Sunday, 16 December 2012

Kisah Kepahlawanan 3 Guru Korban Penembakan SD Sandy Hook. Aksi brutal Adam Lanza kemarin telah menewaskan 28 orang

Suasana usai penembakan di SD Sandy Hook, Connecticut
Pihak berwenang telah mengidentifikasi tiga di antara delapan korban orang dewasa yang ditemukan tewas saat penembakan brutal di SD Sandy Hook, Connecticut, Amerika Serikat, Jumat lalu. Mereka adalah Kepala Sekolah Dawn Hochsprung (47), psikolog sekolah Mary Sherlach (56), dan guru kelas Victoria Soto (27).

Seperti diberitakan sebelumnya, penembakan yang dilakukan pria bersenjata, Adam Lanza, menewaskan 28 orang, termasuk 20 anak berusia antara lima hingga sepuluh tahun. Setelah melakukan penembakan membabi buta, Lanza kemudian bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri.

Telegraph.co.uk memberitakandalam insiden memilukan tersebut, Soto mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan murid-muridnya dengan melemparkan tubuhnya di depan anak-anak.

Menurut laporan, saat Lanza mulai menembaki sekolah di pinggiran kota Newtown itu, beberapa guru bersembunyi di bawah meja. Namun, Hochsprung dan Sherlach tidak ragu menjadi tameng bagi anak-anak. Keduanya berlari ke lorong untuk menghadapi bahaya dan akhirnya mereka terbunuh.

Hochsprung langsung menghadang Lanza yang saat itu berhasil melewati sistem keamanan yang baru dipasang di sekolah. Lanza datang dengan memperkenalkan diri sebagai anak Nancy Lanza, seorang guru TK di sekolah tersebut.

Padahal, saat itu Lanza sudah membunuh ibunya di rumah yang dekat dengan sekolah, dan menuju ke sekolah menggunakan mobil.

Pengorbanan Guru
Diane Day, seorang terapis sekolah, mengisahkan bahwa ia dan guru lainnya sedang rapat dengan Hochsprung dan Sherlach saat penembakan terjadi.

"Kami ngobrol di sana selama sekitar lima menit dan mendengar 'pop pop pop' (suara tembakan)," kata Day. Setelah itu, Day pun segera bersembunyi di bawah meja.

Namun, Day melanjutkan, kepala sekolah dan psikolog sekolah malah menuju sumber tembakan dengan mengabaikan keselamatan mereka sendiri. "Keduanya tidak berpikir dua kali dalam menghadapi atau melihat apa yang sedang terjadi," ujarnya.

Saksi lain bernama Rabbi Shaul Praver yang mengunjungi tempat kejadian pun menuturkan bahwa Hochsprung dan Sherlach menjadi korban tewas dalam aksi penembakan brutal tersebut.

Soto yang telah mengajar di SD Sandy Hook selama lima tahun itu sebenarnya mencoba untuk melindungi murid-muridnya dengan membawa para murid bersembunyi ke lemari saat ia berhadapan langsung dengan Lanza.

"Soto menempatkan dirinya di antara penembak dan anak-anak. Saat itulah ia secara tragis ditembak dan dibunuh," kata Wiltsie, sepupu Soto.

"Saya hanya bangga bahwa Soto memiliki naluri untuk melindungi anak-anak itu dari bahaya. Ia melakukan apa yang ia cintai, melindungi anak-anak dan di mata kami ia adalah pahlawan," tambahnya.

Mantan Pengawas SD Sandy Hook, John Reed, mengatakan bahwa Sherlach merupakan pribadi yang hangat dan sangat peduli kepada murid-muridnya.

"Jika pernah ada seseorang, dengan kualifikasi dan kepribadian untuk bekerja dengan anak-anak, menjadi seorang psikolog sekolah, itu adalah Mary," kata Reed.

Menurut biografi sekolahnya, Mary sudah menikah dan mempunyai putri saat usianya 20. Mary dikenal hobi berkebun, membaca, dan teater.

Sementara itu, Hochsprung, yang bahagia menikah dengan suaminya yang kedua setelah pernikahan pertamanya berakhir dengan perceraian, sempat men-tweet puluhan gambar sekolahnya sejak awal semester awal tahun ini.

Tentu dengan demikian, teman dan tetangganya mengakui bahwa Hochsprung mencintai murid-murid dan sekolahnya. "Saya tidak berpikir Anda bisa menemukan tempat yang lebih positif untuk membawa siswa setiap hari," katanya dalam surat kabar lokal.

Kisah kepahlawanan lain disampaikan oleh siswa berusia delapan tahun yang mengatakan seorang guru menariknya dari lorong saat suara tembakan terdengar.

"Saya melihat beberapa peluru meluncur ke lorong dan kemudian guru menarikku ke dalam kelasnya. Kedengarannya seperti seseorang menendang pintu," katanya.