Showing posts with label pahlawan. Show all posts
Showing posts with label pahlawan. Show all posts

Monday, 30 December 2013

Misteri Terselubung Dibalik Wafatnya RA Kartini

http://wawasanislam.com/wp-content/uploads/2012/04/RA-Kartini.jpgKartini adalah pahlawan Nasional SK Presdien RI (Ir. Soekarno) No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. SK tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menunai banyak kontroversi. Banyak latar yang mempertanyakan bahwa nilai kepahlawanannya tidak lepas dari politik etis zaman Belanda. RA kartini merupakan wanita berdarah biru, cerdas, pemberani, dan kurang menyukai hal-hal yang bersifat seremonial. Dia menentang perihal yang bersifat feodalism kerajaan maupun kolonial. Dan sangat memperhatikan nasib bangsa bumipertiwi khususnya kaum wanita dibidang pendidikan. Karena ia berpikir, hanya melalui pendidikan rakyat Indonesia lepas dari perbudakan kolonial penjajahan dan keratonism. Yakni sebuah pemikiran yang jarang dimiliki oleh putra bangsa —apalagi wanita— seperti Kartini.


Sehingga nasehat Hugrogonje, orang seperti kartini harus didekati, karena pola pemikirannya sangat berbahaya bagi sistem kolonial Hindia Belanda. Maka dari itu JH Abendanon, Menteri Pendidikan penjajahan kala itu di zaman Kartini berupaya mendekati Kartini dari sudut pemikiran.


Pemikiran-pemikiran Kartini yang sedemikian berani, kritis, sistemik terlihat dari berbagai surat-surat dan artikel yang sudah menyebar di majalah-majalah wanita Eropa harus didampingi oleh orang Belanda agar tidak keluar dari visi penjajahan kerajaan belanda di Hindia Belanda. Khususnya pemikiran tentang gugatan emansipasi di zaman yang sudah mendunia kala itu bahwa pemikiran tentang kewanitaan sangat mengagetkan wanita-wanita Eropa. Penjajahan tidak hanya feodalisme dan kapitalis dunia, akan tetapi diskriminasi terhadap kaum wanita di seluruh dunia bisa dikatakan — bagi kaum wanita— merupakan era penjajahen gender, bahkan untuk negara penjajah sendiri seperti Belanda dan Eropa lainnya, kaum wanita merasa terjajah oleh sistem negerinya sendiri. Dan Kartini ibarat sinar yang mampu menggugah pemikiran wanita-wanita Eropa untuk bangkit menjadi kaum yang mandiri yang tidak hanya takluk oleh kaum pria dan sistem yang melingkupi budaya kewanitaan.


Sedemikian jauh dan cerdas, untuk sekian kalinya JH. Abendanon mengawal profil kehidupan dan pemikiran Kartini —-lihat dalam uraian surat-surat Kartini di buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” (door duisternis tot licht) — tidak mampu mengawal letupan-letupan gugatan Kartini terhadap sistem feodal kratonism dan kolonialism. Dalam rekayasa ini sangat terlihat intrik-intrik hitam pada detik-detik Kartini, ketika ada visi untuk menjatuhkan intlektual Kartini.

Artinya, Kartini di zaman itu bukan hanya di era indonesia dan segala kerajaannya, akan tetapi surat-surat dan artikel via pos. Kalau tidak berlebihan dikatakan, “ di zaman itu 1898 – 1902 Kartini menjadi tokoh dunia. Ia menjadi sentral tokoh-tokoh wanita Eropa di dunia.” Dan bagi kolonial Belanda di Indonesia menghabisi peran intlektual Kartini akan menjadi masalah internsional, karena masalah area kolonial atau penjajahan sangat bersaing ketat dengan Inggris.

Dari sini ada upaya “gerakan bawah tanah” untuk menghabisi RA Kartini. Gerakan itu bisa dirasakan dan mulai terlihat jelas ketika RA kartini hendak sekolah ke Luar Negeri, kemudian cita-citanya sekolah di Bandung, semua tumbang ditengah jalan akibat campur tangan JH Abendanon terhadap bapak Kartini. Demikian juga masalah pernikahan, sangat kental sekali upaya JH Abendanon terhadap bapak Kartini dan sistem keraton Jepara. Akhirnya Kartinipun menikah di usia 25 tahun. Kalau sudah menilah —bagi adat Jawa yang sudah dipelajarai penjajah Belanda —- tentu profil wanita Jawa tidak bisa berbuat banyak lagi.


Ketika memasuki area pernikahan dan hidup di Rembang bersama suami tercinta, rupanya sang suami sangat mendukung visi, misi, dan tujuan Kartini tentang Pendidikan, menulis buku —bahkan Kartini sudah membuat plot buku yang bertema Babat tanah Jawa, — atas dukungan suami tercinta. Buku itu belum selesai ditulis karena meninggal dunia. Juga ada seorang ulama Kyai Sholeh Darat menulis kitab tafsir untuk Kartini agar bagaimana Kartini memahami Islam, Kyai itupun wafat dengan misterius, sebab umat islam sengaja dijauhkan dari keilmuan agamanya sendiri. Dengan kata lain bahwa Kartini, walaupun sudah berstatus istri masih melakukan aktifitas-aktifitas intlektualnya atas bantuan suami dan orang terdekat dari kalangan pribumi.


“Betapa bahagianya Kartini melihat suaminya mendorong agar tetap bersemangat menulis. Suaminya menyampaikan ide agar menulis buku Babad Tanah Jawa. Diharapkan dari tulisan Kartini kelak masyarakat Jawa bisa melihat dengan jelas sejarah perkembangan tanah Jawa.


Dikatakan dalam satu suratnya tanggal 16 Desember.
Suami sangat inginnya melihat saya menulis kitab tentang cerita lama-lama dan babad tanah Jawa. Dia akan mengumpulkannya bagi saya; kami akan bekerja bersama-sama mengarang kitab itu. Senangnya hati mengenangkan yang demikian itu !

Masih banyak lagi hal yang hendak diperbuatnya bersama-sama dengan saya; di atas meja tulis saya telah ada beberapa karangan bekas tangannya. (Armijn Pane 1968, 238)

Hidup di Rembang sebagai permaisuri sekaligus wanita karir (sebutlah seperti di zaman modern ini) Kartini sudah mencapainya dengan baik sejak era 1900-an. Aspek sejarah manapun terbukti bahwa Kartini sudah membuka pintu yang luas untuk diri dan bangsanya. Menjadi kolomnis untuk majalah Eropa dan menjadi penulis buku bukan hal yang mudah di zaman penjajah. Tingkat kecerdasan masyarakat Jawa secara umum masih banyak yang belum bisa baca tulis. Akan tetapi Kartini gadis keraton dengan gaya pendidikan yang ketat (di keraton) tanpa mengalami kesulitan menulis buku atau membaca buku-buku. Ia memperoleh dukungan luar biasa dari suaminya.”

JH Abendanon dan orang-orang Belanda berpikir keras, bagaimana menghentikan gerakan intlektual Kartini terhadap bangsa melalui pemikiran dan wawasan kebangsaan Indonesia. Muncullah “gerakan bawah tanah” melalui dokter persalinan yang mengurusi persalinan RA. Kartini ketika melahirkan Susalit, dan fenomena itu bisa ditafsir ke seribu makna tentang kematian Kartini. Proses persalinan Susalit tidak ada masalah. Badan sehat, tidak ada keluhan, namun pada minggu selanjutnya ketika DR itu datang, tiba-tiba perutnya sakit dan meninggal dunia.

Ada kutipan yang menarik. Sitiosemandari memberikan gambaran kecurigaan yang wajar.

Tanggal; 13 September 1904 bayinya lahir, laki-laki, kemudian diberi nama Raden Mas Soesalit. Tanggal 17 September, dr. Van Ravesteyn datang lagi untuk memeriksa dan dia tidak mengkhawatirkan keadaan Kartini. Bahkan bersama-sama mereka minum anggur untuk keselamatan ibu dan bayi.

Tidak lama setelah Ravesteyn meninggalkan Kabupaten, Kartini tiba-tiba mengeluh sakit dalam perutnya. Ravesteyn, yang sedang berkunjung ke rumah lain, cepat-cepat datang kembali. Perubahan kesehatan Kartini terjadi begitu mendadak, dengan rasa sakit yang sangat di bagian perut.
Setengah jam kemudian, dokter tidak bisa menolong nyawa pemikir wanita Indonesia yang pertama ini. Pembunuhan ? Racun ? Guna-guna ? Tentang hal ini, Soetijoso Tjondronegoro (Sutiyoso Condronegoro) berpendapat: “Bahwa ibu kartini sesudah melahirkan putranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik Kabupaten. Tetapi desas-desus itu tidak dapat dibuktikan. Dan kami dari pihak keluarga juga tidak mencari-cari ke arah itu, melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sesudah dikehendaki oleh Yang Mahakuasa.” (Imron Rosyadi, 2010)


Ada pernyataan dari teman belanda, Jika hewan saya sakitpun, saya tidak percaya terhadap kompetensi dr. Van Ravesteyn.
Ada intrik yang mendalam, yakni permainan dalam sekam agar tidak terlihat upaya pembunuhan terhadap kartini. Orang berpura-pura berbelasungkawa, sesungguhnya dialah yang membawa pedang tikaman. Orang berteriak maling, sesungguhnya dialah malingnya. Akan tetapi keluarga kerajaan mengambil jalan bijak, dan menurut bahasa elit yang terkenal zaman itu, “Laat de doden met rust” (biarkan yang meninggal jangan diganggu – [Efatino Febriana, 2010]). Dan semuanya dianggap bagian dari perjuangan Kartini yang tertunda.




Tentang “intrik-intrik” sudah ada di zaman dulu hingga zaman sekarang. Manusia yang dianggap penting dan berkedudukan tinggi jika memperoleh target pembunuhan atau pemandulan peran karena pertimbangan tertentu, pasti dilakukan dengan hati-hati, karena dampak dari pembunuhan dan pemandulan itu akan diketahui publik dan berdampak pada eksistensi sosial yang tinggi juga, yang taruhannya akan terkena pada pembuat intrik tadi. Jadi selalu ada alasan lain sebagai “kambing hitam politik” sebagai korban untuk mengamankan zona yang lebih luas dan panjang. Termasuk RA. Kartini versus Belanda, ada zona yang lebih luas dan panjang jika Kartini dibiarkan hidup di era zaman belanda.

Jadi R.A. Kartini bukan pahlawan yang sengaja di-usung bangsa Belanda melalui politik etis, dan mengalahkan Cut Nyak Dien, Sartika, dll yang tidak di”hari raya”kan sementara Kartini kenapa dijadikan momen 21 April sebagai Hari Kartini, dan tidak ada hari besar Cut Nyak Dien atau lainnya. Hari Besar itupun dihapus dengan alasan Kartini adalah pahlawan bawaan Belanda. Padahal Kartini adalah korban politik etis bangsa belanda secara terselubung, hanya kita yang buta, kenapa tidak mengetahui ada mutiara yang berserakan di tanah air sendiri dengan bicara yang tegas. Kita masih ada budaya menyalahkan kelompok lain bidang sosial, politik, atau keagamaan, yakni melalui pemikiran perbandingan intlektual pembenaran diri sendiri, dan menganggap lainnya salah yang tidak koheren dengan kita. Dan Kartini salah satu korban pahlawan di zaman dulu dan korban malpraktek pemikiran di zaman kekinian. 
Sumber :  http://forum.viva.co.id/sejarah/1060672-misteri-terselubung-dibalik-wafatnya-ra-kartini.html

Saturday, 28 December 2013

Legenda Bandit yang Jadi Pahlawan Rakyat Jelata

Kiprah bandit ini begitu menggerkan di negaranya masing-masing. Salah satunya adalah Phoolan Devi, wanita asal India yang membatai 22 laki-laki dengan kejam untuk balas dendam atas perkosaan terhadap dirinya. Dikemudian hari, Phoolan Devi menjadi anggota parlemen India dan berjuang untuk menegakkan keadilan rakyat tertindas.
Kisah yang tak kalah dramatis adalah Pancho Villa dari Meksiko yang terkenal sebagai pembunuh, penyamun, kemudian menjadi tokoh revolusioner. Sayangnya, para bandit itu mati muda dengan cara mengenaskan. Salah satunya adalah Ishikawa Goemon, tokoh bandit dari Jepang, yg tewas direbus hidup-hidup setelah gagal dalam percobaan pembunuhan terhadap seorang berpengaruh di negeri itu.

1.Phoolan Devi: Membunuh 22 Laki-laki untuk membalas dendam perkosaan terhadap dirinya

Phoolan Devi: Membunuh 22 orang laki-laki sebagai balas dendam atas perkosaan brutal yang dilakukan komplotan gank Thakur selama dua minggu sehingga membuat kondisinya mengenaskan dan berkali-kali pingsan saat diperkosa. Kekejaman kelompok ini membuat luka batin mendalam pada jiwa Phoolan Devi. Ketika ia berhasil lolos dari sekapan gank sadis ini, dia pun berubah menjadi wanita bengis dan melakukan aneka kejahatan. Jalan hidup seseorang memang tak bisa ditebak. Takdir membawanya bertemu dengan beberapa orang yang memperkosa dirinya di masa lalu. Itulah awal terjadinya pembantaian berdarah yg menggerkan India.

Phoolan Devi pun menembak membabi buta 30 laki-laki atas nama balas dendam, 22 orang di antaranya tewas mengenaskan. Tapi tahukah anda di kemudian hari Phoolan Devi akhirnya menjadi anggota parlemen India yang dihormati dan dicintai rakyat. Kok bisa ya?? Begini kisahnya: Phoolan Devil ahir tahun 1963 di sebelah utara India dari keluarga berkasta rendah dan miskin. Kemalangan-demi kemalangan hidup dialaminya sejak dia kecil hingga dewasa. .

Bayangkan, usia 11 tahun dia dinikahkan keluarganya dengan seorang laki-laki yang usianya tiga kali lipat. Tapi rumah tangganya berantakan, sang suami meninggalkannya, dan dia pun dibuang oleh keluarganya. Yang paling menyedihkan, dia berkali-kali diperkosa sekelompok lelaki tak bertanggung jawab. Itulah yang akhirnya membuat luka mendalam dalam jiwanya dan ia pun berubah menjadi pribadi yang jahat.Dia pun menjadi perampok. Pada 1979 dia dipenjarakan di Behmai, desa Thakur. Setiap malam selama dua minggu, gank Thakur datang memperkosa wanita ini secara bergilir sampai dia pingsan berkali kali. Akhirnya, Phoolan Devi berhasil melarikan diri dan kemudian membentuk kelompok sendiri. Suatu ketika ia dan komplotannya merampok desa-desa di Behmai.

Tapi peristiwa perampokan itu kemudian berubah menjadi ajang balas dendam bagi Phoolan Devi ketika ia mengenali dua di antara korbannya adalah orang yg melakukan perkosaan terhadap dirinya. Ia lantas menekan dua laki-laki ini untuk mengungkap siapa pimpinan gank Thakur, dengan ancaman akan menembak penduduk. Tapi upaya untuk mengungkap para pelaku pemerkosaan gagal, Phoolan Devi marah besar.

Dengan kemarahan yang memuncak, dia pun menjejerkan para lelaki dan menembak mereka semua. Dengan tembakan membabi buta membuat 22 dari 30 laki-laki tewas mengenaskan. Kejadian itu dikenal sebagai peritiwa pembantaian masal St Valentine terbesar yang pernah dilakukan seorang penyamun sepanjang sejarah India. Kemudian, polisi melakukan perburuan secara besar-besaran terhadap Phoolan Devi. Ribuan laki-laki serta helicopter dikerahkan untuk menangkap Phoolan Devi. Tapi wanita ini sungguh licin seperti belut, semua upaya itu tak berhasil. Akhirnya Phoolan Devi sendiri datang menyerahkan diri pada tahun 1983. Saat itu kesehatannya sudah memburuk, dan banyak anggota komplotannya telah tewas. Phoolan Devi dipenjara selama 11 tahun.

Keluar dari penjara, popularitas Phoolan Devi justru terus menanjak, dia merupakan symbol perlawanan rakyat jelata terhadap ketidak adilan hidup. Ia pun terpilih menjadi anggota parlemen India. Di parlemen, Phoolan Devi tampil sebagai pembela orang tertindas. Sosok Phoolan Devi dan pencapaian yg dilakukan, baik dari segi kejahatan maupun kebaikannya, mengilhami sineas India membuat film tentang kehidupannya. Pada 25 Juli, 2001, Phoolan Devi tewas tragis karena tembakan, saat dia akan mencapai pintu mobilnya yang diparkir di kediamannya di New Delhi. Sher Singh Rana mengakui pembunuhan, mengatakan dia menuntut bela atas kematian 22 Kshatriyas di Behmai.

2. .Lampião: Brazil’s greatest bandit, who would dig his enemies eyeballs out


Lampião, adalah penyamun Brasil yang paling sadis terhadap musuhnya. Dia dikenal sebagai bandit yang tak segan-segan melakukan perbuatan sadis pada korbannya. Termasuk mencungkil bola mata musuhnya hingga keluar. Lampião adalah nama popular bagi “Kapten” Virgulino Ferreira da Silva, pemimpin gerombolan Cangaço yang paling terkenal. Dia dan gerombolannya dicap sebagai perusuh dan merupakan buronan yang paling dicari seantero negeri. Kelompok ini melakukan terror terhadap penguasa dan musuh musuhnya sekitar 1920-an sampai 1930-an.

Virgulino dilahirkan pada 1897 di negara bagian Timurlaut Pernambuco, salah satu daerah paling miskin di Brasil. Polisi mencarinya bahkan hingga kerumah orangtuanya. Tidak menemukan yg dicari, ayah Virgulino jadi sasaran, akhirnya tewas mengenaskan. Dikemudian hari pihak kepolisian mengakui aib ini, dan menyatakan penyesalannya atas peristiwa itu. Pada usia 25 tahun, Virgulino menjadi penyamun dengan sebutan Lampião. Ia menjadi momok menakutkan bagi musuh-musuhnya juga pemerintah masa itu. Tak tanggung-tanggung, dia membantai para polisi juga tentara. Selama 15 tahun malang melintang, Virgulino selalu menjadi berita utama dari media massa saat itu. Namanya juga perbuatannya selalu menghias Koran-koran seluruh Brasil.

Dia juga dikenal sebagai pribadi yg unik dan penuh kejutan. Bagaimana tidak, sebagai buronan dia selalu dikejar-kejar polisi dan tentara, tapi berhasil lolos. Anehnya, setiap kali hasil wawancaranya dengan wartawan juga foto2nya muncul di Koran. Dia memang tak kenal takut bahkan kelewat berani. Bukannya bersembunyi malah sengaja mempublikasi dirinya di Koran-koran, seolah meledek para pemburunya. Gerombolannya berjumlah 40 orang, namun sukses melawan 200 polisi yang mengepungnya. Sungguh luar biasa!

3. Salvatore Giuliano: the Sicilian Robin Hood

Salvatore Giuliano (1922 – 1950) sering dibandingkan dengan legenda Robin Hood. Salvatore Giuliano adalah seorang petani Sisilia, ia menjadi terkenal karena tindakannya merampok orang kaya dan membagikannya pada warga miskin. Di mata penguasa, Salvatore adalah seorang bandit yg harus dibasmi, tapi di mata rakyat dia adalah seorang yang penuh belas kasih. Ia menjadi salah satu legenda yang tetap dikenang semua orang Sisilia. Salvatore juga terlibat dalam gerakan kemerdekaan Sisilia. Dia aktif memperjuangkan kemerdekaan pulau itu dari pemerintahan Italia. Aksi-aksinya menjadi perhatian media di seluruh. Ketampanannya juga yang membuat tampang dan wajahnya kerap menghiasi media massa, termasuk majalah Time. Ia dilahirkan pada tanggal 16 November 1922 di bagian barat Sisilia, yakni daerah pegunungan desa Montelepre . Dia merupakan generasi terakhir dari kelompok bandit Sicily, namun tidak ada hubungannya dengan kelompok mafiosso. Mereka berkembang dan uniknya, meski kerap berbuat criminal, namun rakyat miskin mencintai mereka. Karena gerombolan bandit ini tidak menjarah dan menyakiti kaum miskin, sebaliknya mereka justru membantu kaum papa. Tak jarang kelompok ini membagi-bagikan hasil jarahannya kepada kaum miskin.
 
Karenanya kenangan akan kemuliaan hati kelompok bandit gunung ini tetap hidup hingga kini. Kisah-kisah mulia terus berkembang dari generasi ke generasi. Bahkan hingga hari ini. Kalau suatu ketika anda berkesempatan berkunjung ke desa-desa di kawasan ini, maka tak perlu heran, kalau menemukan kaum tua-tua desa masih suka memuju-muji mereka. Meski berasal dari kaum miskin, Salvatore giat belajar. Dia adalah anak yang cerdas, yang terbiasa sejak kecil bersekolah juga bekerja. Waktunya benar-benar dimanfaatkan untuk hal positif, termasuk belajar agama. Ia dikenang sebagai pria yang baik yang mempergunakan ilmu yg dimilikinya untuk membantu sesama..

Sebagaimana kebanyakan orang, ia terjun ke dunia bandit karena keterpaksaan hidup. Ayahnya meninggal, kakak tertuanya dipanggil berperang, otomatis ialah menjadi kepala keluarga yang harus member makan keluarganya. Saat itu Salvatore berusia 20 tahun. Di usia muda dia harus memikul beban sangat berat , menjadi tulang punggung keluarga. Salvatore memang tidak berumur panjang, Ia tewas usia 28 tahun. Namun kenangan akan perbuatan baiknya tetap hidup di hati rakyat. Dia sempat terjun ke dunia politik. Sikapnya jelas dan tegas, dia anti komunis, anti-mafioso, dia juga salah satu pemimpin pemberontak di Sicilia. Sikapnya yg kerap dan anti Mafioso ini justru menghantarnya pada maut. Ia dibunuh pada 5 Juli 1950 oleh sepupunya sendiri yang telah dibayar oleh Don, pemimpin mafia dari Palermo.

Wednesday, 11 December 2013

Kisah Heroik Teknisi Kereta Sebelum Tewas Terbakar. Dia sudah masuk gerbong penumpang tapi balik lagi ke ruang masinis.

Foto Sofyan Hadi semasa hidup.
Soryan Hadi. Pria muda berusia 21 tahun ini hanya orang biasa. Namun keberaniannya menyelamatkan penumpang dan merelakan nyawa sendiri melayang dalam kecelakaan kereta tragis di Bintaro, Jakarta Selatan, mengharumkan namanya,  meski tanah basah menutupi jenazahnya, Selasa malam 10 Desember 2013.

Surya Putra, sepupu almarhum Sofyan, menceritakan perbincangan keluarga dengan manajemen PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) yang datang melayat ke rumah duka. Staf KCJ mengatakan, Sofyan adalah pahlawan. Dia memilih menunaikan tugasnya ketimbang menyelamatkan diri sendiri.

Sofyan berada di kabin masinis bersama masinis Darman Prasetyo dan asisten masinis Agus Suroto ketika kereta rel listrik Serpong-Tanah Abang melaju Senin siang itu, 9 Desember 2013. Mendekati perlintasan kereta di kawasan Bintaro, terlihat bahaya menghadang. Truk tangki Pertamina ada di tengah lintasan rel.

Masinis pun meminta Sofyan menyuruh para penumpang di gerbong paling depan mundur ke belakang karena kereta akan menabrak truk tangki itu. Dalam hitungan detik waktu yang tersisa, Sofyan keluar dari kabin masinis dan memerintahkan penumpang mundur sambil berpegangan pada tiang atau kursi penumpang.
Saat itu penumpang sulit bergerak karena gerbong khusus wanita yang berada di bagian paling depan rangkaian amat penuh dan mereka saling berdesakan. Sofyan terus memerintahkan mereka untuk mundur.
Soryan kemudian melihat ada anak kecil di gerbong depan. Dia langsung membawa anak itu bergeser ke gerbong belakang. Sofyan sempat mundur sampai gerbong ketiga demi menyelamatkan anak yang tak dikenalnya itu.

Saat itu, bisa saja Sofyan diam di gerbong itu. Toh dia tahu tabrakan tak bakal terhindarkan. “Tapi dia tidak mau meninggalkan masinis dan asisten masinis yang ada di ruang kemudi. Dia lari lagi balik ke depan, ke kabin masinis. Padahal kalau dia mau, dia bisa loncat cari selamat waktu berada di gerbong tiga. Tapi sepertinya dia tidak mau meninggalkan tanggung jawabnya,” kata Surya.

Ketika Sofyan sudah kembali ke kabin masinis, tabrakan dahsyat pun terjadi. Api berkobar melalap kabin masinis dan gerbong pertama kereta. Sofyan dan kedua rekannya tewas seketika. Jasad mereka ditemukan bertumpukan di kabin masinis.

Keluarga ikhlas

Keluarga ikhlas melepas kepergian Sofyan. Mereka bersyukur atas banyaknya perhatian yang diberikan pada Sofyan. Sejak kecelakaan terjadi hingga proses pemakaman, banyak orang yang membantu.

“Seluruh pihak, mulai dari PT KAI tempat Sofyan bekerja sampai asuransi, semua datang. Dirut KAI bahkan datang langsung. Mereka tak lepas tanggung jawab,” ujar Supriatna, paman Sofyan, di rumah duka di kawasan Bekasi Timur.

“Keluarga sudah ikhlas atas kematian ini. Rezeki dan maut itu  kuasa Allah. Kalau tidak ikhlas, berarti kami tidak percaya Tuhan,” kata dia.

Sebagai bentuk penghargaan tinggi KAI atas dedikasi Sofyan, keluarga Sofyan yang ingin bekerja di KAI bisa langsung masuk tanpa tes. “Sofyan bisa saja memilih tidak kembali ke kabin masinis setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi membantu rekan-rekannya. Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana,” ujar Direktur Utama KAI, Ignasis Jonan.

Masinis yang Tewas Pilih Lindungi Penumpang Ketimbang Selamatkan Diri

Foto masinis yang tewas dalam kecelakaan kereta di Bintaro, Darman Prasetyo, bersama istrinya. Anak korban berdiri di samping foto.
Darman Prasetyo pulang tinggal nama di usia mudanya yang ke-26 tahun. Masinis kereta itu tewas dalam kecelakaan kereta rel listrik yang menabrak tangki truk Pertamina di pintu lintasan kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin 9 Desember 2013.
Darman meninggalkan istri cantik dan anak lelaki yang masih berumur 2 tahun. Jenazah Darman sampai di Tegal, Jawa Tengah, Selasa malam 10 Desember 2013.

Kesedihan serupa menyelimuti rumah duka keluarga asisten masinis Agus Suroto dan teknisi kereta Sofyan Hadi. Mereka semua tewas di usia muda. Agus berumur 24 tahun dan Sofyan 21 tahun. Darman, Agus, dan Sofyan bertugas bersama di kabin masinis kereta maut jurusan Serpong-Tanah Abang Senin itu.
Mereka pun meninggal bersama ketika benturan dahsyat antara KRL dan truk tangki berisi penuh premium, tak terelakkan. Jasad ketiganya ditemukan bertumpuk di kabin masinis.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Ignasius Jonan, melepas jenazah mereka dari Stasiun Gambir dengan mata berkaca-kaca. Jonan angkat topi kepada ketiga anak buahnya itu.
Ia mengatakan, sesungguhnya masinis dan kedua krunya amat bisa menyelamatkan diri lebih dulu sebelum kereta menabrak truk tangki. Posisi mereka di bagian paling depan kereta memungkinkan untuk mengetahui apakah tabrakan bisa dihindarkan atau tidak.

“Tapi mereka bertiga terus berupaya menghindari tabrakan untuk menyelamatkan penumpang, sampai akhirnya tabrakan terjadi,” kata Jonan. Menurutnya, tak semua orang punya dedikasi dan keberanian semacam itu hingga sampai bersedia mengorbankan jiwanya.
“Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana,” ujar Jonan dengan mata berkaca-kaca.

Jonan juga memberi perhatian khusus pada teknisi kereta Sofyan Hadi. Berdasarkan keterangan penumpang perempuan yang berada di gerbong khusus wanita di bagian paling depan rangkaian KRL, Sofyan sempat keluar dari kabin masinis untuk memperingatkan penumpang. “Dia menyuruh penumpang mundur ke belakang mareka kereta mau menabrak truk tangki,” kata Jonan.

Para penumpang wanita di gerbong depan segera bergeser ke belakang sedapatnya mendapat peringatan itu. “Sofyan sepertinya diminta masinis dan asisten masinis memperingatkan penumpang. Masinis dan asistennya sendiri mencoba melakukan penyelamatan dengan pengereman,” ujar Jonan.

Hebatnya, kata Jonan, Sofyan tidak mencoba menyelamatkan diri dengan ikut bergeser ke gerbong belakang. “Sofyan bisa saja tidak kembali ke kabin depan setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi ke kabin membantu rekan-rekannya,” ujar Jonan.

Sebagai penghormatan KAI terhadap ketiga karyawannya yang berani berkorban nyawa, masinis Darman Prasetyo dan asisten masinis Agus Suroto dinaikkan pangkatnya dua tingkat, sedangkan teknisi Sofyan Hadi yang berstatus karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
“Bila ada keluarga mereka yang mau jadi karyawan PT KAI , bisa langsung masuk tanpa tes. Saya yang menjamin. Ini bentuk penghormatan kami,” kata Jonan.

Kesaksian penumpang

Julie Retna, salah satu penumpang selamat yang berada di gerbong khusus wanita paling depan, membenarkan ucapan Jonan. Menurut perempuan 54 tahun itu, ada kru kereta yang keluar dari kabin kemudi untuk memberi tahu penumpang bahwa kereta akan tabrakan.

Julie yang berada dekat dengan kabin masinis lantas mengintip ke pintu kabin yang terbuka. Matanya langsung melihat pemandangan mengerikan di depannya, tabrakan akan terjadi dalam hitungan detik. Hingga kini, Julie yang masih dirawat di rumah sakit masih syok.

Tuesday, 10 December 2013

SIAPA SAJA SIH, PAHLAWAN NASIONAL DI NEGERI INI? LIHAT DAFTAR BERIKUT BESERTA KEPRESNYA


Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden. Sejak dilakukan pemberian gelar ini pada tahun 1959, nomenklaturnya berubah-ubah. Untuk menyelaraskannya, maka dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 disebutkan bahwa gelar Pahlawan Nasional mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya, yaitu:
  • Pahlawan Perintis Kemerdekaan
  • Pahlawan Kemerdekaan Nasional
  • Pahlawan Proklamator
  • Pahlawan Kebangkitan Nasional
  • Pahlawan Revolusi
  • Pahlawan Ampera
Berikut adalah daftar 159 tokoh yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Daftar ini disusun berdasarkan data di situs web Kementerian Sosial per Januari 2010 dilengkapi dengan daftar Pahlawan Nasional yang ditetapkan setelahnya.  Karena perdebatan yang masih berlangsung mengenai statusnya, Pahlawan Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Ampera tidak dimasukkan ke dalam daftar ini.
No.
Nama
Gelar
Tanggal penetapan
Dasar penetapan
1
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 218 Tahun 1959
2
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 305 Tahun 1959
3
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 310 Tahun 1959
4
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 175 Tahun 1960
5
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 590 Tahun 1961
6
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 590 Tahun 1961
7
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 590 Tahun 1961
8
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 590 Tahun 1961
9
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 590 Tahun 1961
10
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 657 Tahun 1961
11
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 657 Tahun 1961
12
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 657 Tahun 1961
13
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 222 Tahun 1962
14
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 342 Tahun 1962
15
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 361 Tahun 1962
16
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 35 Tahun 1963
17
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 53 Tahun 1963[4]
18
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 152 Tahun 1963
19
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 244 Tahun 1963
20
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 245 Tahun 1963
21
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 106 Tahun 1964[5]
22
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 106 Tahun 1964
23
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 108 Tahun 1964
24
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 109 Tahun 1964
25
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 163 Tahun 1964
26
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 163 tahun 1964
27
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 163 Tahun 1964[6]
28
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 190 Tahun 1964
29
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 206 Tahun 1964
30
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 294 Tahun 1964
31
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 294 Tahun 1964
32
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 294 Tahun 1964
33
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 314 Tahun 1964
34
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 314 Tahun 1964
35
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 123 Tahun 1965
36
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Keppres No. 124 Tahun 1965
37
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
38
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
39
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
40
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
41
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
42
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
43
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 111/KOTI/1965
44
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 114/KOTI/1965
45
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 118/KOTI/1965
46
Pahlawan Revolusi
Keppres No. 118/KOTI/1965
47
Pahlawan Nasional
Keppres No. 76 Tahun 1966
48
Pahlawan Nasional
Keppres No. 220 Tahun 1966
49
Pahlawan Nasional
Keppres No. 252 Tahun 1966
50
Pahlawan Nasional
Keppres No. 6/TK/1968
51
Pahlawan Nasional
Keppres No. 06/TK/1968
52
Pahlawan Nasional
Keppres No. 50/TK/1968
53
Pahlawan Nasional
Keppres No. 50/TK/1968
54
Pahlawan Nasional
Keppres No. 10/TK/1969
55
Pahlawan Nasional
Keppres No. 12/TK/1969
56
Pahlawan Nasional
Keppres No. 12/TK/1969[7]
57
Pahlawan Nasional
Keppres No. 12/TK/1969
58
Pahlawan Nasional
Keppres No. 39/TK/1970
59
Pahlawan Nasional
Keppres No. 45/TK/1970
60
Pahlawan Nasional
Keppres No. 16/TK/1971
61
Pahlawan Nasional
Keppres No. 42/TK/1971
62
Pahlawan Nasional
Keppres No. 64/TK/1972
63
Pahlawan Nasional
Keppres No. 87/TK/1973
64
Pahlawan Nasional
Keppres No. 87/TK/1973
65
Pahlawan Nasional
Keppres No. 87/TK/1973
66
Pahlawan Nasional
Keppres No. 87/TK/1973
67
Pahlawan Nasional
Keppres No. 87/TK/1973
68
Pahlawan Nasional
Keppres No. 87/TK/1973
69
Pahlawan Nasional
Keppres No. 88/TK/1973
70
Pahlawan Nasional
Keppres No. 88/TK/1973[8]
71
Pahlawan Nasional
Keppres No. 88/TK/1973
72
Pahlawan Nasional
Keppres No. 88/TK/1973
73
Pahlawan Nasional
Keppres No. 88/TK/1973
74
Prof. Dr. Suharso
Pahlawan Nasional
Keppres No. 88/TK/1973
75
Pahlawan Nasional
Keppres No. 71/TK/1974
76
Pahlawan Nasional
Keppres No. 71/TK/1974
77
Pahlawan Nasional
Keppres No. 71/TK/1974[9]
78
Pahlawan Nasional
Keppres No. 84/TK/1974
79
Pahlawan Nasional
Keppres No. 84/TK/1974
80
Pahlawan Nasional
Keppres No. 63/TK/1975
81
Pahlawan Nasional
Keppres No. 63/TK/1975
82
Pahlawan Nasional
Keppres No. 63/TK/1975
83
Pahlawan Nasional
Keppres No. 63/TK/1975
84
Pahlawan Nasional
Keppres No. 106/TK/1975
85
Pahlawan Nasional
Keppres No. 106/TK/1975
86
Pahlawan Nasional
Keppres No. 106/TK/1975
87
Pahlawan Nasional
Keppres No. 79/TK/1977
88
Pahlawan Nasional
Keppres No. 63/TK/1984
89
Pahlawan Proklamator
Pahlawan Nasional
Keppres No. 81/TK/1986
Keppres No. 83/TK/2012[10][11]
90
Pahlawan Proklamator
Pahlawan Nasional
Keppres No. 81/TK/1986
Keppres No. 84/TK/2012[10][11]
91
Pahlawan Nasional
Keppres No. 81/TK/1986
92
Pahlawan Nasional
Keppres No. 81/TK/1986
93
Pahlawan Nasional
Keppres No. 48/TK/1988
94
Pahlawan Nasional
Keppres No. 53/TK/1990
95
Pahlawan Nasional
Keppres No. 77/TK/1993
96
Pahlawan Nasional
Keppres No. 77/TK/1993
97
Pahlawan Nasional
Keppres No. 77/TK/1993
98
Pahlawan Nasional
Keppres No. 77/TK/1993
99
Pahlawan Nasional
Keppres No. 77/TK/1993
100
Pahlawan Nasional
Keppres No. 71/TK/1995
101
Pahlawan Nasional
Keppres No. 71/TK/1995
102
Pahlawan Nasional
Keppres No. 71/TK/1995
103
Pahlawan Nasional
Keppres No. 60/TK/1996
104
Pahlawan Nasional
Keppres No. 72/TK/1997
105
Pahlawan Nasional
Keppres No. 107/TK/1998
106
Pahlawan Nasional
Keppres No. 108/TK/1998
107
Pahlawan Nasional
Keppres No. 109/TK/1998
108
Pahlawan Nasional
Keppres No. 109/TK/1998
109
Pahlawan Nasional
Keppres No. 74/TK/1999
110
Pahlawan Nasional
Keppres No. 74/TK/1999
111
Pahlawan Nasional
Keppres No. 114/TK/1999
112
Pahlawan Nasional
Keppres No. 118/TK/2000
113
Pahlawan Nasional
Keppres No. 109/TK/2001
114
Pahlawan Nasional
Keppres No. 110/TK/2001
115
Pahlawan Nasional
Keppres No. 73/TK/2002
116
Pahlawan Nasional
Keppres No. 73/TK/2002
117
Pahlawan Nasional
Keppres No. 73/TK/2002
118
Pahlawan Nasional
Keppres No. 73/TK/2002
119
Pahlawan Nasional
Keppres No. 73/TK/2002
120
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2003
121
Pahlawan Nasional
Keppres No. 89/TK/2004
122
Pahlawan Nasional
Keppres No. 89/TK/2004
123
Pahlawan Nasional
Keppres No. 89/TK/2004
124
Pahlawan Nasional
Keppres No. 89/TK/2004
125
Pahlawan Nasional
Keppres No. 89/TK/2004
126
Pahlawan Nasional
Keppres No. 89/TK/2004
127
Pahlawan Nasional
Keppres No. 82/TK/2005
128
Pahlawan Nasional
Keppres No. 82/TK/2005
129
Pahlawan Nasional
Keppres No. 82/TK/2005
130
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
131
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
132
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
133
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
134
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
135
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
136
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
137
Pahlawan Nasional
Keppres No. 85/TK/2006[12]
138
Pahlawan Nasional
Keppres No. 66/TK/2007[13]
139
Pahlawan Nasional
Keppres No. 66/TK/2007[13]
140
Pahlawan Nasional
Keppres No. 66/TK/2007[13]
141
Pahlawan Nasional
Keppres No. 66/TK/2007[13]
142
Pahlawan Nasional
Keppres No. 41/TK/2008[14]
143
Pahlawan Nasional
Keppres No. 41/TK/2008[14]
144
Pahlawan Nasional
Keppres No. 41/TK/2008[14]
145
Pahlawan Nasional
Keppres No. 58/TK/2009[15]
146
Pahlawan Nasional
Keppres No. 58/TK/2009[15]
147
Pahlawan Nasional
Keppres No. 58/TK/2009[15]
148
Pahlawan Nasional
Keppres No. 52/TK/2010[16]
149
Pahlawan Nasional
Keppres No. 52/TK/2010[16]
150
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
151
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
152
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
153
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
154
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
155
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
156
Pahlawan Nasional
Keppres No. 113/TK/2011[17]
157
Pahlawan Nasional
Keppres No. 68/TK/2013[18]
158
Pahlawan Nasional
Keppres No. 68/TK/2013[18]
159
Pahlawan Nasional
Keppres No. 68/TK/2013[18]