Kelima pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terpilih periode 2014-2019 secara resmi telah dilantik, Rabu, 8 Oktober 2014. Kelima pimpinan MPR itu adalah, Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR, Wakil Ketua MPR Mahyudin (Golkar), EE Mangindaan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), dan Oesman Sapta Odang (DPD).
Kelima pimpinan baru ini dilantik setelah melalui proses lobi politik dan pemungutan suara di parlemen. Zulkifli Cs masuk dalam usulan paket pimpinan MPR dari Koalisi Merah Putih (KMP) atau paket B yang memperoleh suara terbanyak.
Dari 680 banyaknya suara, Paket B mendapatkan suara sebanyak 347, sementara paket A memperoleh 332 suara. Serta sebanyak 1 suara abstain.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di KPK, para pimpinan MPR sebelumnya diketahui merupakan pejabat negara dan pernah melaporkan kekayaannya ke KPK. Berikut laporan harta pimpinan MPR terpilih:
Zulkifli Hasan
Mantan Menteri Kehutanan ini terakhir melaporkan LHKPNnya ke KPK pada 16 April 2013. Zulkifli diketahui memiliki aset kekayaan seluruhnya mencapai Rp. 24.438.944.000 dan US$50 ribu.
Jumlah tersebut terdiri dari harta tidak bergerak berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Jakarta Timur dan Kabupaten Bogor yang nilainya mencapai Rp.12.570.044.000.
Untuk kendaraan, politikus PAN itu hanya melaporkan satu unit Toyota Alphard senilai Rp. 650 juta. Dia juga memiliki Logam Mulia senilai Rp. 540 juta, Surat Berharga Rp. 6.027.000.000, Giro setara kas Rp.4.651.900.000 dan US$50 ribu.
E.E Mangindaan
Politikus Demokrat, E.E Mangindaan sebelumnya menjabat Menteri Perhubungan dan pernah juga menjabat Manteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi diketahui terkahir melaporkan harta kekayaanya pada 13 November 2009.
Mangindaan melaporkan total aset kekayaannya ke KPK senilai Rp. 4.933.207.188. Jumlah tersebut terdiri dari harta tidak bergerak senilai Rp3.554.179.300, berupa tanah dan bangunan di Gorontalo, Bekasi, Jakarta Timur, Manado, Minahasa, Bitung, Tangerang dan Bogor.
Sementara harta bergerak berupa kendaraan, pada 2008 Mangindaan pernah melaporkan aset kendaraan mobil BMW senilai Rp200 juta, namun pada laporannya tahun 2009, dia tidak melaporkan aset kendaraan yang dia miliki.
Mangindaan melaporkan harta bergerak lainnya, berupa peternakan dan perkebunan senilai Rp900 juta, yang terdiri dari peternakan ikan air tawar, perkebunan kelapa, ladang sawah dan hutan jati.
Untuk Logam Mulia dan Batu Mulia, Mangindaan melaporkan jumlah yang dia miliki senilai Rp268.500.000, sedangkan Giro dan setara kas Rp. 210.527.888.
Hidayat Nur Wahid
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid terakhir melaporkan harta kekayaannya ke KPK pada 28 Maret 2012. Saat itu, dia melaporkan total asetnya senilai Rp. 12.145.267.142 dan US$7.500.
Jumlah tersebut terdiri dari harta tak bergerak berupa tanah dan bangunan yang berada di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Kota Bekasi dan kabupaten Bogor yang jumlahnya senilai Rp. 5.147.054.000.
Sementara itu, untuk harta bergerak, seperti kendaraan bermotor, bekas Ketua MPR itu melaporkan jumlahnya senilai Rp.808 juta. Diantaranya motor Honda Astrea, mobil Toyota Fortuner, Nissan Serena, Toyota Yaris dan Toyota Alphard.
Untuk harta bergerak lainnya, Hidayat memiliki Logam dan Batu Mulia senilai Rp. 462 juta, Surat Berharga Rp. 3.186.500.000
Giro setara kas senilai Rp2.541.713.142 dan US$7.500.
Mahyudin
Politikus Partai Golkar, Mahyudin diketahui terakhir melaporkan harta kekayaannya pada 29 Januari 2010 dengan total kekayaan mencapai Rp. 8.715.763.916.
Yang terdiri dari harta tidak bergerak berupa tanah dan bangunan di Kutai Timur, Kabupaten Tangerang, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat senilai Rp.5.932.251.000.
Sedangkan untuk harta yang tidak bergerak berupa mobil dan motor tercatat senilai Rp.722 juta. Untuk Logam dan Batu Mulia, Mahyudin melaporkan jumlahnya senilai Rp.813 juta dan Giro setara kas senilai Rp1.248.512.916.
Oesman Sapta Odang
Oesman Sapta sebelumnya pernah menjabat Wakil Ketua MPR RI pada periode 1999-2004, dia terakhir melaporkan laporan harta kekayaanya ke KPK pada 31 Agustus 2002. Saat itu, total harta yang dia laporkan berjumlah Rp54.581.173.450 dan US$122.484.
Pemilik OSO Grup itu memiliki aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Jakarta Selatan dan Pontianak, Kalimantan Barat, dengan nilai Rp.12.975.360.000.
Selanjutnya untuk harta bergerak berupa kendaraan bermotor, pria yang akran disapa Oso itu melaporkan asetnya senilai Rp.2.675.000.000, yang terdiri dari BMW X5, Jaguar, Mercedes Benz, Volvo, Hyundai Accent dan KIA Carnival. Oso juga melampirkan aset berupa kapal laut 10.000 DWT, namun tidak dilampirkan nilainya.
Sementara itu, untuk logam mulia dan barang antik, tercatat senilai Rp.227 juta. Harta bergerak lainnya berupa furnitur senilai Rp.1.295.500.000, Surat Berharga Rp.34.138.313.450, Giro setara kas senilai Rp3.270.000.000 dan US$.122.484.
Oso juga tercatat memiliki utang dalam bentuk pinjaman barang senilai Rp.536.938.500.