmad Bakrie saja, namun juga terus menurun dan diturunkan dari generasi ke generasi. Pemimpin Generasi ke tiga Keluarga Bakrie, Anindya Bakrie mengatakan di keluarganya selain ayah dan kakeknya, banyak role model lainnya dalam mempelajari nilai-nilai kewirausahaan.
“Selain ayah dan kakek, ada om dan tante saya. Semua memberikan kontribusi dalam menciptakan jiwa wirausaha dalam diri saya. Bekal ilmu dari mereka inilah yang kemudian membimbing saya menjalankan tugas-tugas berat yang diamanatkan kepada saya untuk meneruskan bisnis keluarga,” ujarnya.
Anin, sapaan Anindya, menceritakan saat krisis 1997 dirinya juga ikut merasakan dan mendapat pendidikan wirausaha langsung dari ayahnya. Keluarganya juga mendidiknya dengan cara memberikan perusahaan yang nyaris bangkrut untuk disehatkan dan dibuat menjadi lebih besar. Hasilnya Ratelindo menjadi Bakrie Telecom dan Lativi menjadi tvOne tak lepas dari tangan dingin Anin.
Di berbagai kesempatan, Grup Bakrie sering mendapat pujian karena bisa bertahan sampai tiga generasi. Karena umumnya di generasi ke dua, sebuah perusahaan keluarga runtuh.
Anin sendiri menyadari hal itu, karena itu, menjadi tantangan bagi dirinya dan saudara-saudaranya penerus bisnis keluarga Bakrie untuk tidah hanya menjaga perusahaan tidak surut, namun juga membuatnya menjadi lebih besar.
Selama kurun waktu itu, Kelompok Usaha Bakrie telah ikut andil dalam perekonomian dan pembangunan Indonesia dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi puluhan ribu orang. Usaha yang dirintis dari usaha kecil di Kalianda, Lampung, kini berkembang besar dan membuka sayap usaha di berbagai sektor, seperti perkebunan, tambang, properti, infrastruktur, industri manufaktrur, serta telekomunikasi dan multimedia.
Sebagaimana lazimnya sebuah usaha, Grup Bakrie juga tak lepas dari pasang surut. Ujian demi ujian pernah dialami grup ini. Hantaman krisis finansial yang bertubi-tubi, kejatuhan nilai saham, dan berbagai ujian berat lainnya, juga kerap menyapa.
Namun grup ini selalu berhasil melewati hal itu. Inilah yang membuat grup ini bisa bertahan lama bahkan sampai generasi ke tiga.
Pemimpin generasi ke dua Keluarga Bakrie, Aburizal Bakrie sering menyampaikan bahwa cobaan yang terberat adalah saat krisis ekonomi tahun 1997. Dia menceritakan, dirinya dan keluarganya sempat risau karena perusahaan yang dirintis ayahnya dari bawah terancam gulung tikar.
“Saat itu ujiannya sangat berat, kita jatuh, bahkan saya lebih miskin dari pengemis, karena hutang jauh lebih besar dari asset yang ada,” kata Aburizal.
Namun dia dan saudara-saudaranya tidak patah semangat dan terus berusaha bangkit. Banyak usaha yang dilakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55 persen menjadi tinggal 2,5 persen. Ia juga mencari pinjaman sana-sini, sampai pergi ke 220 bank di seluruh dunia untuk menyelesaikan masalah keuangan.
Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 Grup Bakrie bisa bangkit kembali dan hutang yang ada bisa dilunasi. Bahkan Grup Bakrie menjadi semakin maju dan lebih besar dari sebelumnya.
Ical, sapaan Aburizal, mengatakan resep sukses itu tidak lain karena ajaran ayahnya, generasi pertama, sang pendiri usaha Bakrie. “Beliau mengajarkan, yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari,” tuturnya.
Ajaran kewirausahaan di Keluarga Bakrie tidak hanya berhenti di anak-anak Achmad Bakrie saja, namun juga terus menurun dan diturunkan dari generasi ke generasi. Pemimpin Generasi ke tiga Keluarga Bakrie, Anindya Bakrie mengatakan di keluarganya selain ayah dan kakeknya, banyak role model lainnya dalam mempelajari nilai-nilai kewirausahaan.
“Selain ayah dan kakek, ada om dan tante saya. Semua memberikan kontribusi dalam menciptakan jiwa wirausaha dalam diri saya. Bekal ilmu dari mereka inilah yang kemudian membimbing saya menjalankan tugas-tugas berat yang diamanatkan kepada saya untuk meneruskan bisnis keluarga,” ujarnya.
Anin, sapaan Anindya, menceritakan saat krisis 1997 dirinya juga ikut merasakan dan mendapat pendidikan wirausaha langsung dari ayahnya. Keluarganya juga mendidiknya dengan cara memberikan perusahaan yang nyaris bangkrut untuk disehatkan dan dibuat menjadi lebih besar. Hasilnya Ratelindo menjadi Bakrie Telecom dan Lativi menjadi tvOne tak lepas dari tangan dingin Anin.
Di berbagai kesempatan, Grup Bakrie sering mendapat pujian karena bisa bertahan sampai tiga generasi. Karena umumnya di generasi ke dua, sebuah perusahaan keluarga runtuh.
Anin sendiri menyadari hal itu, karena itu, menjadi tantangan bagi dirinya dan saudara-saudaranya penerus bisnis keluarga Bakrie untuk tidah hanya menjaga perusahaan tidak surut, namun juga membuatnya menjadi lebih besar.
“Tidak jarang, para penerus bisnis keluarga gagal mengemban tugas berat ini. Karena itu sampai-sampaiada yang mengatakan: generasi pertama membangun, generasi kedua mengembangkan, generasi ketiga merobohkan. Sebagai generasi penerus harus bekerja kerja untuk membuktikan bahwa anggapan itu tidaklah benar,” ujarnya.
Harus Bermanfaat
Selain itu dalam meneruskan bisnis keluarga dan membesarkan Grup Bakrie, keluarga Bakrie mengaku selalu berupaya untuk tidak hanya fokus pada upaya membesarkan bisnis saja. Namun juga selalu berusaha menciptakan ekosistem yang mendukung bagi lahirnya para entrepreneur atau wirausaha baru.
“Keyakinan saya: makin banyak pengusaha, makin baik. Mereka bukan pesaing, melainkan mitra dalam mengelola potensi usaha di negeri ini,” ujar Anin.
Hal ini menurut Aburizal Bakrie, juga sesuai dengan pesan yang diamanahkan almarhum ayahnya, Achmad Bakrie. “setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie, harus bermanfaat bagi orang banyak”,” ungkapnya.
“Keyakinan saya: makin banyak pengusaha, makin baik. Mereka bukan pesaing, melainkan mitra dalam mengelola potensi usaha di negeri ini,” ujar Anin.
Hal ini menurut Aburizal Bakrie, juga sesuai dengan pesan yang diamanahkan almarhum ayahnya, Achmad Bakrie. “setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie, harus bermanfaat bagi orang banyak”,” ungkapnya.