Friday, 15 April 2011

PKS: ETIKA KOALISI HARUS HARGAI HAK PRESIDEN

 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan mencermati perjanjian etika berkoalisi yang ditawarkan mereka karena perlu ada keseimbangan antara hak dewan sebagai legislatif dan presiden sebagai eksekutif.

"Ini kan antara hak prerogatif presiden dan kewajiban konstitusi partai politik yang representasinya ada di DPR. Anggota dewan memiliki kewajiban konstitusi dan presiden memiliki hak prerogatif. Dua hal ini dilindungi undang-undang," ujar Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, di kantor DPP PKS, Jakarta, Jumat malam 15 April 2011.

Karena itu, PKS tidak memandang code of conduct koalisi itu dari sudut kenyamanan atau tidak sekarang ini. Melainkan bagaimana kedudukan hak dan kewajiban dari masing-masing lembaga itu, legislatif dan eksekutif, harus seimbang sebagaimana telah diatur dalam undang-undang.

"Kami mencoba mendalaminya, dalam konstruksi hukum dan undang-undang di negara kita," kata Luthfi.

PKS memahami ada hak prerogatif presiden yang dilindungi undang-undang. Sebagaimana diketahui hak prerogratif presiden tersebut merupakan sesuatu yang mutlak dan melekat, tidak dapat dicampuri pihak lain. Artinya hak prerogratif tersebut adalah kehendak presiden, bukan atas tekanan dari siapapun.

TRADISI MENIKAH DENGAN JIN DI GUNUNG SALAK

Tradisi menikah dengan jin di Gunung Salak. Ternyata di daerah Gunung Salak sering di lakukan ritual perkawinan manusia dengan jin. Perkawinan ini dilakukan oleh orang-orang yang kepepet atau terdesak kebutuhan ekonomi. Namun menurut kabar yang lain, perkawinan manusia dengan jin ini juga kerap dilakukan untuk mendongkrak bisnis atau usaha seseorang agar lebih maju.

Menjelang Maghrib, Misteri baru tiba di rumah spiritualis yang sering mengawinkan manusia dengan jin ini. Jauh dari keramaian dan hingar bingar, rumah spiritualis itu berada di kaki gunung Salak, Cidahu, Sukabumi.




Meski jauh dari keramaian kota besar, rumah-rumah di kampung ini nampak permanen, tertata rapih dan terkesan megah untuk ukuran orang kampung. Tak hanya itu, hampir di setiap rumah terparkir sebuah mobil dan motor baru yang mensiratkan status sosial penduduk kampung ini. Sesuatu yang tak terbayangkan oleh Misteri sebelumnya.

INILAH WAJAH PELAKU BOM MASJID DI CIREBON

Pelaku Bom di Masjid Polresta Cirebon Bermuka Lonjong & Berambut Pendek
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengungkapkan ciri-ciri pelaku pengeboman bom bunuh diri di masjid Mapolresta Cirebon. Menurutnya, pria yang belum diketahui identitasnya itu berusia antara 20-24 tahun, bermuka lonjong dan berambut pendek.


"Pelaku diperkirakan berusia 20-24 tahun dengan tinggi 170 cm. Jenis bahan peledak, masih menunggu penyelidikan lebih lanjut," ujarnya di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/4/2011).


Foto wajah pelaku yang diduga melakukan bom bunuh diri itu pun sudah beredar di kalangan wartawan. Dalam posisi terlentang, wajah pemuda itu berbentuk lonjong dengan rambut pendek.

Belum ada konfirmasi dari kepolisian apakah foto yang beredar tersebut adalah pria pelaku pengeboman. Namun di foto itu terlihat jelas pola sajadah sama dengan yang ada di masjid kompleks Mapolresta. 

Bercak darah juga terlihat di tangan dan wajah pemilik alis yang cukup tebal itu. Baju pria dalam foto itu juga terkoyak di bagian dada dan lengan panjangnya. 

Dalam foto lainnya, kondisi jenazah pelaku bom bunuh diri di masjid Polresta Cirebon sungguh mengenaskan. Meski sebagian besar tubuhnya utuh, namun perut pria muda itu terluka sangat parah dan tampak hancur.

Jenazah laki-laki itu tampak terkapar di atas karpet tempat salat di masjid yang berada di lingkungan Polresta Cirebon itu. Karpet itu bermotif dengan dominasi warna merah. Di samping kirinya tergeletak sebuah peci hitam.

Pria tersebut tampak mengenakan kemeja berwarna gelap dipadu dengan celana panjang hitam. Pria ini berkulit sawo matang.

BOM CIREBON, UPAYA PECAH-BELAH MASYARAKAT

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) prihatin dan mengucapkan turut berduka cita atas peristiwa bom yang melukai para jamaah, termasuk pihak kepolisian pada sholat Jumat tadi siang (15/4).

"Kita melihat ada upaya sistematis untuk memecah belah kerukunan masyarakat," kata Wakil Sekjen PKB, Daniel Djohan , Jumat malam (15/4).

Daniel juga mengharapkan agar masyarakat waspada atas upaya adu domba ini. "Karena kalau masyarakat terpancing, akan ada kelompok-kelompok yang akan mengambil keuntungan dari peristiwa perpecahan itu," ujarnya. 

Terlepas dari itu, siapapun warga negara Indonesia harus dihargai nyawanya. 

"Kita juga berharap polisi segera mengungkap siapa dibalik peristiwa ini. Ini akan menjadi pukulan keras bagi polisi bila tidak bisa secepatnya mengungkap ini," tegasnya. 

Selain itu, masih kata Daniel, perisrtiwa ini juga semakin menegaskan keraguan atas upaya intelijen Indonesia.

"Intelijen kita lemah. Seharusnya kan intel lebih mewaspadai kejadian-kejadian serupa yang terjadi sebelumnya," imbuhnya

PELAKU PEGANG PERUT SEBELUM BOM MELEDAK DI MASJID POLRESTA CIREBON

Saat khotbah salat jumat, pelaku bom bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon juga terlihat menyender ke tembok, tidak lurus memandang mimbar. Sesaat sebelum bom meledak, pelaku terlihat memegang perutnya.

Ulah pelaku tersebut disaksikan oleh Kasat Narkoba Polresta Cirebon AKP Tri Silayanto di kantornya, Jumat (15/4/2011).

Tri saat itu masuk ke masjid, berada di saf ketiga yang sejajar dengan pelaku. Pelaku bersender di tembok, dekat pintu, sebelah selatan dalam masjid.

"Saya tidak curiga. Tetapi orang yang di dalam masjid kan semuanya melihat ke mimbar, kalau si pelaku itu posisinya miring, sepertinya dia melihat situasi. Berbeda sama yang lain yang melihat ke arah mimbar," jelas Tri.

Tri melanjutkan setelah khotbah, dan lalu imam berdoa kemudian melantunkan iqamat, saat itu orang-orang di dalam masjid itu berdiri. Lalu pelaku berdiri menuju saf kedua, yang di mana posisinya saat itu tepat di belakang Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco. 

"Saya lihat tangannya terus memegang perut kemudian meledak. Dia itu pakai jas seperti ustad-ustad. Mimik wajahnya tenang," jelasnya. 

Tri pun mendeskripsikan pelaku berusia kurang dari 25 tahun, dan wajahnya lembut.

BIN : BOM MASJID DENGAN BOM SEBELUMNYA, JARINGAN SAMA, PELAKU BEDA

Ledakan kembali terjadi, kali ini bom meledak di masjid kompleks Markas Polresta Cirebon, Jawa Barat, tepat ketika salat Jumat berlangsung. Aparat memang belum bisa memprediksi siapa pelaku dan jaringan mana yang melakukan tindakan ini.

"Jaringannya tetap itu-itu saja, yang beda pelakunya," kata Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto di Kantor Menteri Koordinator Bidang Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat 15 April 2011.

Sutanto berkaca pada pengalaman teror bom yang sebelumnya terjadi. Dia mengatakan, jaringan itu merektrut pelaku teror baru. "Karena tokoh-tokohnya dmampu mempengaruhi, sehingga muncul pelaku baru," kata mantan Kapolri ini.

Salah satu korban yang luka parah adalah Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco. Bagian punggung Heru mengalami luka akibat hempasan mur, baut, dan paku yang diduga merupakan isi materi bom berdaya ledak rendah itu.

Sebanyak 28 orang mengalami luka-luka. Sebagian besar dari mereka dirawat di RS Pelabuhan. Sedangkan Kapolresta dirawat di RS Pertamina Klayan. Saat ini, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo sudah berada di Cirebon didampingi Kapolda Jawa Barat Irjen Polisi Suparni Parto.

Pelaku bom bunuh diri itu diduga hanya satu orang. Pelaku yang mengenakan pakaian hitam-hitam itu tewas di tempat

ANSYAD MBAI: TARGET MASJID BUKAN MODUS BARU

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yakin bisa mengendus siapa pelaku bom bunuh diri di Masjid Az Dzikra di kompleks Markas Polres Kota Cirebon, Jawa Barat. Jaringan pelaku bisa ditelusuri dari rekam jejak modus operandi yang dilakukan.

"Kita harus melihat dugaan berdasarkan track record (rekam jejak)," kata Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyad Mbai, dalam keterangan pers di Kantor Menteri Koordinator Bidang Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat 15 April 2011.

Menurut Ansyad, modus operandi sejenis pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Modusnya, menyerang masjid. Ansyad melanjutkan, pada 1998-1999, Masjid Istiqlal pernah menjadi sasaran. Begitu juga pada 2000, Masjid Agung Yogyakarta juga menjadi sasaran. 

NAMA 26 KORBAN LUKA BOM CIREBON YANG DIRAWAT DI RS

 Puluhan polisi terluka akibat serangan bom bunuh diri di masjid Mapolresta Cirebon. Berikut ini nama-nama anggota kepolisian yang mengalami luka ringan sampai berat serta menjalani perawatan di rumah sakit.

1. Kapolres Cirebon Kota.
2. Kabag Sumda
3. Kasat Intelkam
4. Bripda Anton Helmi
5. Kasat Lantas
6. Kanit Propam
7. Iptu Harsita
8. Aiptu Sukirno
9. Aiptu Tata Kurniawan
10. Aiptu Yon Patriono
11. Briptu Septian
12. Briptu Devan
13. Aipda Durahim
14. Pengtu Mashuri
15. Pendatu Teten Rustendi
16. Pendatu Dedi
17. Briptu Sugiarto
18. Ipda H Mukali
19. Briptu Heri
20. Briptu Ade Kartiwa
21. Aiptu Edi Heryadi
22. Yadi phl
23. Bripda Asnawi Latif
24. Rahmat Sunyoto (Dagang)
25. Bripka Suratmoko
26. Bripka Rozak

"Untuk saat ini korban masih menjalani perawatan di RS Pelabuhan Cirebon kecuali Kapolresta di RS Pertamina. Sedangkan meninggal dunia 1 orang diduga pelaku," ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam dalam pesan singkatnya ke wartawan, Jumat (15/4/2011).

Seorang pria tak dikenal melakukan bom bunuh diri pukul 12.15 WIB, sesaat ketika Salat Jumat di masjid kompleks Polresta Cirebon dimulai. Pelaku sendiri meninggal langsung meninggal di tempat, sementara banyak yang menjadi korban adalah polisi yang hendak menunaikan ibadah salat

SYAFI'I MAARIF: PELAKU BOM HILANG AKAL SEHAT

Kecaman terus bermunculan atas teror bom di masjid Markas Polresta Cirebon, Jawa Barat saat salat Jumat, siang tadi. Aksi yang diduga teror bom bunuh diri ini dinilai keji dan melukai umat Islam.

"Saya tidak habis pikir, hanya orang yang sudah kehilangan akal sehat yang tega bertindak keji itu," kata mantan Ketua Muhammadiyah, Buya Syafi'i Maarif, di Jakarta, Jumat 15 April 2011.

Menurut Buya, ketidaktegasan pemerintah turut andil memicu semakin suburnya tindakan teror disamping masih adanya jurang pemahaman antar-institusi penegak hukum.

Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, menilai ada yang tidak beres dalam pengamanan dan pencegahan aksi teror bom. "Padahal, kejadian seperti ini sudah berulang kali," katanya dalam rilis yang diterimaVIVAnews.com.

Menurut Fajar, Cirebon bukanlah kota yang memiliki karakteristik radikal. Kota ini nyaris tidak pernah masuk dalam orbit radikalisme di Jawa Barat. "Banyak hal ganjil dalam kasus Cirebon ini jika dilihat dari sosiologi masyarakatnya. Apapun itu, pihak kepolisian harus segera mungkin mengungkap dalang kejadian itu", ungkap Fajar.

Reaksi sesaat terhadap aksi-aksi teror ini hanya akan memberikan ruang bagi munculnya aksi serupa di lain waktu. Karena itu, katanya, pemerintah dan aparat kepolisian harus belajar dari terkatung-katungnya banyak kasus kekerasan atas nama agama.

Bom yang melukai 28 orang itu meledak sekitar pukul 12.35 WIB, tepat saat salat Jumat. Para korban luka itu sudah teridentifikasi, termasuk Kapolres Cirebon, Ajun Komisari Besar Polisi (AKBP) Herukoco. Pelaku bom bunuh diri diduga tewas di dalam Masjid dengan perut yang hancur.