Wednesday 11 December 2013

BENCANA BESAR AKAN TERJADI JIKA GUNUNG API SUPER YELLOWSTONE JADI MELETUS, 2 PER 3 WILAYAH AMERIKA AKAN HANCUR

Pada 29 Agustus 1870, seorang letnan Angkatan Darat berusia 30 tahun Gustavus Doane, anggota ekspedisi penjelajahan kawasan Yellowstone di wilayah teritori Wyoming, dengan susah-payah mendaki ke puncak Gunung Washburn di atas Sungai Yellowstone. Sambil memandang ke selatan, dia menyadari ada sesuatu yang hilang dari bentang Pegunungan Rocky, yaitu pegunungan. Dalam rentang berkilo-kilometer, satu-satunya ketinggian hanya ada di kejauhan, mengurung lembah berhutan yang amat luas. Bagi Doane, hanya ada satu cara untuk menjelaskan mengapa tak ada pegunungan di Pegunungan Rocky. “Lembah besar itu,” begitu tulisnya, “dulunya adalah kawah besar gunung api yang sekarang sudah tak ada lagi.”
Si letnan memang benar. Yellowstone adalah sebuah gunung api dan bukan cuma gunung api biasa. Taman nasional tertua dan paling terkenal di Amerika Serikat itu tepat berada di puncak salah satu gunung api terbesar di Bumi. Bagaimanapun, Doane keliru dalam satu aspek penting. Gunung api Yellowstone masih ada. Sampai taraf tertentu yang belum pasti, gunung api itu masih sangat aktif.
Ada yang namanya gunung api, ada juga yang namanya gunung api super. Yang terakhir ini belum punya definisi yang disepakati semua orang—istilah tersebut dipopulerkan lewat siaran dokumenter BBC pada 2000—tetapi, sejumlah ilmuwan menggunakannya untuk menjelaskan letusan yang kehebatan dan volumenya luar biasa. Badan Survei Geologi AS menerapkan istilah itu bagi letusan yang melontarkan lebih dari 1.000 kilometer kubik batu apung dan abu dari serangkaian letusan—lebih dari 50 kali lipat letusan Krakatau yang sangat terkenal pada 1883, yang menewaskan lebih dari 36.000 orang. Gunung api membentuk pegunungan; gunung api super justru menghancurkan pegunungan. Gunung api mematikan tumbuhan dan binatang yang berada dalam radius beberapa kilometer; gunung api super menyebabkan seluruh spesies terancam punah dengan mengubah iklim di seantero Bumi.


 

Belum pernah ada catatan dalam sejarah umat manusia tentang gunung api super yang meletus, tetapi para ahli geologi sudah dapat memperkirakan seperti apa letusannya. Pertama-tama, lapisan batu panas menyeruak naik dari perut planet, melelehkan batu yang berada tepat di bawah kerak Bumi, menciptakan tandon raksasa yang dipenuhi campuran bertekanan dari magma, batu setengah padat, uap air terlarut, karbon dioksida, dan berbagai gas lainnya. Seiring dengan pertambahan magma yang terakumulasi di dalam tandon dalam kurun ribuan tahun, tanah di atas tandon mulai naik membentuk kubah setinggi beberapa sentimeter. Berbagai rekahan pun membuka di sepanjang tepian kubah, seakan-akan perampok menggergaji lubang dari bawah lantai kayu. Ketika tekanan dalam tandon magma lepas melalui rekahan-rekahan itu, gas-gas terlarut langsung meledak dalam reaksi pelepasan raksasa. Seperti “membuka botol Coca Cola setelah kita mengocoknya,” kata Bob Christiansen, ilmuwan Badan Survei Geologi A.S. yang merintis penelitian di gunung api Yellowstone pada 1960-an. Karena tandon magma kosong, permukaan tanah pun runtuh. Seluruh kawasan kubah runtuh memasuki planet, seakan-akan Bumi melahap dirinya sendiri. Yang tersisa adalah kaldera raksasa, dari kata bahasa Spanyol untuk “cauldron” atau ketel.


Daerah “titik panas” yang membentuk kaldera Yellowstone sudah meletus lusinan kali di masa lalu dan sudah berlangsung selama kira-kira 18 juta tahun. Karena titik panas tersebut berakar jauh di perut Bumi dan lempeng tektonik di atasnya bergerak ke arah barat daya, kaldera-kaldera yang gentayangan dan berasal dari letusan yang lebih kuno berselang-seling seperti serangkaian manik-manik raksasa di bagian selatan Idaho hingga memasuki wilayah Oregon dan Nevada. Aliran lava yang selanjutnya terjadi membentuk bentang alam mirip di bulan, yakni Dataran Sungai Ular yang tampilannya mengerikan.
Bagaimanapun, dampak letusan-letusan zaman dulu itu masih sangat terasa dewasa ini. Pohon Pinus contorta yang mendominasi hutan taman nasional tumbuh dengan beradaptasi pada lahan yang miskin zat hara seperti di kaldera Yellowstone. Demikian pula pinus berkulit putih (Pinus albicaulis), yang buahnya menjadi santapan beruang grizzli (Ursus (arctos) horribilis) dan beruang hitam (Ursus (Euarctos) americanus).
Dan tentu saja, sampai sekarang pun lahan itu boleh dikatakan sangat panas. Ikan trout yang menguasai sungai tidak akan berlimpah ruah jika tidak ada dampak pemanasan mata air hidrotermal di dasar Danau Yellowstone yang beku. Taman ini menjadi keruh oleh geiser, fumarol, gunung api lumpur, dan kegiatan hidrotermal lainnya. Separuh geiser di Bumi berada di Yellowstone. Semua fitur hidrotermal tadi terus berubah suhunya dan perilakunya, sementara fitur baru bermunculan di hutan, memuntahkan awan uap yang dapat terlihat dari pesawat udara, memancarkan uap yang diketahui mampu menewaskan bison dalam seketika.

 Meski terjadi “semburan gas yang sangat ganas” ini, begitu kata seorang penjelajah masa awal, gunung api di bawah Yellowstone sudah lama diperkirakan punah, sebagaimana yang diyakini Doane, atau setidaknya sedang sekarat. Dan memang begitulah, setelah dilakukan survei oleh pemerintah federal pada akhir abad ke-19, kegiatan dan kapasitas gunung api Yellowstone tidak terlalu diperhatikan secara ilmiah selama puluhan tahun. Kemudian, pada akhir 1950-an, seorang mahasiswa pascasarjana Harvard yang masih muda Francis “Joe” Boyd terpesona oleh kehadiran batuan tufa—lapisan tebal abu padat nan panas yang disadarinya merupakan tanda aliran piroklastik dari letusan hebat, yang menurut ukuran waktu geologis, terjadi belum begitu lama.
Pada 1965 Bob Christiansen menemukan tufa kedua yang amat jelas; tahun berikutnya dia dan beberapa rekannya mengenali yang ketiga. Dengan menggunakan penentuan-umur dengan potasium-argon, mereka menentukan bahwa ketiga tufa itu adalah hasil tiga kali letusan. Setiap letusan membentuk kaldera raksasa, dan letusan yang terakhir boleh dikatakan menutupi semua bukti terjadinya kedua letusan sebelumnya.
Kemudian, di suatu hari pada 1973, Bob Smith dan seorang rekannya sedang melakukan penelitian di Pulau Peale, di Sayap Selatan Danau Yellowstone, ketika Smith menyadari ada sesuatu yang ganjil: Beberapa pohon di sepanjang garis pantai tampak terbenam sebagian dan hampir mati. Dia pernah melakukan penelitian di daerah itu pada 1956 dan berencana hendak menggunakan dermaga kapal yang sama seperti perjalanannya terdahulu. Tetapi, dermaga itu juga terendam. Ada apa ini?
Karena tergoda, Smith mulai melakukan survei ulang terhadap patok yang ditempatkan pegawai taman di berbagai jalan di seluruh taman nasional sejak 1923. Hasil surveinya menunjukkan bahwa Lembah Hayden yang berada di puncak kaldera sebelah utara danau, naik sekitar 75 cm dalam kurun waktu sekian puluh tahun. Namun, ujung bawah danau sama sekali tidak naik. Akibatnya, ujung utara danau naik dan menyebabkan air mengalir ke bawah ke ujung selatan. Tanahnya membentuk kubah. Gunung api itu ternyata masih aktif.


Smith mempublikasikan hasil surveinya pada 1979, dan dalam sejumlah wawancara menyebut Yellowstone sebagai “kaldera hidup yang bernafas.” Kemudian, pada 1985, setelah diberondong oleh “serbuan” gempa bumi yang kebanyakan berkekuatan kecil, kawasan itu menjadi tenang lagi. Smith mengubah metaforanya: Yellowstone sekarang merupakan “kaldera hidup, bernapas, dan bergoyang.”
Bertahun-tahun sejak saat itu, Smith dan rekan-rekannya menggunakan segala cara untuk memahami apa yang sedang terjadi di bawah taman nasional itu. Secara berangsur-angsur, proporsi dan potensi sistem gunung api bawah tanah pun mulai terkuak. Di level yang paling dangkal, air permukaan merembes beberapa kilometer ke dalam kerak Bumi, memanas, dan mendidih, lalu kembali ke atas, memasok geiser dan fumarol. Di kedalaman sekitar delapan hingga 10 kilometer terdapat puncak kantong magma, sebuah tandon dari sebagian batuan cair yang lebarnya kira-kira 50 kilometer. Magma basaltik terperangkap di dalam tandon oleh lapisan magma sangat asam yang lebih padat, yang terapung di atas basalt cair seperti kepala susu. Para ilmuwan mengamati bagaimana gelombang suara yang diciptakan gempa menyebar melalui bebatuan bawah-permukaan dengan densitas yang beragam. Dari pengamatan itu disimpulkan bahwa kantong magma dipenuhi oleh lapisan batu panas berukuran raksasa yang naik dari mantel Bumi bagian atas, miring ke bawah ke arah barat laut dengan sudut 60 derajat, dan dasarnya mungkin berada 650 kilometer di bawah permukaan. Ketika lapisan itu memompakan panas lebih banyak ke dalam kantong, tanah akan mendesak ke atas. Gempa kecil menyebabkan cairan hidrotermal lepas ke permukaan, mengendurkan tekanan di dalam kantong dan menyebabkan tanah tenang kembali.
Setelah serbuan gempa pada 1985, Yellowstone turun 20 cm selama kurun waktu kira-kira satu dasawarsa. Kemudian naik kembali, kali ini dengan lebih cepat. Sejak 2004, sebagian kaldera mendesak ke atas dengan kecepatan hampir delapan cm setahun, jauh lebih cepat daripada pengangkatan yang terpantau sejak dilakukannya pengamatan cermat yang dimulai pada 1970-an. Permukaannya terus naik, meskipun terjadi serangkaian gempa yang berlangsung 11 hari yang dimulai di akhir 2008. Hal ini menimbulkan desas-desus di internet tentang akan terjadinya kiamat.
“Kami menyebut peristiwa ini kaldera yang bergejolak,” ujar Smith. “Hasil akhir setelah berlangsungnya beberapa siklus adalah bahwa pada akhirnya terkumpul magma dalam jumlah yang cukup untuk bisa meletus. Kami juga belum memahami sifat siklus tersebut.”

Jadi, pertanyaan terbesar: Apakah Yellowstone akan meletus lagi?
Letusan jenis tertentu—mungkin letusan ringan seperti letusan Gunung Pinatubo di Filipina yang menewaskan 800 orang pada 1991—sangat mungkin terjadi di suatu saat nanti. Peluang terjadinya letusan hebat yang membentuk kaldera—malapetaka besar yang mungkin dapat menelan korban ribuan jiwa dan menenggelamkan Bumi ke dalam musim dingin gunung api—tak seorang pun tahu; bisa saja hal ini terjadi di masa kini, atau 100.000 tahun lagi, atau lebih lama lagi, atau mungkin juga tidak akan pernah terjadi. Bob Christiansen yang sekarang sudah pensiun menduga gunung api super mungkin tidak akan pernah meletus. Dalam sebagian besar riwayatnya, titik panas Yellowstone membentuk kaldera di bagian lapisan tipis kerak Lembah dan Pegunungan di Amerika Barat. Sekarang titik panas terbenam di bawah kerak yang jauh lebih tebal, kerak Pegunungan Rocky.
“Menurut pendapatku, kegiatan di bawah Yellowstone boleh dikatakan sudah menyeimbangkan diri,” ujar Christiansen. Kemudian, dengan cepat dia menambahkan, “Tetapi, itu adalah penafsiran yang belum tentu benar.”





Jika Gunung Ini Meletus, 2/3 Amerika Hancur


Taman Nasional Yellowstone di negara bagian Wyoming, Montana, dan Idaho, Amerika Serikat berada tepat di bawah puncak salah satu gunung api terbesar di dunia, Yellowstone. Sebuah supervulkano atau gunung api super.
Para ahli mengkhawatirkan, gunung yang masih aktif ini bakal meletus. Apalagi, kaldera Yellowstone menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas sejak tahun 2004 lalu.
Apa yang terjadi jika Yellowstone meletus? Jawabannya, tragedi. Kekuatan erupsinya diperkirakan ribuan kali lebih kuat dari letusan gunung St Helena pada tahun 1980.
Yellowstone akan memuntahkan lava ke langit, sementara abunya yang panas akan mematikan tanaman dan mengubur wilayah sekitarnya hingga radius 1.000 mil atau lebih dari 1.600 kilometer.
Tak hanya itu, dua per tiga wilayah Amerika Serikat bisa jadi tak bisa dihuni karena udara beracun yang berhembus dari kaldera. Ribuan penerbangan terpaksa dibatalkan, jutaan orang menjadi pengungsi.
Ini adalah mimpi buruk yang diprediksi para ilmuwan, jika Yellowstone kembali meletus untuk kali pertamanya dalam 600.000 tahun. Berita buruknya, ini mungkin terjadi di masa depan.
Penelitian menunjukkan, kaldera Yellowstone telah meletus tiga kali dalam kurun waktu 2,1 juta tahun.
Kekhawatiran para ahli bukannya tanpa dasar. Peningkatan terekam sejak tujuh tahun lalu. Juga, dalam tiga tahun terakhir, lantai gunung naik tiga inchi per tahun. Ini tingkat peningkatan tercepat sejak pencatatan yang dimulai tahun 1923.
Namun, kurangnya data tak memungkinkan para ilmuwan memprediksi kapan gunung super itu bakal meletus.
Ahli vulkanologi dari University of Utah, Bob Smith mengatakan, pengangkatan itu luar biasa karena meliputi wilayah yang cukup luas.
Awalnya, tambah dia, para ilmuwan khawatir peningkatan itu bisa mengarah ke letusan. Untungnya, “kami melihat magma berada di kedalaman sepuluh kilometer, kami tidak begitu khawatir,” kata dia, seperti dimuat Daily Mail, Selasa 25 Januari 2011.
Lain halnya jika magma berada di kedalaman dua atau tiga kilometer, para ahli bakal panik.
Sementara, Robert B. Smith, profesor geofisika di University of Utah, mengatakan, ruang magma gunung super itu terisi batu yang mencair.
“Tapi kita tidak tahu berapa lama proses ini berlangsung sebelum akhirnya terjadi letusan, atau sebaliknya aliran batu cair berhenti dan kaldera kembali rata.”
Para ilmuwan yang memantau Yellowstone percaya, ruang penyimpanan magma atau reservoir yang membengkak di kedalaman enam mil di bawah tanah mungkin menyebabkan pengangkatan itu.
Para ilmuwan juga mengamati gumpalan seperti kue panekuk yang terbentuk dari  batuan cair seukuran kota Los Angeles di lokasi itu.
Karena kondisinya yang ekstrem, sulit bagi ilmuwan untuk menentukan apa sebenarnya yang sedang terjadi di bawah Yellowstone.

Kisah Heroik Teknisi Kereta Sebelum Tewas Terbakar. Dia sudah masuk gerbong penumpang tapi balik lagi ke ruang masinis.

Foto Sofyan Hadi semasa hidup.
Soryan Hadi. Pria muda berusia 21 tahun ini hanya orang biasa. Namun keberaniannya menyelamatkan penumpang dan merelakan nyawa sendiri melayang dalam kecelakaan kereta tragis di Bintaro, Jakarta Selatan, mengharumkan namanya,  meski tanah basah menutupi jenazahnya, Selasa malam 10 Desember 2013.

Surya Putra, sepupu almarhum Sofyan, menceritakan perbincangan keluarga dengan manajemen PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) yang datang melayat ke rumah duka. Staf KCJ mengatakan, Sofyan adalah pahlawan. Dia memilih menunaikan tugasnya ketimbang menyelamatkan diri sendiri.

Sofyan berada di kabin masinis bersama masinis Darman Prasetyo dan asisten masinis Agus Suroto ketika kereta rel listrik Serpong-Tanah Abang melaju Senin siang itu, 9 Desember 2013. Mendekati perlintasan kereta di kawasan Bintaro, terlihat bahaya menghadang. Truk tangki Pertamina ada di tengah lintasan rel.

Masinis pun meminta Sofyan menyuruh para penumpang di gerbong paling depan mundur ke belakang karena kereta akan menabrak truk tangki itu. Dalam hitungan detik waktu yang tersisa, Sofyan keluar dari kabin masinis dan memerintahkan penumpang mundur sambil berpegangan pada tiang atau kursi penumpang.
Saat itu penumpang sulit bergerak karena gerbong khusus wanita yang berada di bagian paling depan rangkaian amat penuh dan mereka saling berdesakan. Sofyan terus memerintahkan mereka untuk mundur.
Soryan kemudian melihat ada anak kecil di gerbong depan. Dia langsung membawa anak itu bergeser ke gerbong belakang. Sofyan sempat mundur sampai gerbong ketiga demi menyelamatkan anak yang tak dikenalnya itu.

Saat itu, bisa saja Sofyan diam di gerbong itu. Toh dia tahu tabrakan tak bakal terhindarkan. “Tapi dia tidak mau meninggalkan masinis dan asisten masinis yang ada di ruang kemudi. Dia lari lagi balik ke depan, ke kabin masinis. Padahal kalau dia mau, dia bisa loncat cari selamat waktu berada di gerbong tiga. Tapi sepertinya dia tidak mau meninggalkan tanggung jawabnya,” kata Surya.

Ketika Sofyan sudah kembali ke kabin masinis, tabrakan dahsyat pun terjadi. Api berkobar melalap kabin masinis dan gerbong pertama kereta. Sofyan dan kedua rekannya tewas seketika. Jasad mereka ditemukan bertumpukan di kabin masinis.

Keluarga ikhlas

Keluarga ikhlas melepas kepergian Sofyan. Mereka bersyukur atas banyaknya perhatian yang diberikan pada Sofyan. Sejak kecelakaan terjadi hingga proses pemakaman, banyak orang yang membantu.

“Seluruh pihak, mulai dari PT KAI tempat Sofyan bekerja sampai asuransi, semua datang. Dirut KAI bahkan datang langsung. Mereka tak lepas tanggung jawab,” ujar Supriatna, paman Sofyan, di rumah duka di kawasan Bekasi Timur.

“Keluarga sudah ikhlas atas kematian ini. Rezeki dan maut itu  kuasa Allah. Kalau tidak ikhlas, berarti kami tidak percaya Tuhan,” kata dia.

Sebagai bentuk penghargaan tinggi KAI atas dedikasi Sofyan, keluarga Sofyan yang ingin bekerja di KAI bisa langsung masuk tanpa tes. “Sofyan bisa saja memilih tidak kembali ke kabin masinis setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi membantu rekan-rekannya. Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana,” ujar Direktur Utama KAI, Ignasis Jonan.

Masinis yang Tewas Pilih Lindungi Penumpang Ketimbang Selamatkan Diri

Foto masinis yang tewas dalam kecelakaan kereta di Bintaro, Darman Prasetyo, bersama istrinya. Anak korban berdiri di samping foto.
Darman Prasetyo pulang tinggal nama di usia mudanya yang ke-26 tahun. Masinis kereta itu tewas dalam kecelakaan kereta rel listrik yang menabrak tangki truk Pertamina di pintu lintasan kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin 9 Desember 2013.
Darman meninggalkan istri cantik dan anak lelaki yang masih berumur 2 tahun. Jenazah Darman sampai di Tegal, Jawa Tengah, Selasa malam 10 Desember 2013.

Kesedihan serupa menyelimuti rumah duka keluarga asisten masinis Agus Suroto dan teknisi kereta Sofyan Hadi. Mereka semua tewas di usia muda. Agus berumur 24 tahun dan Sofyan 21 tahun. Darman, Agus, dan Sofyan bertugas bersama di kabin masinis kereta maut jurusan Serpong-Tanah Abang Senin itu.
Mereka pun meninggal bersama ketika benturan dahsyat antara KRL dan truk tangki berisi penuh premium, tak terelakkan. Jasad ketiganya ditemukan bertumpuk di kabin masinis.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Ignasius Jonan, melepas jenazah mereka dari Stasiun Gambir dengan mata berkaca-kaca. Jonan angkat topi kepada ketiga anak buahnya itu.
Ia mengatakan, sesungguhnya masinis dan kedua krunya amat bisa menyelamatkan diri lebih dulu sebelum kereta menabrak truk tangki. Posisi mereka di bagian paling depan kereta memungkinkan untuk mengetahui apakah tabrakan bisa dihindarkan atau tidak.

“Tapi mereka bertiga terus berupaya menghindari tabrakan untuk menyelamatkan penumpang, sampai akhirnya tabrakan terjadi,” kata Jonan. Menurutnya, tak semua orang punya dedikasi dan keberanian semacam itu hingga sampai bersedia mengorbankan jiwanya.
“Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana,” ujar Jonan dengan mata berkaca-kaca.

Jonan juga memberi perhatian khusus pada teknisi kereta Sofyan Hadi. Berdasarkan keterangan penumpang perempuan yang berada di gerbong khusus wanita di bagian paling depan rangkaian KRL, Sofyan sempat keluar dari kabin masinis untuk memperingatkan penumpang. “Dia menyuruh penumpang mundur ke belakang mareka kereta mau menabrak truk tangki,” kata Jonan.

Para penumpang wanita di gerbong depan segera bergeser ke belakang sedapatnya mendapat peringatan itu. “Sofyan sepertinya diminta masinis dan asisten masinis memperingatkan penumpang. Masinis dan asistennya sendiri mencoba melakukan penyelamatan dengan pengereman,” ujar Jonan.

Hebatnya, kata Jonan, Sofyan tidak mencoba menyelamatkan diri dengan ikut bergeser ke gerbong belakang. “Sofyan bisa saja tidak kembali ke kabin depan setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi ke kabin membantu rekan-rekannya,” ujar Jonan.

Sebagai penghormatan KAI terhadap ketiga karyawannya yang berani berkorban nyawa, masinis Darman Prasetyo dan asisten masinis Agus Suroto dinaikkan pangkatnya dua tingkat, sedangkan teknisi Sofyan Hadi yang berstatus karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
“Bila ada keluarga mereka yang mau jadi karyawan PT KAI , bisa langsung masuk tanpa tes. Saya yang menjamin. Ini bentuk penghormatan kami,” kata Jonan.

Kesaksian penumpang

Julie Retna, salah satu penumpang selamat yang berada di gerbong khusus wanita paling depan, membenarkan ucapan Jonan. Menurut perempuan 54 tahun itu, ada kru kereta yang keluar dari kabin kemudi untuk memberi tahu penumpang bahwa kereta akan tabrakan.

Julie yang berada dekat dengan kabin masinis lantas mengintip ke pintu kabin yang terbuka. Matanya langsung melihat pemandangan mengerikan di depannya, tabrakan akan terjadi dalam hitungan detik. Hingga kini, Julie yang masih dirawat di rumah sakit masih syok.

6 'Nyanyian' Perdana Bu Pur yang Menghebohkan

Setelah lama jadi perbincangan hangat, Sylvia Soleha alias Bu Pur akhirnya muncul di persidangan kasus Hambalang dengan terdakwa Dedy Kusdinar. Dia bicara soal banyak hal, termasuk soal Anas Urbaningrum yang menghebohkan.

Bu Pur datang ke Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jaksel, Selasa (10/12/2013) mengenakan baju terusan warna cokelat dan kerudung hitam. Istri dari staf khusus menteri Syarif Hasan itu dengan santai menjelaskan semua hal yang ditanya hakim, jaksa penuntut umum dan tim kuasa hukum.

Berikut sejumlah 'nyanyian' Bu Pur yang cukup menghebohkan:
 

1. Tiba-tiba Mengaku Ditekan KPK
Tanpa ditanya, Sylvia Soleha alias Bu Pur tiba-tiba bicara soal Anas Urbaningrum. Dia menuding penyidik KPK menekan dirinya agar mengaku mengenal Anas Urbaningrum, mantan Ketum Partai Demokrat.

"Saya tak pernah kenal dengan Anas Urbaningrum. Tapi saat diperiksa saya dipaksa untuk kenal," tuding Bu Pur.

Bu Pur mengklaim dia mencoret keterangan soal Anas tersebut dalam BAP saat diperiksa penyidik KPK. Hakim anggota Anwar langsung memotong keterangan Bu Pur.

Dalam persidangan Bu Pur juga menuding penyidik KPK merekayasa keterangannya mengenai pengurusan izin multi years proyek. Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional di Hambalang.

Bu Pur membantah memberi keterangan bahwa dirinya ikut membantu eks Sesmenpora Wafid Muharam untuk mengurus izin multi years sebagaimana termuat dalam BAP nomor 15.

Penyangkalan ini juga dicurigai hakim Anwar. "Apa hantu mengetik ini?" ujarnya menanggapi keterangan istri dari Purnomo teman seangkatan Susilo Bambang Yudhoyono di Akademi Militer.

Lalu, KPK mempertanyakan keterangan Bu Pur tersebut. Penyidik KPK punya rekamannya.

"Ada rekamannya saat pemeriksaan, tinggal dibuka saja," ujar wakil ketua KPK, Adnan Pandu Praja.

"Bagaimana penyidik bisa menekan atau memaksa seorang saksi? Semua keterangan dalam proses pemeriksaan kan disodorkan kepada saksi untuk dikoreksi sebelum ditandatangani sebagai BAP," kata Jubir KPK, Johan Budi.

2. Kirim SMS ke Sekretaris Andi Mallarangeng
Sylvia Soleha alias Bu Pur mengaku pernah mengirimkan SMS ke Iim Rohimah, sekretaris Andi Alfian Mallarangeng saat menjabat Menpora. Namun Bu Pur membantah menanyakan proyek Hambalang dalam pesan singkatnya.

"Saya hanya menanyakan, membantu teman saya apakah ada di Kemenpora proyek mebel," kata Bu Pur.

Menurutnya proyek tersebut didapatkan perusahaan temannya tersebut. "Bukan saya yang dapat, tapi melalui prosedural dan itu tidak terkait dengan Hambalang," tuturnya.

Pada persidangan pekan lalu, Iim Rohimah, mengaku pernah mengirimkan SMS ke tim asistensi proyek Hambalang bernama Lisa Lukitawati. Iim dalam SMS-nya menyinggung perusahaan Bu Pur.

Iim mengakui mengirimkan SMS karena Bu Pur pernah bertanya ke dirinya.

3. Bantah Jadi Kepala Rumah Tangga Cikeas
Bu Pur membantah menjadi kepala rumah tangga Cikeas, kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia bilang sang suami, Purnomo, teman seangkatan dengan SBY.

"Tidak Pak," kata Bu Pur.

Dia menerangkan, suaminya bernama Purnomo adalah teman satu angkatan dengan Susilo Bambang Yudhoyono di Akademi Militer tahun 1973. Saat ini, suami Bu Pur bekerja sebagai staf khusus Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan.

Bu Pur juga membantah pernah meminta jatah untuk mengikuti pengadaan di proyek Hambalang. "Tidak pernah Pak, kalau masalah proyek saya tidak pernah tahu," ujarnya
.
4. Sebut Choel Mallarangeng
Bu Pur mengaku pernah mendengar cerita dari Arif Gunawan soal mantan Karo Perencanaan Kemenpora Deddy Kusdinar. Deddy disebut jadi perahan Andi Zulkarnain alias Choel Mallarangeng.

Dalam persidangan, Bu Pur mengaku pernah memberi keterangan mengenai hal tersebut ketika diperiksa penyidik KPK. "Pernah pak," kata Bu Pur di Pengadilan Tipikor, Selasa (10/12/2013).

Hakim anggota Purwono Edi Santoso bertanya soal benar tidaknya cerita Arif ke Bu Pur. "Tidak tahu," jawab Bu Pur.

Arif diketahui adalah anak buah Widodo Wisnu Sayoko yang disebut Bu Pur sebagai sepupu Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam persidangan beberapa waktu lalu, Widodo mengaku pernah diajak oleh bosnya itu untuk datang ke Kemenkeu menemui Kasubdit Anggaran 2E Kemenkeu, Sudarto.

Widodo yang bekerja sebagai konsultan mengaku mengajak Ibu Pur. Menurut Widodo, dia hanya mengenalkan Ibu Pur tanpa bermaksud apa pun. Menurut Widodo, Ibu Pur juga sudah dikenalkan dengan Arif. Malah, Arif yang kemudian lebih banyak berkomunikasi dengan Ibu Pur.

5. Bantah Urus Hambalang
Bu Pur mengaku tidak pernah mengurus proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional di Hambalang Bogor. Bu Pur membantah mengetahui proyek yang kini mangkrak tersebut.

"Tidak tahu," jawab Bu Pur ditanya hakim soal proyek Hambalang dalam sidang dengan terdakwa mantan Karo Perencanaan Deddy Kusdinar di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (10/12/2013).

Bu Pur juga membantah pernah meminta jatah untuk mengikuti pengadaan di proyek Hambalang. "Tidak pernah pak, kalau masalah proyek saya tidak pernah tahu," ujarnya.

Sebelumnya mantan Manajer Marketing Grup Permai Mindo Rosalina Manulang menyebut Bu Pur juga ingin mengikuti pengadaan peralatan olahraga untuk mengisi gedung tersebut.

"Ada Bu Pur, Kepala Rumah Tangga Cikeas yang pengen dapat proyek peralatan," kata Rosa bersaksi dalam persidangan, Selasa (3/1

6. Bicara Soal Sepupu
Bu Pur menjelaskan awal perkenalan dirinya dengan Deddy. Perkenalan terjadi di ruang Kapolda Metro Jaya yang saat itu masih dijabat oleh Sutarman.

Deddy, Ibu Pur dan seseorang bernama Widodo Wisnu Sayoko saat itu datang ke Polda Metro Jaya untuk minta pengamanan bagi Kemenpora. Pasalnya, Kemenpora hendak didatangi massa untuk berunjuk rasa keesokan harinya.

Ketua Majelis Amin Ismanto merasa janggal dengan kesaksian Ibu Pur soal permintaan bantuan ini. Selain Deddy, baik Ibu Pur dan Widodo bukan berasal dari Kemenpora.

Menurut Ibu Pur, Sutarman merupakan adik angkatan suaminya. Hal itu yang membuat dirinya bisa leluasa meminta bantuan pengamanan kepada Polda Metro.

"Suami saya Purnomo, sekarang staf khusus Menteri Koperasi," kata Ibu Pur di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Selasa (10/12/2013).

"Widodo ini siapa?" tanya Amin di kesempatan berbeda

"Itu sepupu bapak," jawab Ibu Pur.

"Sepupu siapa?" sambung Amin lagi.

"Sepupu Pak SBY," jawab Ibu Pur pelan.