Wednesday 11 December 2013

Masinis yang Tewas Pilih Lindungi Penumpang Ketimbang Selamatkan Diri

Foto masinis yang tewas dalam kecelakaan kereta di Bintaro, Darman Prasetyo, bersama istrinya. Anak korban berdiri di samping foto.
Darman Prasetyo pulang tinggal nama di usia mudanya yang ke-26 tahun. Masinis kereta itu tewas dalam kecelakaan kereta rel listrik yang menabrak tangki truk Pertamina di pintu lintasan kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin 9 Desember 2013.
Darman meninggalkan istri cantik dan anak lelaki yang masih berumur 2 tahun. Jenazah Darman sampai di Tegal, Jawa Tengah, Selasa malam 10 Desember 2013.

Kesedihan serupa menyelimuti rumah duka keluarga asisten masinis Agus Suroto dan teknisi kereta Sofyan Hadi. Mereka semua tewas di usia muda. Agus berumur 24 tahun dan Sofyan 21 tahun. Darman, Agus, dan Sofyan bertugas bersama di kabin masinis kereta maut jurusan Serpong-Tanah Abang Senin itu.
Mereka pun meninggal bersama ketika benturan dahsyat antara KRL dan truk tangki berisi penuh premium, tak terelakkan. Jasad ketiganya ditemukan bertumpuk di kabin masinis.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Ignasius Jonan, melepas jenazah mereka dari Stasiun Gambir dengan mata berkaca-kaca. Jonan angkat topi kepada ketiga anak buahnya itu.
Ia mengatakan, sesungguhnya masinis dan kedua krunya amat bisa menyelamatkan diri lebih dulu sebelum kereta menabrak truk tangki. Posisi mereka di bagian paling depan kereta memungkinkan untuk mengetahui apakah tabrakan bisa dihindarkan atau tidak.

“Tapi mereka bertiga terus berupaya menghindari tabrakan untuk menyelamatkan penumpang, sampai akhirnya tabrakan terjadi,” kata Jonan. Menurutnya, tak semua orang punya dedikasi dan keberanian semacam itu hingga sampai bersedia mengorbankan jiwanya.
“Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana,” ujar Jonan dengan mata berkaca-kaca.

Jonan juga memberi perhatian khusus pada teknisi kereta Sofyan Hadi. Berdasarkan keterangan penumpang perempuan yang berada di gerbong khusus wanita di bagian paling depan rangkaian KRL, Sofyan sempat keluar dari kabin masinis untuk memperingatkan penumpang. “Dia menyuruh penumpang mundur ke belakang mareka kereta mau menabrak truk tangki,” kata Jonan.

Para penumpang wanita di gerbong depan segera bergeser ke belakang sedapatnya mendapat peringatan itu. “Sofyan sepertinya diminta masinis dan asisten masinis memperingatkan penumpang. Masinis dan asistennya sendiri mencoba melakukan penyelamatan dengan pengereman,” ujar Jonan.

Hebatnya, kata Jonan, Sofyan tidak mencoba menyelamatkan diri dengan ikut bergeser ke gerbong belakang. “Sofyan bisa saja tidak kembali ke kabin depan setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi ke kabin membantu rekan-rekannya,” ujar Jonan.

Sebagai penghormatan KAI terhadap ketiga karyawannya yang berani berkorban nyawa, masinis Darman Prasetyo dan asisten masinis Agus Suroto dinaikkan pangkatnya dua tingkat, sedangkan teknisi Sofyan Hadi yang berstatus karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
“Bila ada keluarga mereka yang mau jadi karyawan PT KAI , bisa langsung masuk tanpa tes. Saya yang menjamin. Ini bentuk penghormatan kami,” kata Jonan.

Kesaksian penumpang

Julie Retna, salah satu penumpang selamat yang berada di gerbong khusus wanita paling depan, membenarkan ucapan Jonan. Menurut perempuan 54 tahun itu, ada kru kereta yang keluar dari kabin kemudi untuk memberi tahu penumpang bahwa kereta akan tabrakan.

Julie yang berada dekat dengan kabin masinis lantas mengintip ke pintu kabin yang terbuka. Matanya langsung melihat pemandangan mengerikan di depannya, tabrakan akan terjadi dalam hitungan detik. Hingga kini, Julie yang masih dirawat di rumah sakit masih syok.

No comments:

Post a Comment