Berita itu mengejutkan kawan dan keluarga. Sudiro Andi Wiguno meninggal dunia. Direktur Utama Dayaindo Resources Indonesia itu ditemukan tergantung di kamar rumahnya. Di Menteng Residence Pondok Ranji Ciputat, Tanggerang Selatan. Ditemukan Rabu subuh 23 Januari 2013.
Bukan hanya keluarga dan handai taulan yang berduka, tapi juga sejumlah rekan bisnis dan Keluarga Besar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Sudiro memang menjadi wakil bendahara umum di organisasi itu.
Kawan-kawannya di organisasi itu mengenal Sudiro sebagai profesional yang ulet dan pekerja keras. "Almarhum bukan tipe orang yang mudah menyerah. Dia sangat tegar," kata kawan karibnya, Ketua Umum HIPMI, Raja Sapta Oktohari, Rabu 24 Januari 2013.
Lantaran bukan tipe orang yang mudah menyerah itu, Raja Sapta Oktohari meminta agar masyarakat jangan terlalu cepat menyimpulkan soal penyebab kematian Sudiro. HIPMI, katanya, menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada kepolisian. (
Tidak Pernah Mengeluh Soal Perusahaan)
Kepolisian memang sedang menyelidiki kasus ini. Sudah beberapa orang yang diperiksa. Mereka adalah kakak korban dan Supolo, seorang pembantu di rumah Sudiro. Supolo itulah yang menemukan sang majikan tergantung di teralis kusen jendela, Rabu sekitar pukul 5 pagi. Lehernya terlilit kain selendang motif batik warna cokelat. Lidahnya menjulur. Posisi terduduk.
Melihat kondisi sang majikan, Supolo bergegas melapor kepada petugas keamanan kompleks perumahan. Petugas keamanan dengan cepat meneruskan kabar itu kepada Polsek Ciputat. Pagi itu, hari masih terang tanah. Pukul 5 lewat 15 menit. Petugas kepolisian langsung bergerak ke perumahan itu.
Sudiro adalah tipe profesional yang tekun beribadah. Saban pagi selalu salat subuh di Masjid dekat rumah. Sering pergi bersama Supolo. Rabu subuh itu Supolo curiga sebab sang majikan tidak kunjung berangkat ke Masjid. Sepulang salat, karena penasaran, Supolo melongok ke kamar Sudiro. Betapa terkejutnya dia. Sang majikan sedang tergantung. Setelah dilihat ternyata sudah tak bernyawa.
"Posisinya justru duduk di lantai dan mengantung. Kami masih selidiki dan sudah memeriksa dua saksi," kata Kapolsek Ciputat, Komisaris Polisi Alip, Kamis, 24 Januari 2013. Dua saksi itu adalah sang kakak dan Supolo.
Dari indentifikasi awal, polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Sudiro, kecuali bekas jeratan di leher. Itu adalah bekas kain yang melilit leher. Untuk sementara polisi menduga bahwa ini murni kasus bunuh diri. Motifnya masih terus diselediki. Apakah terkait masalah utang piutang atau masalah keluarga. Meski begitu, penyelidikan masih terus dilakukan dan segala kemungkinan akan ditelusuri.
Polisi, kata Alip, tidak menemukan pesan yang mungkin sengaja ditinggalkan Sudiro sebelum diduga melakukan bunuh diri itu. Polisi terus memburu sejumlah barang bukti yang bisa menguak kasus ini.
Rabu pagi itu, setelah polisi melakukan identifikasi, jasad bapak tiga anak itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati untuk di autopsi. Karena tidak ada kecurigaan, keluarga langsung memakamkan jasad Sudiro di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Rabu malam, pukul 9 lebih 20 menit.
Hingga kamis sore, kompleks perumahan tempat tinggal Sudiro itu terlihat dijaga ketat petugas keamanan. Mereka yang tidak memiliki kepentingan tidak diperbolehkan masuk. Gerbang masuk kompleks ditutup portal. Beberapa mobil yang akan masuk harus diperiksa dua petugas. Penumpang juga ditanya cukup detail. Karena dianggap tidak mendesak, beberapa kendaraan tidak diperbolehkan masuk dan terpaksa memutar haluan.
Salah seorang kerabat korban yang ditemui di sekitar kompleks Menteng Residence menginfromasikan bahwa saat ini seluruh keluarga masih sangat terpukul. Mereka tidak mau memberikan kesimpulan apapun terkait kematian Sudiro. Istri korban, lanjutnya, sungguh tidak menyangka Sudiro gantung diri dan banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai kejadian ini.
"Kami menyerahkan sepenuhnya proses hukum kasus ini kepada kepolisian. Kami hanya minta agar diusut setuntas-tuntasnya," ujar lelaki yang tidak mau disebutkan namanya itu. Keluarga, katanya, akan terus menunggu hasil penyelidikan polisi.
Memulai bisnis dari nol
Sudiro Andi Wiguno lahir di Blora, Jawa Tengah. Dia sudah yatim semenjak bayi. Ayahnya meninggal dunia sebulan setelah dia lahir. Hidup tanpa ayah itulah yang menyebabkan semenjak kecil dia terbiasa susah. Mimpi lepas dari hidup susah itulah yang memacunya merantau ke Jakarta selepas SMA.
Di Jakarta, hidupnya merangkak dari nol. Dia menjadi pencuci mobil seorang pejabat. Berbekal uang dari hasil pekerjaannya itu, dia kemudian kuliah di Yayasan Administrasi Indonesia, dan tentu saja sambil bekerja. Sudiro mengambil diploma akuntansi. Selesai kuliah kemudian bekerja sebagai trainer di lembaga pelatihan motivasi.
Menyimpan begitu banyak motivasi dan semangat, dia kemudian melaju ke perusahaan pertambangan dan energi. Dia cepat belajar. Dalam beberapa tahun dia menguasai seluk beluk bisnis pertambangan dan cekatan dalam berdagang.
Lama menggeluti bisnis batu bara, dia masuk Dayaindo tahun 2007. Ini sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan infrastuktur. Kerja kerasnya kemudian berbuah. Sudiro menjadi Direktur Utama perusahaan itu. Dayaindo itu sebelumnya bernama PT Karka Yasa Porfilia Tbk dan memiliki bisnis utama sebagai pengembang perumahan skala menengah. Menjadi pebisnis dan professional, dia kemudian bergabung dengan HIPMI.
Kawan-kawannya di organisasi itu tidak meragukan komitmen almarhum Sudiro sebagai pengusaha muda. Dalam keseharian sebagai wakil bendahara umum dia selalu menunjukkan perhatian serius bagi kemajuan organisasi."Dia teman dan sahabat baik saya. Almarhum orang yang sangat komit," kata Ketua Umum HIPMI Raja Sapta Oktohari, kepada VIVAnews di Jakarta.
Sudiro, kata Raja, adalah tipe pemimpin yang sangat memperhatikan karyawannya. Dia juga tidak pernah mengeluh soal perusahaan dan pekerjaanya. “Kalaupun ada, itu hanya persoalan biasa"