Monday 10 December 2012

Orang-Orang Terkaya Ini Tak Lupa Memberi

Bill Gates berbicara di Forum Ekonomi Dunia 2012 Davos.
Menjadi orang terkaya di Amerika Serikat dan dunia versi Forbes tak menjadikan mereka angkuh akan kesuksesannya. Justru apa yang diraihnya ia bagikan dengan yang lainnya karena dalam diri mereka terdapat rasa tanggung jawab untuk memberi dan berbagi.

Forbes beberapa bulan lalu tepatnya bulan September 2012 mempertemukan orang-orang terkaya Dunia dalam acara "The Forbes 400 Summit: Change The World." Seperti tampak pada gambar di bawah ini:

orang terkaya di dunia
sumber gambar: thegatesnotes.com
Orang-orang terkaya tersebut diantaranya Bill Gates, Warren Buffett, Melinda Gates, Steve Case, Leon Black, David Rubenstain, dan banyak lainnya mengemukakan tentang kesuksesan mereka, uang mereka, sudah sepantasnya sebagian diberikan bagi yang membutuhkan demi dunia yang lebih baik.

Perhatikan potongan pembicaraan mereka di bawah ini, saat moderator acara Randall Lane bertanya mengenai tanggung jawab dari seorang yang kaya dan sukses.

Randall Lane (Forbes Moderator):The big question: Do people who’ve been successful have a moral obligation to give? Is it an emotional decision–”I can do good”–or an intellectual decision–”I feel an obligation to do good”?

Poin Pertanyaanya : Apakah orang-orang sukses mempunyai tanggung jawab untuk memberi?


Berikut Jawaban Mereka:

If you get somebody to go to Africa and see the beauty and yet also get a glimpse of what happens to children, that malaria’s this awful thing, not just in terms of deaths but the number of kids who are permanently damaged, never able to learn–they’ve had either malnutrition or malaria–it really draws you in. There’s no substitute for actually going and seeing it.

Poin penting dari apa yang dibicarakan Gates adalah saat anda berkunjung ke Afrika berniat untuk melihat keindahan dunia, namun ternyata berkebalikan yang anda temukan adalah kekurangan gizi pada anak-anak, malaria, tak ada pendidikan membuat anda tersentuh dan anda tak akan mampu meninggalkan mereka atau sekedar melihatnya.

Gates adalah seorang kaya yang dermawan, ia selalu menginvestasikan dan memberikan uangnya demi kepentingan dunia yang lebih baik, seperti pendidikan di africa, india, serta investasi teknologi untuk menyelamatkan energi dunia, dan banyak lainnya. Baca tentang Bill Gates yang selalu bercerita apa yang ia lakukan dalam website resminya thegatesnotes.com.

Warren Buffett: 
It’s a fundamental premise of the Giving Pledge: It’s important for people to declare themselves. A wide spectrum of people, different ages and interests, everything else, are explaining why, to them, it’s important that they give half or more. Are all going to hit with a given reader? No. But a few will. And that’s what counts.

Buffet orang terkaya nomor dua ini mengungkapkan bahwa Memberi adalah hal yang fundamental. Karena hal tersebut sangat penting sebagai deklarasi dirinya bagi orang-orang disektiarnya.

David Rubenstein:
You can only do three things with money. You can give it to your children, you can give it to your executor to give away or you can give it away while you’re alive. And my theory is, it’s much better to give it away while you’re alive. How much can you give to your children before you completely spoil and ruin them? Very few people who inherit gigantic sums have gone on to change the world for the better. Generally the people who’ve changed the world for the better are people who made it on their own and ultimately didn’t want to just distribute wealth to somebody else. If you can give away as much money as you can while you’re alive, you’ll realize the benefits that I just mentioned, you’ll feel much better about yourself–and your children will feel much better about you.

Berikut poin penting yang bisa kita ambil dari pernyataan David:
Anda hanya dapat melakukan tiga hal dengan uang yang dimiliki. Anda dapat memberikannya kepada anak-anak Anda, Anda dapat memberikannya kepada wali Anda untuk memberikannya atau Anda bisamemberikannya saat Anda masih hidup.  

Dan teori saya adalah, itu jauh lebih baik untuk memberikannya saat Anda masih hidup. Jika anda memberikan sebanyak uang yang anda mampu saat masih hidup itu akan membuat diri kita jauh lebih baik dan anak anda pun akan merasa lebih baik tentang dirimu.

Steve Case:
And there are three different ways to give. One is to give money, write a check, which is important. Two is to give your time and really focus on the issue with passion. And three, essentially, is to give your reputation, leverage your network and try to plug people together.

Poin penting dari yang dikatakan Steve adalah:
Ada tiga cara berbeda dalam memberi. Pertama memberi dengan uang, menuliskan sejumlah cek. Kedua adalah memberikan waktu untuk benar-benar fokus dalam suatu masalah dengan semangat. Dan ketiga adalah memberikan reputasi terbaik anda, kemudian memperluas jaringan dan mengajak orang lain berjuang bersama.

Melinda Gates:
On our first trip to Africa, a few months before we were to be married in the fall of 1993, we went to see the animals, and the safari. We had a group with us. We had an amazing trip. We didn’t go to see the poverty. But you can’t but help be in Africa, see the people and say, “Well, what’s going on here?

Poin penting dari Melinda Gates:
Pada perjalanan pertama kita ke Afrika, kita tidak pergi dengan tujuan melihat kemiskinan. Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan selain memberikan pertolongan di Afrika, melihat orang-orang dan berkata "apa yang terjadi disini?

Karena itulah, saat ini Bill dan Melinda menjadi salah satu orang terpopuler di Afrika dengan kedermawanananya membantu sesama serta menginvestasikan hartanya untuk pendidikan dan makanan serta pekerjaan bagi orang-orang miskin Afrika.

Leon Black:
Much of the world that I’ve lived in the last 30 years is the world of Wall Street, of finance. The goal has been to make money. And when you deal with teachers and scientists, you’re dealing with so many brilliant young people, where money is just foreign. It doesn’t matter. I find this unbelievably refreshing to see this type of brainpower out there and the dedication.

Poin penting dari perkataan Leon adalah:
Sebagian besar dunia yang pernah saya tinggali 30 tahun terakhir ini adalah dunia Wall Street, keuangan dengan tujuan menghasilkan uang. namun ketika anda berhubungan dengan ilmuwan dan guru, anda sedang berhadapan dengan orang-orang brilian dimana uang adalah hal yang asing, dan tidak begitu penting. membuat kita kagum akan dedikasi mereka.


======================================================================

Sungguh hal yang perlu dicatat dan dicontoh apa yang mereka lakukan demi dunia yang lebih baik. Berupaya memberikan apa yang mereka miliki agar tercipta kehidupan manusia dan bumi yang jauh lebih indah dimasa depan nanti.

So guys, pesannya: belajar berbagi yuk dengan sesama... tak apa jumlahnya sedikit asal ikhlas kita bisa memberikan sedikit kebahagian dan harapan bagi mereka yang memerlukan.

4 Kasus Hukum yang Menanti Bupati Garut Aceng

Bupati Garut Aceng HM Fikri jadi berita heboh karena kasus nikah kilatnya dengan Fany Octora (18), yang membuatnya dilaporkan ke Mabes Polri. Selain itu, masih ada beberapa kasus hukum yang menanti Aceng.

1. Kasus KDRT
Aceng dan Fany memang sudah islah (damai). Namun sebelum perdamaian terjadi, Fany sempat melaporkan Aceng ke Mabes Polri atas dugaan KDRT yang dilakukan mantan suaminya. Aceng merespons dengan akan melaporkan balik Fany atas kasus pencemaran nama baik.

Namun kemudian keduanya sepakat tidak melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum. Aceng tidak akan melaporkan Fany ke Mabes Polri. "Soal laporan, itu tidak jadi. Karena kedua pihak sudah saling memaafkan," ujar Aceng usai bertemu dengan Fany di Pesantren Al Fadilah di Desa Duwung Siru, Limbangan Garut, Jawa Barat, Rabu (5/12/2012).

Senada dengan Aceng, Fany yang telah melaporkan Aceng ke Mabes Polri, tidak akan melanjutkan laporannya tersebut. Karena kedua belah pihak kini telah sepakat untuk berdamai.

"Ya, kita sudah islah. Pihak keluarga juga sudah puas. Itu (laporan) nanti tidak ada. Karena kita juga sudah puas. Kita juga sudah berdamai untuk saling memaafkan," ucap Fany.

Namun Mabes Polri belum menghentikan laporan Fany.  Walau keduanya sudah berdamai, polisi masih menunggu keterangan Fany.

"Ya sampai saat ini masih ditangani oleh teman-teman di Bareskrim Polri. Berkaitan dengan tindak lanjut laporan tersebut," jelas Kabag Penum Mabes Polri Kombes Pol Agus Irianto di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Kamis (6/12/2012).

Pihak kepolisian masih menunggu informasi dari pihak Fany, apakah bisa datang untuk diperiksa atau tidak. "Sebetulnya akan melakukan pemeriksaan, tapi apakah pemeriksaan itu terjadi dilaksanakan ataukah mungkin kegiatan lain, menunggu perkembangan dari teman-teman penyidik Bareskrim," tuturnya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan meski islah sudah terjadi antara Bupati Garut Aceng HM Fikri dan Fany Octora, namun pihaknya tetap menyerahkan hasil investigasi skandal nikah siri kilat sang bupati ke pemerintah pusat. Soal sanksi, diserahkan pada Mendagri.


2. Kasus Menikahi Anak di Bawah Umur
Aceng juga dilaporkan oleh pemerhati anak sekaligus Ketua Dewan Pembina Satgas Perlindungan Anak Seto Mulyadi ke Mabes Polri. Kak Seto melaporkan Aceng yang menikahi Fany Octora pada Juli 2012, saat Fany masih di bawah umur. Fany berusia 18 tahun pada Oktober 2012. Pernikahan Aceng dan Fany hanya berumur 4 hari saja.

"Kami sebagai masyarakat dan Satgas Perlindungan Anak melaporkan adanya pelanggaran UU Perlindungan Anak Pasal 81 yaitu barang siapa melakukan hubungan badan dengan anak di bawah 18 tahun akan terkena saksi pidana," kata Kak Seto di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (7/12/2012).

Saat ditanya mengenai sudah adanya perdamaian antara Aceng dan Fany, Kak Seto menyatakan pelanggaran itu bukanlah delik aduan. "Ini masalah lain bagaimana pun ini bukan delik aduan. Bahwa siapa pun yang melakuan hubungan badan dengan anak di bawah 18 tahun adalah pelanggaran UU Perlindungan Anak," katanya.

Kak Seto mengatakan Aceng juga melanggar pasal 80 UU Perlindungan Anak. Hal ini disebabkan Aceng mengaku sudah menduda selama 18 bulan saat menikahi Fany. "Beliau menyatakan dirinya tidak menikah dan mempunyai istri sah. Tapi mengatakan pada adik FO kalau dia sudah menduda selama 18 bulan, ini juga kami laporkan," kata dia.


3. Kasus Dugaan Penipuan
Bupati Garut Aceng HM Fikri dilaporkan Asep Rahmat Kurnia Jaya ke Polda Jabar terkait dugaan pemerasan saat pemilihan calon Wakil Bupati Garut pengganti Diky Candra yang mengundurkan diri pada 2011.

Asep melapor ke Polda Jabar pada Kamis (10/5/2012) lalu. Dalam laporan bernomor LPB/381/V/2012/Jabar itu tertera terlapor Aceng Fikri dan Chep Maher. Perkara yang diadukan Asep yakni berupa tindak pidana penipuan atau penggelapan serta pemerasan yang dilakukan dua terlapor tersebut.

Ceritanya, pada 12 April 2012 Asep datang ke rumah Aceng. Dia mengaku menyerahkan uang tunai US$ 25 ribu. Setelah sebelumnya staf Aceng yang bernama Chep meminta Rp 500 juta sebagai uang pendaftaran wakil bupati Garut . Namun pada 17 April Chep mendatangi Asep di Hotel Banyu Artha Cipanas, Garut. Chep bermaksud menyampaikan permintaan Aceng yakni meminta uang Rp 1,4 miliar yang alasannya untuk meloloskan menjadi Wakil Bupati Garut.

Asep melapor ke Polda Jabar lantara setelah dia gagal menjadi Wakil Bupati Garut, ternyata uang yang sudah dibayarkan tidak kunjung kembali. Wakil Bupati yang terpilih adalah Agus Hamdani dari PPP.

Hari ini Aceng mendatangi Polda Jabar yang memanggilnya untuk diperiksa. Polisi sudah menyiapkan 30 pertanyaan buat Aceng


4. Kasus Dugaan Korupsi
Aceng juga dibelit kasus dugaan korupsi. LSM antikorupsi Garut, Garut Governance Watch mengatakan Aceng terlibat 7 kasus korupsi di daerah yang dipimpinnya. Ketujuh kasus itu sudah dilaporkan ke Kejaksaan Negeri Garut dan KPK pada 2011 lalu. Namun dari 7 kasus baru satu kasus yang ditindaklanjuti.

Anggota komisi IX DPR Rieke Diah Pitaloka juga meminta KPK menyelidiki Bupati Aceng. Penyelidikan terkait dengan iming-iming pergi umroh serta sejumlah uang untuk membiayai renovasi rumah dan biaya kuliah kepada mantan istri sirinya Fany Octora (18).

"Yang menjadi pertanyaan besar, adalah uang tersebut milik pribadi atau uang, rakyat. Hal ini harus benar-benar diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan mudahnya Aceng memberikan dana iming-iming tersebut, namun akhirnya mencampakan Fany," ungkapnya Selasa (4/12/2012).

KPK juga mendapati bahwa Aceng belum melaporkan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) ke KPK. Aceng baru melapor sebelum menjadi Bupati pada tahun 2008 lalu.

Bupati dari jalur independen ini sebelum menjadi bupati memiliki kekayaan sebesar Rp 663.681.608. Hal itu tertuang dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Aceng ke KPK pada 3 Agustus 2008. Ini merupakan pelaporan Aceng sebelum mengikuti pemilihan bupati dan dilantik pada 2009.

Harta Aceng sebelum menjadi bupati senilai Rp 663 juta terdiri dari harta bergerak berupa tanah dan bangunan di empat lokasi berbeda di daerah Garut senilai Rp 30 juta. Dia juga memiliki usaha dari peternakan dengan taksiran nilai Rp 120 juta.

Aceng juga tercatat memiliki area perkebunan dengan 600 pohon jati mas yang merupakan hasil sendiri dengan taksiran nilai Rp 60 juta. Aceng juga memiliki pabrik kerupuk yang mampu memproduksi 20 ribu kerupuk. Taksiran nilai pabrik itu senilai Rp 20 juta.

Aceng tercatat hanya memiliki 1 kendaraan yakni, mobil BMW keluaran tahun 1996, yang dibelinya dalam kondisi second pada 2006 dengan harga Rp 30 juta. Aceng juga tercatat memiliki harta bergerak lain senilai Rp 26,5 juta.

Agus Hamdani Bantah "Beli" Posisi Wakil Bupati Garut. Bupati Aceng dilaporkan terkait kasus jual beli posisi wakil bupati

Wakil Bupati Garut, Agus Hamdani
Kasus dugaan pemerasan dan penipuan menyeret nama Bupati, Aceng HM. Fikri. Pelapornya Asep Rahmat Kurnia, orang yang mengaku pernah dijanjikan menjadi wakil bupati pengganti Dicky Candra. Aceng dilaporkan menipu senilai U$25.000 atau Rp250 juta.

Kini Aceng sedang menjalani pemeriksaan sebagai saksi di ruang Kasubdit Kamneg, Polda Jabar. Selain Aceng, ada delapan orang yang juga diperiksa sebagai saksi.

Terkait dengan dugaan praktik jual beli jabatan itu, Wakil Bupati Garut, Agus Hamdani, sebagai orang yang terpilih menggantikan Dicky Candra, membantah ikut mengeluarkan uang untuk mengisi posisi Dicky.

"Saya tidak mengeluarkan uang untuk kepentingan meloloskan saya menjadi wakil bupati Garut ," kata Agus, setelah apel gabungan dan penyerahan penghargaann Upakarti, Senin, 10 Desember 2012.

Selain membantah mengeluarkan uang, Agus juga tak percaya kalau atasannya memeras Asep Kurnia Jaya, hingga mencapai Rp1,4 miliar untuk mendanai voting di DPRD Garut dalam pemilihan wakil bupati Garut pada Mei 2012 lalu.

"Saya tidak percaya, karena saya tidak pernah tahu dan melihat kejadian itu," katanya singkat.

Bahkan, Agus menyatakan siap dipanggil Polda Jawa Barat untuk memberikan kesaksian terkait kasus dugaan penipuan dan pemerasan itu.  "Saya siap jika saya dijadikan saksi," katanya.

Agus Hamdani terpilih menjadi wakil bupati Garut dalam rapat paripurna DPRD Garut pada sidang II tahun 2012 yang digelar pada 10 Mei 2012 lalu. Ia menang setelah mengalahkan Usep Zaenal Arifin, sebagai kandidat lain. Perolehan suara Agus Hamdani 42 suara dan Usep Zaenal Arifin memperoleh 6 suara dari 50 anggota DPRD Garut. Dua suara abstain.

Berbarengan dengan terpilihnya Agus Hamdani selaku wakil bupati Garut, Asep Kurnia Jaya melaporkan ke Polda Jawa Barat melalui surat LPB/381/V/2012. Tuduhannya adalah penipuan dan pemerasan dengan melaporkan Aceng Fikri dan Chep Maher.

Diakui Asep Kurnia, pada 12 April 2012, dirinya menyerahkan uang tunai US$ 25 ribu, atas permintaan tim sukses Asep Kurnia (Chep Maher) yang juga orang dekat Aceng Fikri. Dana itu sebagai uang pendaftaran wakil bupati.

Lima hari kemudian, pada 17 April 2012, Chep Maher kembali bertemu dengan Asep Kurnia Jaya dan menyampaikan permintaan bupati Garut, Aceng Fikri, agar menyerahkan Rp 1,4 miliar untuk meloloskan Asep menjadi wakil bupati Garut.

Gagalnya Asep masuk menjadi dua orang kandidat wakil bupati Garut untuk dipilih DPRD, membuat Asep kecewa. Ia meminta kembali uang US$ 25 ribu yang sudah disetorkan. Namun, karena permintaan tersebut tak dipenuhi Aceng Fikri, maka Asep melaporkan kasus tersebut kepada Polda Jawa Barat.

“Soal Prabowo, Kami Tidak Tendensius” Mahfud MD urutan paling tinggi dari survei opinion leader

Saiful Mujani
Survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) sempat menjadi perbincangan hangat di jagad politik nasional, pekan lalu. LSI menjaring suara 223opinion leader (pemuka pendapat) dari berbagai latar belakang, dan menanyakan calon presiden pilihan mereka untuk 2014 nanti.

Temuan menariknya. Prof. Dr. Mahfud MD, misalnya, mendapatkan skor tertinggi, dari sekian nama tokoh nasional. Ada pula nama Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Hidayat Nur Wahid, dan Agus Martowardojo. Nama Prabowo Subianto, yang sedang diusung Partai Gerindra,  masuk di deretan bawah. Para responden itu ditanya dari soal korupsi, kemampuan memimpin, sampai ke isu pelanggaran HAM.

Survei opinion leader ini memang unik. Responden adalah para tokoh yang kerap tampil mengemukakan pendapat. Mereka dinilai mengetahui lebih banyak informasi ketimbang masyarakat umum. Berjumlah 223 orang, para responden terdiri dari wartawan, pemimpin bisnis, tokoh LSM dan organisasi kemasyarakatan, dosen, pengacara, dan lainnya.

Lalu, mengapa sejumlah tokoh justru tak masuk hitungan para opinion leaders? Peneliti Utama LSI Dr Saiful Mujani menjawab pertanyaan Arfi Bambani dariVIVAnews dalam sebuah wawancara pekan lalu. Berikut petikannya:

Survei opinion leaders ini menyiratkan kesenjangan persepsi antara masyarakat secara umum dengan tokoh-tokoh masyarakat (opinion leader). Apakah ini fenomena umum atau khusus pada waktu tertentu seperti sekarang saja?
Pada dasarnya gap itu situasional.  Sepanjang ada kesenjangan informasi politik atau kesenjangan dalam memanipulasi informasi politik di masyarakat maka gap itu akan terjadi. Sepanjang ada monopoli informasi tentang tokoh-tokoh nasional maka gap itu akan muncul. Sebaliknya, bila kesenjangan atau manipulasi informasi politik itu dapat ditekan maka gap antara sikap dan pilihan politik kelompok masyarakat yang lebih mengerti seperti opinion leaderdan masyarakat pada umumnya akan menjadi kecil atau bahkan tidak akan muncul.

Informasi politik di masyarakat, khususnya tentang partai dan tokoh-tokoh nasional yang terkait dengan calon presiden, sejauh ini lebih banyak unsur manipulasinya dibanding informasinya. Misalnya dalam bentuk iklan. Mengapa manipulasi karena “informasi” itu diciptakan sedemikian agar partai atau tokoh tertentu muncul dan yang lain hilang. Atau informasi itu diciptakan oleh orang yang punya uang dan yang tertarik politik. Tokoh-tokoh partai yang populer itu kan umumnya muncul karena iklan atau mobilisasi atau karena pernah menjadi pejabat publik nasional. Ini sumber kemacetan politik karena masyarakat luas hanya tahu tokoh yang pernah menjadi presiden atau wakil presiden, atau yang pernah menjadi calon presiden. Kalau ini yang terjadi maka kemandegan politik tak bisa dihindarkan. Tokoh nasional dikenal luas bisa juga karena iklan, mobilisasi, dan akibatnya hanya tokoh yang mampu bayar iklan dan membayar mobilisasi yang dikenal publik nasional meskipun tokoh itu sebenarnya tidak berkualitas. Ini sumber masalah mengapa politik kita menjadi mahal karena orang tidak berkualitas dipaksakan agar didukung rakyat.

Gap antara penilaian opinion leader dan massa nasional itu tidak akan terjadi bila iklan atau mobilisasi itu dilakukan untuk seorang tokoh atau pemimpin partai yang memang kualitasnya bagus. Gap itu terjadi karena mobilisasi dan rekayasa informasi dilakukan untuk seorang tokoh atau calon presiden yang tidak bagus. Ada pemaksaan di situ. Akibatnya politik menjadi mahal. Coba kalau partai atau siapapun mendukung tokoh yang berkualitas pasti ongkos untuk sosialisasinya dapat ditekan dan politik jadi lebih murah, dan ujungnya tekanan untuk korupsi menjadi rendah karena modal yang dikeluarkan untuk sosialisasi untuk menjadi presiden tidak banyak.

Kalau calonnya memang berkualitas, membanggakan, saya yakin banyak rakyat akan membantu mensosialisasikan tanpa harus dibayar. Orang-orang yang punya uang akan banyak yang bantu secara sukarela. Akan ada iuran politik massa. Akan ada partisipasi dalam bentuk uang recehan. Itu yang terjadi pada Obama misalnya. Obama tidak kaya, tapi dana untuk sosialisasinya paling banyak, lebih banyak dari Romney misalnya, karena sumbangan sukarela dari warga. Warga menjadi lebih mau berpartisipasi karena sosok Obama yang dinilai bagus. Kita bisa meniru dari pengalaman Obama yang positif itu. Mengapa tidak.

Temuan menarik dari survei-survei LSI adalah, baik opinion leader dan masyarakat umum, sebenarnya menginginkan kualitas yang sama dari seorang tokoh, namun mereka memiliki aspirasi tokoh yang berbeda? Apa yang terjadi?
Betul. Saya ingin tekankan di sini, bahwa opinion leader maupun massa pemilih nasional menilai integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas sebagai kriteria sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang presiden. Pengamat bergelar doktor, jendral, pengusaha nasional, ataupun pemimpin redaksi media massa sama dengan rakyat secara nasional menilai bahwa jujur atau amanah, tidak pernah melanggar hukum atau moral atau etik, tidak pernah melanggar hak-hak asasi manusia berat seperti menculik aktivis politik ketika ia berada dalam kekuasaan, adalah syarat-syarat minimal yang harus dimiliki seorang presiden. Kriteria ini bukan dibuat sembarang oleh kami di LSI, tapi kriteria yang biasa digunakan dalam studi perilaku memilih di mana-mana di dunia. Apakah kriteria itu valid secara empiris? Sangat valid karena hampir semua rakyat Indonesia menilai kriteria itu sangat penting bagi seorang presiden. Saya bangga ternyata rakyat punya norma yang bagus untuk politik.

Tidak ada yang tendensius dalam kriteria ini sebagaimana dituduhkan petinggi Partai Gerindra. Itu kriteria umum dan dasar, dan valid secara empiris. Kalau kita tidak menggunakan kriteria itu justeru kami jadi tendensius, ada apa?

Saya menilai justeru petinggi Gerindra itu yang tendensius. Mereka memaksakan agar bersih dari tindakan kriminal dan pelanggaran HAM berat hilang dari kriteria agar Prabowo tidak dipersoalkan dalam pencapresannya karena dia punya track record buruk dalam masalah HAM ketika ia menjadi bagian elite Orde Baru Suharto dulu. Mengapa sih harus memaksakan Prabowo seperti tidak ada lagi orang di negeri ini?

Apakah memang nyawa orang itu tidak penting? Tidak ada gunanya kesejahteraan, kemajuan ekonomi, atau apapun yang kita upayakan kalau tidak ada nyawa manusia. Bagaimana mungkin Prabowo bicara tentang kesejahteraan rakyat, kesejahteraan petani, padahal menghargai nyawa saja tidak?

Orang mungkin bertanya apa betul Prabowo terlibat penculikan? Prabowo sendiri mengakui dia bertanggung jawab atas penculikan itu. Dewan kehormatan ABRI juga memberhentikan atau mempercepat pensiun Letnan Jendral Prabowo dari seharusnya karena dia dinilai bertanggung jawab atas penculikan aktivis mahasiswa itu. Itu fakta sejarah. Masa presiden kita, yang hanya satu itu, cacat track-record?

Mengapa Prabowo lebih dipilih rakyat ketimbang Machfud atau Djoko Suyanto misalnya karena rakyat pada umumnya tidak tahu track-record Prabowo itu, sedangkan opinion leader tahu track-record itu sehingga tidak memilihnya. Di samping itu, Prabowo sudah beriklan di mana-mana, sudah melakukan mobilisasi opini, sudah pernah menjadi calon wakil presiden pada 2009 sehingga rakyat familiar dengan dia dan karena itu dia punya kesempatan untuk dipilih oleh rakyat yang umumnya tidak tahu track-record itu.

Sementara Machfud misalnya, tidak pernah beriklan secara massif, tidak pernah menjadi calon wakil presiden, tidak pernah melakukan mobilisasi, dan karena itu sangat sedikit dari rakyat yang tahu dia. Bagaimana rakyat bisa memilih orang sementara aware saja dengan orang itu tidak.

Sementara itu opinion leader tahu Prabowo dan juga tahu Machfud, dan ternyata  mereka memilih Machfud bukan Prabowo karena Machfud dinilai lebih berkualitas dibanding Prabowo. Karena itu bila rakyat tahu baik Machfud maupun Prabowo atau Aburizal misalnya, maka dalam situasi seperti itu Machfud akan memenangkan pilpres 2014.
Tantangan bagi Machfud, dan tokoh-tokoh lain, yang dinilai berkualitas oleh orang yang tahu atau opinion leader, seperti Dahlan, Sri Mulyani, Djoko Suyanto, Endiartono Sutarto, adalah membantu rakyat nasional tahu tokoh-tokoh ini, bahwa mereka bagus dan pantas menjadi presiden. Rakyat punya hak tahu siapa tokoh-tokoh berkualitas untuk presiden. Tugas siapa ini? Tugas KPU, tugas partai, dan mungkin tugas siapa saja yang peduli dengan bangsa ini.

Sejumlah nama yang terpuruk di survei opinion leader ini diketahui memiliki elektabilitas tinggi dalam survei umum, lalu LSI menyatakan ada problem "kualitas" sehingga tak dilirik para opinion leader, jangan-jangan rakyat umum memang tak butuh "kualitas" itu?

Tidak butuh kualitas tidak sama dengan tidak tahu kualitas. Dalam survei nasional, seperti telah disinggung di atas, rakyat sangat membutuhkan pemimpin yang bersih dari korupsi dan dari cacat hukum dan etik atau moral, yang amanah, yang tegas, yang pluralis. Itu jelas. Masalahnya, rakyat nasional karena tidak mendapat informasi merata tentang tokoh-tokoh nasional itu, tidak tahu mana tokoh yang berkualitas dan mana tokoh yang tidak berkualitas. Dalam situasi seperti itu, babi pun, kata orang Islam, halal di makan. Kalau orang Islam tahu ada ayam pasti dia tidak akan makan babi. Kalau rakyat tahu ada tokoh lain yang berkualitas pasti dia tidak akan memilih tokoh yang tidak berkualitas.

Apakah problem kesenjangan ini karena penetrasi informasi yang berbeda? Jika iya, apakah ini problem di media massa?
Seperti sudah saya jelaskan di atas bahwa sekarang ada kesenjangan dan manipulasi dan monopoli informasi politik. Manipulasi dan monopoli itu terutama dalam iklan dan atribut-atribut politik. Dalam demokrasi itu sah saja, tapi demokrasi kita akan buruk dan pada akhirnya rakyat tidak akan percaya pada demokrasi karena ternyata demokrasi hanya saluran bagi orang-orang buruk, hanya karena mereka punya uang. Kita harus perbaiki keadaan ini karena kalau rakyat sudah tidak peduli dengan demokrasi masalahnya akan menjadi lebih dasar. Rakyat akan toleran terhadap diktator, padahal diktator di mana-mana menyengsarakan rakyat, atau tidak bisa bertahan. Kita lihat di mana-mana gejala ini. Orde Baru pun tidak bisa bertahan karena diktator sangatcostly.
Walapun banyak warga yang belum puas, hasil demokrasi sekarang lumayan bagus, jauh lebih bagus dari hasil Orde Baru. Lihat tingkat pertumbuhan kita sekarang, pendapatan per kapita, rasio hutang kita, angka melek hurup, tingkat harapan hidup, kebebasan berpendapat, pengakuan dunia, semuanya jauh di atas capaian zaman Orde Baru. Ini buah demokrasi, dan kita tidak boleh set back.

Survei opinion leader LSI ini dilakukan atas 24 nama, apakah ada peluang nama baru muncul dan justru menjadi pemuncak?
Penting saya jelaskan terlebih dahulu. Mengapa 24 nama itu? Banyak sekali orang atau tokoh nasional yang bisa kita pertimbangkan untuk menjadi calon presiden padahal presiden hanya satu, calonnya nanti mungkin tidak lebih dari 3. Karena itu tidak sembarangan kita menentukan calon.

Pertama, karena yang bisa mencalonkan presiden adalah partai politik maka ketua, tokoh inti, atau tokoh yang dinilai dekat dengan partai yang ada di parlemen sekarang harus menjadi kriteria bagaimana kita memilih tokoh-tokoh untuk dinilai oleh orang yang mengerti (opinion leader). Maka harus masuk nama Megawati (PDIP), Aburizal (Golkar), Anas Urbaningrum (Demokrat), Hidayat Nurwahid (PKS), Hatta Rajasa (PAN), Muhaimin Iskandar (PKN), Prabowo Subianto (Gerindra), Suryadarma Ali (PPP), Wiranto (Hanura).
Di samping itu, kita harus memasukkan tokoh partai baru yang dalam survei nasional menunjukan gejala mendapat suara signifikan, maka kita masukan Surya Paloh di mana partainya, Nasdem, terlihat sudah masuk ke papan tengah partai politik nasional. Selain itu beberapa tokoh yang kami amati dan nilai dekat dengan partai-partai itu, terutama Demokrat. Selain Anas, ada sejumlah tokoh nasional yang kami amati berada dalam lingkaran dekat pusat kekuasaan Demokrat dan cukup dibicarakan di elite Demokrat. Maka masuk nama Djoko Suyanto, Pramono Edhie Wibowo, Ani Yudhoyono, Chaerul Tanjung, Gita Wiryawan, dan Agus Martowardoyo. Untuk Demokrat banyak yang disebut karena SBY dipastikan tidak maju lagi, dan Anas juga belum menentu kasusnya, dan belum ada tokoh lain yang sangat menonjol.

Di PDIP, selain Megawati, Puan Maharani kami pertimbangkan karena posisinya di partai yang sangat strategis setelah Megawati, dan nature dari politik internal PDIP sendiri.
Setelah itu, di Nasdem, selain Surya Paloh, ada Endiartono Sutarto yang sebelumnya telah menyatakan siap kalau ada yang mencalonkan.

Di samping pertimbangan partai dan kedekatan dengannya, juga mempertimbangkan pendapat masyarakat secara nasional yang bisa dilihat dari serangkaian survei nasional. Nama-nama yang disebut secara spontan untuk presiden Indonesia 2014 kami masukkan. Nama-nama itu cukup sering disebut secara spontan adalah Jusuf Kalla, Machfud MD, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, dan Sutiyoso di samping nama-nama yang sudah populer di atas seperti Megawati dan Prabowo.

Begitulah bagaimana nama 24 itu muncul.

Ada yang bertanya mengapa Jokowi, Anies Baswedan, Irman Gusman, Oma Irama, dll., tidak dimasukan ke dalam daftar yang harus dinilai.

Seleksi nama-nama sebelum dinilai oleh opinion leader itu berlangsung pada Januari-Mei. Persiapan survei bulan Juni, dan surveinya sendiri antara Juli-September 2012. Pada waktu itu mempertimbangkan nama-nama itu, Januari-Mei, nama-nama yang ditanyakan kepada saya itu bukan ketua partai, bukan orang yang dibacarakan di internal partai, dan tidak muncul di jawaban spontan atau top of mind survei nasional. Jadi apa alasan kami untuk memasukan nama itu? Harus diingat bahwa dalam survei itu jumlah pertanyaan tentang kualitas sebanyak 7, dan yang paling valid 5. Dengan jumlah nama 24 saja, kita mengajukan pertanyaan sebanyak 148. Sangat banyak, dan ini menyiksaopinion leader. Tapi sukur mereka bersedia.

Dalam survei yang akan datang bisa kita pertimbangkan nama-nama lain. Pada dasarnya kita ingin menggali seluas-luasnya agar kita punya calon terbaik. Tapi juga kita harus realistis. Tidak bisa sekonyong-konyong orang di luar partai, yang tidak punya pengalaman sama sekali sebagai pejabat publik, tidak pernah muncul di top of mind survei nasional, dipaksakan harus dipertimbangkan. LSI bukan tong sampah

Pertemuan Cikeas dan Nasib Andi Mallarangeng. SBY meminta petinggi Demokrat menjaga solidaritas dan kekompakan

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
Sejumlah petinggi Partai Demokrat berkumpul di kediaman Ketua Dewan Pembina, Susilo Bambang Yudhoyono, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu malam, 9 Desember 2012.
Pertemuan ini digelar dua hari setelah Andi Alifian Mallarangeng mundur dari jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga serta Sekretaris Dewan Pembina Demokrat.

Meski demikian, pertemuan ini diklaim tidak membahas masalah pengunduran diri Andi Mallarangeng itu. "Agenda ini sudah lama, karena kami mau Silatnas (Silaturahmi Nasional). Sedangkan kejadian Pak Andi itu barusan," kata Ketua Fraksi Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf saat berbincang dengan VIVAnews.
Selain anggota fraksi, acara ini juga diikuti pengurus DPP Demokrat. Pertemuan semacam ini, kata dia, rutin digelar.  Juru Bicara Partai Demokrat, Andi Nurpati, juga mengatakan pertemuan ini merupakan agenda rutin untuk koordinasi fraksi Partai Demokrat dengan Ketua Dewan Pembina. "Hal ini sudah sering dilakukan. Biasanya ketua dewan pembina memberikan arahan dan penjelasan terkait dengan bidang tugas FPD," jelasnya.
Usai pertemuan tadi malam, Nurhayati menjelaskan bahwa SBY menyampaikan beberapa pesan dan tidak khusus membahas mengenai kasus yang dialami mantan Andi Mallarangeng.

SBY, jelas dia, meminta agar komunikasi antara DPP, Fraksi Partai Demokrat dan Ketua Dewan Pembina untuk terus dijaga. Selain itu,  sebagai ujung tombak, DPP diminta terus meningkatkan kinerjanya.

SBY juga menyinggung persiapan Patai Demokrat menjelang pemilihan presiden dan pemilihan legislatif pada 2014. SBY meminta agar petinggi partai dari atas hingga ke bawang terus menjaga solidaritas karena waktunya tinggal tinggal dua tahun lagi. "Kuncinya adalah kekompakan dan kebersamaan," ujar Nurhayati mengutip SBY, di Puri Cikeas, Bogor, 9 Desember 2012.

Khusus untuk kader Partai Demokrat yang duduk sebagai anggota legislatif, SBY juga meminta terus mengawal program pemerintah dan bekerja sama dengan fraksi lain, menjaga kebersamaan atas dasar politik bersih cerdas santun.
Nurhayati menambahkan, SBY juga tidak membahas siapa pengganti posisi Andi Mallarangeng sebagai sekretaris dewan pembina Partai Demokrat. Menurut Nurhayati, posisi sekretaris dewan pembina yang saat ini kosong tidak menjadi soal bila dibiarkan kosong begitu saja. "Tidak segera harus diiisi kan," tambahnya.

Di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kasus Andi Mallarangeng tampaknya akan diproses dengan cepat. Setelah menetapkan Andi Mallarangeng sebagai tersangka pada Kamis 6 Desember 2012, KPK telah menjadwalkan pemeriksaan sejumlah saksi mulai Selasa pekan ini.
Pemeriksaan Andi Mallarangeng sebagai tersangka baru dilakukan setelah semua saksi selesai diperiksa. Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, mengatakan saat ini para penyidik tengah menelusuri harta Andi Mallarangeng yang diduga terkait dengan kasus korupsi Hambalang.
Kemungkinan besar, KPK akan membekukan harta Andi Mallarangeng yang terindikasi terkait tindak pidana korupsi.  "Kalau dipandang perlu hal-hal apa saja untuk memastikan penanganan kasus akan lebih baik, akan dilakukan," kata Bambang.
Pria yang karib disapa BW ini mengatakan, penelusuran aset-aset dan harta kekayaan milik Andi Mallarangeng sebenarnya telah dilakukan sejak kasus Hambalang masih dalam tahap penyelidikan. Proses itu, sampai kini masih berlangsung. "Hal-hal penting dengan kasus sudah mulai diinvestigasi. Termasuk apakah kekayaan itu dari hasil kejahatan. Jadi itu embedded, bukan dicari-cari. Karena itu yang harus dibuktikan," ucap Bambang.

Panen pujian

Kasus Andi Mallarangeng ini membetot perhatian banyak kalangan. Sebab, dia adalah menteri aktif pertama yang menyandang status tersangka. Sebelumnyya, sejumlah tokoh berstatus tersangka setelah lepas dari jabatan menteri alias mantan menteri. Selain itu, Andi juga menjadi menteri pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya gara-gara kasus korupsi.

Meski demikian, banyak pihak mengapresiasi pengunduran diri Andi Mallarangeng itu. Pujian bahkan dilontarkan langsung oleh Ketua KPK, Abraham Samad. Andi, kata abraham, telah menunjukkan sikap ksatria. "Itu menandakan orang yang ksatria. Itulah ksatria orang Bugis Makassar," kata Abraham.
Dari Parlemen, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR menyatakan pengunduran diri Andi bisa menumbuhkan kultur moral di kalangan pejabat. "Kami dukung Andi yang mengundurkan diri. Artinya, selain dia menjunjung etik, ia juga mengembangkan kultur baru soal moralitas pejabat publik," kata anggota BAKN DPR, Eva Kusuma Sundari.

Tak hanya dari para pejabat, pujian kepada Andi juga datang dari Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari. Dia menilai Andi Mallarangeng telahmenunjukkan sikap elegan dalam menghadapi kasusnya. Gerak cepat mengundurkan diri ini telah menutup polemik yang kemungkinan akan muncul setelah penetapan status tersangka oleh KPK. "Kalau tidak ada seperti kemarin, akan jadi polemik. Polemik dalam polemik. Tapi kan sekarang sudah tidak jadi polemik lagi," kata Qodari.

Belum berakhir

Ditetapkannya Andi Mallarangeng sebagai tersangka bukan berarti episode kasus ini berakhir. KPK menyatakan terus mengembangkan penyidikannya. Tak menutup kemungkinan masih ada pihak lain yang dianggap harus ikut bertanggung jawab atas kerugian negara akibat proyek senilai Rp2,5 triliun ini.

Selain KPK, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan segera merilis hasil audit investigasi tahap dua proyek ini. Beberapa waktu lalu, audit tahap pertama telah diserahkan ke DPR. "Kalau sudah lengkap, tanggal 24 Desember diumumkan. Mohon bersabar," kata Ketua BPK, Hadi Purnomo saat peringatan Hari Anti Korupsi di Balaikota Jakarta, Minggu 9 Desember 2012.

Menurut Hadi, audit yang akan dirilis ini merupakan kelanjutan dari audit investigasi yang diumumkan beberapa waktu lalu itu. "Yang belum selesai di audit pertama ada di audit ke dua. Itu lanjutan semuanya, fakta dan apa yanhg diamanatkan undang-undang," ujar Hadi.

Hasil audit investigasi BPK tahap pertama menemukan adanya penyalahgunaan wewenang dalam proyek ini. Dari nilai proyek Rp2,5 triliun, negara diperkirakan rugi Rp243,6 miliar. Hasil audit itu dilansir kemarin dan hari ini Kamis 1 November 2012.

Kerugian negara dalam proyek ini bersumber dari sejumlah hal. Pertama, pembayaran uang muka. Besarnya Rp189,450 miliar. Uang muka itu hanya dikembalikan Rp73,520 miliar saat pembayaran termin I pada tahun 2010 dan 2011. Sehingga, negara menanggung kerugian sebesar Rp116,930 miliar.

Kedua, kerugian juga berasal dari kelebihan pembayaran harga pada pelaksanaan konstruksi. Besarnya Rp126,734 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari pembayaran mekanikal elektrikal (ME) Rp75,724 miliar dan pekerjaan struktur sebesar Rp51,1 miliar. Jadi total kerugian negara sebesar Rp243,6 miliar.

"Perubahan Kurikulum Penting dan Genting" Cuma 5 persen siswa yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh
Kurikulum pendidikan di Indonesia akan drastis diubah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun kurikulum baru untuk tahun 2013 mendatang. Rencana ini rupanya sudah digagas sejak 2010.

Alasan Kementerian: kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Karena zaman berubah, maka kurikulum harus lebih berbasis pada penguatan penalaran, bukan lagi hafalan semata.  
Perubahan ini diputuskan dengan merujuk hasil survei internasional tentang kemampuan siswa Indonesia. Salah satunya adalah survei "Trends in International Math and Science" oleh Global Institute pada tahun 2007.
Menurut survei ini, hanya 5 persen siswa Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran. Sebagai perbandingan, siswa Korea yang sanggup mengerjakannya mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen siswa Indonesia dapat mengerjakan soal berkategori rendah yang hanya memerlukan hafalan. Sementara itu, siswa Korea yang bisa mengerjakan soal semacam itu hanya 10 persen.

Indikator lain datang dari Programme for International Student Assessment(PISA) yang di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar paling buncit dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Dan hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6.
Satu kesimpulan dari dua survei itu adalah: prestasi siswa Indonesia terkebelakang.

Karena itulah, kepada Wens Manggut dan Aries Setiawan dari VIVAnews yang secara khusus mewawancarainya pada Rabu 5 Desember 2012, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengaku siap untuk tidak populer dengan mengambil kebijakan drastis ini. "Daripada gara-gara kita sungkan, risikonya nanti jadi lebih mahal. Ngurusin pendidikan itu bukan soal orang senang atau tidak," begitu kata sang menteri.
Berikut wawancara selengkapnya:

Mengapa ada perubahan kurikulum?
Sebelum "mengapa", kita perlu bahas lebih dulu apa itu kurikulum. Bicara kurikulum itu pasti bicara empat hal. Pertama, standar kompetensi kelulusan. Kedua, standar isi. Ketiga, standar proses. Keempat, pasti kita bicara standar penilaian.

Gampangnya, anak-anak mau kita harapkan bisa apa. Siswa SD kelas 1 itu bisa apa? Lulusan SMP bisa apa, SMA dan seterusnya bisa apa? Ini yang kita tetapkan dulu. Dari situ, lalu kita isi apa? Kita beri menu apa anak-anak ini.

Tapi, tidak cukup dikasih menu saja. Prosesnya juga penting, bagaimana supaya makanan ini bisa ditelan atau diserap oleh sang anak dengan baik. Dalam proses itu ada metodologi, cara menyajikannya. Kalau bubur makannya pakai sendok. Kalau yang lain bisa pakai garpu atau tangan langsung.

Itu belum cukup. Juga penting bagaimana cara mengevaluasinya, cara penilaiannya. Nah, kalau kita bicara kompetensi, ini yang ditekankan sekarang. Ada tiga ranah atau domain, yaitu dari sisi sikap atau attitude, sisi keterampilan atau skill, dan sisi pengetahuan atau knowledge. Kompetensi yang ingin kita capai adalah: tiga-tiganya harus masuk.
Itu definisi tentang kurikulum.

OK, lalu kenapa diubah?
Pertanyaannya memang mengapa kok diubah-ubah? Kayak kurang pekerjaan atau kebanyakan uang. Belum lagi pasti ada pro kontra, ganti menteri ganti kurikulum. Ini sudah kami timbang-timbang.

Zaman ke depan itu berubah, lho. Kalau tidak kita lakukan perubahan sekarang, nanti kita akan memproduksi generasi yang usang, yang tidak cocok dengan zamannya nanti. Akibatnya, nanti jadi beban. Termasuk tidak terserap di ketenagakerjaan.
Harus kita lakukan perubahan, meski dengan risiko tidak populer. Daripada gara-gara kita sungkan, risikonya jadi lebih mahal. Kita tahu kurikulum sekarang ini tidak bisa diteruskan lagi. Nggak apa-apa lah nggak populer. Kalau mau selamat, saya diam-diam saja, pasti selamat. Termasuk soal Ujian Nasional itu, kalau mau dihapus, bisa saja dihapus. Orang pasti senang.
Tapi mengurusi pendidikan itu kan bukan soal orang senang atau tidak. Orangnggak seneng nggak apa-apa, asalkan ada nalarnya, ada rasionalitasnya.

Apa kekurangan mendasar dari kurikulum sekarang? 
Pertama, zaman sudah berubah. Yang dibutuhkan adalah kreativitas. Kita butuh modal pengetahuan. Tapi, itu saja tidak cukup. Jadi harus ada unsur produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Ke depan kita butuh anak-anak yang seperti itu.

Sekarang sudah ada banyak keluhan. Anak-anak kita tidak kreatif. Kita hanya mengejar hafalan. Bahan pelajaran sedemikian banyak, anak dijejali terus.
Lha, apa ini harus dibiarkan? Ya, perlu kita ubah, kita perbaiki. Bukan berarti yang lama itu salah semua. Yang lama itu benar pada zamannya. Yang kami garap ini juga tidak ada yang berani garansi selama 20 tahun tak akan diubah lagi. Tidak ada memang di dunia ini, kurikulum dipertahankan sampai 30 tahun. Tidak ada.

Jadi, akan berubah dari metoda hafalan ke nalar?
Yang berubah tentu di keempat elemen itu. Standar kompetensinya berubah, prosesnya dan materinya juga ada yang berubah. Misalnya dari sisi proses. Pendekatannya berubah. Kita ingin agar anak-anak jadi kreatif. Pertanyaannya, apakah kreativitas itu bisa dibentuk atau dibangun? Ada beberapa riset yang menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibentuk melalui proses pendidikan. Salah satunya adalah penelitian di Harvard University tahun 2011.
Ada dua pertiga kesempatan membangun kreativitas melalui pendidikan. Sepertiganya melalui faktor genetik atau bawaan. Ini berbeda dengan intelegensia yang dua pertiganya karena faktor bawaan, sepertiga melalui pendidikan.
Idealnya, intelegensianya tinggi, kreativitasnya juga tinggi. Tapi, kalau intelegensia bawaannya rendah, kita bisa memainkan space creativity. Meskipun intelegensianya pas-pasan, kreativitasnya bisa kita manfaatkan.

Bagaimana caranya membangun kreativitas? Tentu ada berbagai pendekatan yang bisa membangun kreativitas itu. Caranya, mulai kecil siswa kita biasakan untuk memanfaatkan inderawinya. Ajak mereka mengamati. Jadi, bukan main di wilayah kosong. tapi perlu masuk ke wilayah riil sehingga setiap kejadian terekam. Misalnya, apa yang ada di bulan sana? Kita ajak anak-anak melihat melalui teropong. Contoh lainnya sel. Kita bisa pakai mikroskop. Baru mereka bisa mengerti apa itu sel.
Ke depan, persoalan semakin kompleks, beda dengan 30-40 tahun lalu. Karena kompleksitas ini, butuh kemampuan yang lebih tinggi dalam berpikir.
Mengamati saja belum cukup. Anak harus dikembangkan kemampuan untuk bertanya. Karena dari bertanya itulah muncul rasa penasaran intelektual. Itu saja belum cukup. Siswa perlu kita ajari untuk berkemampuan mempresentasikan, mengkomunikasikan sesuatu, baik tertulis ataupun lisan. Oleh karena itu kita ajari bagaimana memformulasikan persoalan.
Oleh karena itu, struktur mata pelajarannya pun juga berubah. 
Seperti apa perubahan struktur mata pelajaran itu?
Struktur mata pelajarannya kita tata lagi. Pendekatannya pun kita ubah. Objek pembelajarannya kita tentukan. Pasti tentang fenomena alam, fenomena sosial, fenomena budaya.
Pendekatannya perlu diubah terutama untuk anak-anak SD. Anak SD belum bisa berpikir spesialis. Tidak usah anak SD, S1 saja masih belum spesialis. Doktor baru bisa tajam. Maka, anak-anak SD itu kita bangun kekuatan fondasi generiknya. Maka, pendekatan yang kita lakukan di pelajaran SD adalah tematik integratif. Kita menggunakan tema yang berintegrasi dengan berbagai macam. Misalkan tema hari ini tentang sungai, besok ganti jadi energi atau laut, gunung, apa saja. Di situ ada pelajaran tentang PPKN, matematika, kita integrasikan.

Jadi anak sekolah SD nanti tidak membawa buku matematika atau buku bahasa Indonesia. Mereka akan membawa buku dengan tema-tema tertentu. Hari ini misalnya tentang lingkungan. Jadi pelajarannya tentang lingkungan. Jadi, berhari-hari bawa buku tentang itu saja. Di buku itu ada matematikanya, ada bahasa Indonesianya, ada pelajaran IPA-nya. Itu menarik buat siswa. Belajar jadi hidup.  
Jadi, mata pelajaran di SD nanti apa saja?
Agama, PPKN, bahasa Indonesia, matematika, seni dan budaya, olahraga dan pendidikan kesehatan. Itu mata pelajarannya. Tetapi meskipun ada nama-nama mata pelajaran itu, pendekatannya tidak belajar sendiri-sendiri. Diintegrasikan.

Proses belajar di kelas seperti apa?
Biasa saja. Secara teknis biasa. Guru menjelaskan. Tapi, selalu pendekatannya adalah observasi sehingga tidak harus di dalam kelas. Anak-anak bisa diajak keluar kelas.

Kenapa menurut survei kemampuan nalar siswa kita lebih rendah dibanding siswa Korea?
Itu jadi bahan introspeksi kita. Kita berangkat dari TIMSS 2007 (Trends in International Mathematics and Science Study). Nanti di tahun 2013 akan keluar hasil survei tahun 2012. Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Makanya kenapa ini sangat penting, bahkan genting. Kita masuk pada fase penting dan genting. Karena itu harus segera diubah.
Kalau tidak, atau menunda satu tahun saja, ada 10 juta anak kelas 1 SD yang tidak mendapatkan kesempatan. Siswa kelas 1 dan kelas 4 itu sekitar 10 juta. Sayang anak-anak kita. Karena itu kita harus all out.
Uji publik yang direncanakan ini belum pernah ada dalam sejarah pembuatan kurikulum. Ini kita lakukan secara terbuka. Tapi sekali lagi kami mengajak agar pendekatannya saintifik, akademik. Jangan pakai pendekatan politik. Sudah ada 600 lebih yang memberi tanggapan online, dihttp://kurikulum2013.kemdikbud.go.id. Di situ ada diskusi virtual. Silakan memberikan masukan. Silakan sempurnakan.

Bagaimana implementasinya?
Ini perlu effort yang luar biasa. Kami siap diaudit. Ini semata-mata untuk kepentingan masa depan. Untuk implementasinya, kami punya beberapa skenario. Salah satu yang menguat adalah secara bertahap.
Jadi, mulai tahun depan kita mulai dari kelas 1 dan kelas 4. Kalau kita mulai dari kelas 6, anak-anak kan dari kelas 1 sudah menggunakan pendekatan yang lama. Tahu-tahu dikasih yang baru, ya nggak nyambung. Karena itu guru yang kita latih pun tidak semua, yang mengajar kelas 1 dan 4 saja.
Guru SD kan ada 1,6 juta. Kalau kita latih semuanya, untuk apa? Tahun depan kelas 1 dan kelas 2, lalu kelas 4 dan kelas 5. Yang kelas 4 kan sudah naik ke kelas 5. Sehingga yang kita perlukan selanjutnya kelas 2 dan kelas 5.
Kalau satu tahun mau diperpanjang lagi, baru kelas 3 dan kelas 6. Berarti, 3 tahun lunas untuk SD. Ada masa 3 tahun untuk menyiapkan itu. Tidak semuanya diselesaikan di 2012. Kami paham kemampuan kami, selain dari sisi pendekatan juga tidak pas.

SMP dan SMA juga begitu.
Ini sudah kita siapkan semua. Kalau kita berpikir jernih, memang harus begitu. Karena keluhan soal metoda hafalan ini sudah lama.
Perubahan ini akan membawa hasil yang lebih baik?
Hasil pendidikan itu saya ibaratkan kotak. Bagaimana caranya kita menjadikan kotak ini jadi sebesar-besarnya? Bagi orang teknik gampang sekali: panjang, lebar dan tingginya ditambah.
Nah, jadi panjangnya kita tambah. Tahun depan, insya Allah sudah dimulai pendidikan wajib 12 tahun. Lebarnya juga kita naikkan. Ini lama anak-anak tinggal di sekolah, atau jam belajar. Konsekuensinya jam belajar bertambah, karena pendekatannya berubah. Tinggi kotak itu efektivitas. Ini kuncinya di kurikulum.

Populasi usia produktif kita sekarang luar biasa besar. Warga berusia muda luar biasa banyaknya. Kalau tidak kita siapkan sejak sekarang, kasihan mereka.