Tuesday, 28 June 2011

AMERIKA SERIKAT DAN ISRAEL INGIN MENGHANCURKAN SURIAH


Suriah adalah satu lagi negara di Timur Tengah yang tengah bergolak akibat virus revolusi di kawasan tersebut. Pemerintah Suriah mengatakan bahwa yang diinginkan para demonstran bukanlah revolusi demi kebaikan, namun menggulingkan rezim semata demi kepentingan asing.

Kepala Misi Diplomatik Suriah untuk Indonesia, Bassam Alkhatib, mengatakan bahwa pemerintah Suriah telah menanggapi semua demonstrasi dengan damai dan tanpa kekerasan. Tapi media yang kebanyakan milik Barat memberitakan lain.

"Ini adalah sesuatu yang diciptakan oleh kekuatan-kekuatan Barat. Tentu saja dengan bantuan kekuatan media massa internasional yang mereka miliki," ujar Alkhatib dalam percakapannya dengan VIVAnews, Kamis, 9 Juni 2011.

Kehancuran Suriah, ujarnya, memang dikehendaki oleh beberapa pihak, di antaranya Israel dan Amerika Serikat. Dia mengatakan Suriah memiliki daya tawar yang tinggi dan ancaman bagi kelangsungan negara Israel di kawasan, itulah sebabnya Suriah diincar kali ini.

Tidak hanya Suriah, tegasnya, negara-negara Timur Tengah lainnya juga telah masuk dalam sasaran tembak zionis. Tidak terkecuali Indonesia, yang telah sejak dulu digoyang media sehingga Timor Leste lepas dari negara kesatuan ini.

INDONESIA HARUS WASPADA (Dr Graham Tallis, pakar dari WHO,menyarankan Indonesia tak boleh lengah atas wabah E. Coli)


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti diare kini bisa mematikan. Di  Jerman, dan sejumlah negara Eropa, wabah diare telah merenggut sejumlah nyawa.  Di Jerman, misalnya, sedikitnya 30 orang tewas. Kini, ribuan orang terjangkit wabah ini. Penyakit itu juga terdeteksi di Amerika Serikat dan Kanada.
Pakar WHO di Indonesia, Dr. Graham Tallis, mengungkapkan diare maut itu adalah penyakit haemolytic uraemic syndrome (HUS), disebabkan bakteri Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC).  Serotip bakteri ini langka, yaitu E. coli o104:H4. Ini jenis bakteri ganas. “Penderita akan mengalami kerusakan ginjal, dan komplikasi parah dari infeksi EHEC,” ujar Tallis kepada VIVAnews melalui surel, 10 Juni 2011.
Meskipun berlangsung di Jerman, dan negara Eropa lainnya, Tallis memperingatkan wabah itu bisa mengancam Indonesia.  Penularan bisa terjadi dari mereka yang baru-baru ini berkunjung ke tempat wabah, seperti di Jerman. Apalagi bila kini merasakan gejala diare.
Tallis pun memaparkan langkah pencegahan, dan siaga menghadapi wabah diare mematikan itu.  Berikut petikan wawancara VIVAnews dengan Tallis, yang menjabat sebagai Manajer Program Pemantauan Penyakit dan Epidemiologi untuk Kantor Perwakilan WHO di Indonesia.

DUA SISI E. COLI SANG BAKTERI MAUT


Bakteri Escherichia coli (E. coli) membuat geger Eropa dalam beberapa minggu terakhir. Ribuan warga terjangkit, puluhan di antaranya tewas.

E. coli sebenarnya bukan bakteri asing bagi kita. Setelah manusia berusia dua hari, bakteri ini mulai terbentuk di usus dan sistem pencernaan lainnya. E. coli adalah satu dari jutaan bakteri yang menempel di usus manusia maupun binatang berdarah panas, seperti mamalia dan burung. Nama Escherichia diambil dari nama penemunya, Theodor Escherich, seorang dokter anak warga negara Jerman.

Bakteri itu ia temukan pada 1885 ketika meneliti penyebab penyakit usus parah yang menimpa anak-anak di negaranya. Dari sampel kotoran dari anak-anak yang sakit, Theodor menemukan mikroba berbentuk lonjong yang berkembang dengan cepat.  Ia menamakannya sebagai Bacillus communis coli. Setelah Theodor meninggal pada 1911, bakteri ini kemudian dinamakan Escherichia coli. 

GARA GARA TAUGE, HIDUP JADI MENDERITA. AWAS BAKTERI E. COLI STRAIN O104:H4.


"Sakitnya bukan main." Bagi Holger Radloff, tak ada kata lain yang bisa menggambarkan kepedihan saat diserang diare, sekaligus komplikasi ginjal yang fatal. Sambil terbaring di University Medical Center Hamburg-Eppendorf, ia menceritakan pengalamannya terkena hemolytic uremic syndrome (HUS). Sebabnya, terdengar sepele. Dia melahap sepiring salad berisi tomat, ketimun, tauge, dan daun selada.
Tapi sayur itu rupanya menjadi pangkal petaka. Seperti dilansir oleh BusinessWeek, Radloff, 49, yang sehari-harinya bekerja sebagai jurnalis yang memburu berita, kali ini justru pasrah diwawancarai wartawan. Ia adalah salah satu dari ribuan pasien yang dirawat gara-gara terkena infeksi racun bakteri E. coli yang menumpang sayur-sayuran tadi.
Rasa sakit tak terkira membuat Radloff selama beberapa hari hanya bisa menahan perih. Dia bahkan tak bisa menolong anak laki-lakinya,  serta seorang kerabat yang juga tengah diserang penyakit yang sama.  Radloff memang memakan salad itu bersama keluarga dan seorang kenalan keluarganya. Untung saja, istrinya lolos dari sergapan E. coli, dan anak perempuannya segera sembuh walau sempat mengalami gejala diare dan sakit yang hebat.
Kini, Radloff masih harus menjalani perawatan dialisis dan transfusi plasma darah. Kerjanya hanya tidur, bangun dengan perut lapar, makan banyak, merasa letih, dan tidur lagi. Radloff tak sendirian. Di UKE, rumah sakit terbesar di Hamburg, setidaknya ada 81 pasien dewasa dan 22 pasien anak-anak yang mengalami komplikasi ginjal setelah terinfeksi E. coli.
Di Jerman, lebih dari 2086 orang yang mengalami diare berdarah dan 722 orang mengalami komplikasi ginjal gara-gara E. coli. Setidaknya, 27 nyawa melayang dan 2909 orang yang terjangkit bakteri E. coli berbahaya ini, di seluruh dunia  Tak ayal, wabah E. coli Jerman kali ini ditetapkan sebagai wabah E. coli paling mematikan sepanjang sejarah modern.
***
Ini bukan kisah maut pertama dari bakteri E. coli. Penyebaran wabah kali ini masih belum seberapa bila dibandingkan serangan E.Coli di Jepang pada 1996. Seperti dikutip dari catatan firma Marler Clark, saat itu adalah wabah E. coli terbesar  di dunia, karena menginfeksi lebih dari 12 ribu orang.
Pada 1999, lewat sebuah mata air, E. coli juga sempat menyerang New York AS dan menginfeksi sekitar 1000 orang. Setahun berselang, E. coli melanda daerah Walkerton Kanada dan meracuni sekitar 2.300 orang. Hanya saja, korban jiwa pada kasus-kasus di atas masih kalah dengan wabah Jerman kali ini.

WAWANCARA DENGAN GATOT ABDULLAH MANSYUR : DI ARAB SAUDI RAJA TIDAK BOLEH IKUT CAMPUR DALAM HUKUM PANCUNG, KARENA (KATANYA) SUDAH DITETAPKAN DALAM AL-QURAN


Pemerintah mengaku kecewa atas pemancungan Ruyati Sabtu, 18 Juni 2011, yang dilakukan tanpa sepengetahuan perwakilan Indonesia di Arab Saudi. Kasus ini terus bergulir, berujung dengan pemanggilan Duta Besar Arab Saudi yang meminta maaf dan mengaku lalai.

Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur, mengaku stafnya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh maupun Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah telah maksimal dalam melindungi warga negara Indonesia. Namun, luasnya wilayah dan kurangnya sumber daya manusia (SDM) dikatakan kerap membuat mereka kewalahan.

Gatot juga mengatakan bahwa sistem hukum syariah Arab Saudi tidak memungkinkan campur tangan kekuasaan dalam memberikan pengampunan terhadap Ruyati. Semua keputusan diberikan kepada keluarga korban sebagai pihak penderita.

MORATORIUM TKI, SIAPA YANG MERUGI?

Sejumlah petinggi pemerintahan berkumpul di Istana Presiden. Rabu itu, 22 Juni 2011, rapat kabinet terbatas digelar dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hadir Wakil Presiden Boediono, dua menteri koordinator, dan empat menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.

Di rapat penting ini pemerintah mengambil keputusan drastis: memberlakukan moratorium atau menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi. Kebijakan itu berlaku efektif mulai 1 Agustus 2011, hingga Saudi menandatangani kesepakatan perlindungan TKI.

"Pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah teknis dari semua aspek sebagai konsekuensi pelaksanaan keputusan moratorium," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar.

Keputusan itu diambil setelah muncul gelombang amarah publik atas pemancungan Ruyati binti Satubi, TKI asal Bekasi, di Arab Saudi.

Moratorium serupa pernah diberlakukan terhadap Malaysia, Kuwait, dan Yordania. Bahkan, untuk dua negara terakhir, kebijakan itu mengarah pada penghentian pengiriman TKI secara permanen. Moratorium untuk Malaysia berakhir Juni kemarin. 

18 WNI YANG LOLOS DARI HUKUMAN MATI DI MANCA NEGARA


Kementerian Luar Negeri mengungkap ada 303 Warga Negara Indonesia yang terancam hukuman mati sejak 1999 - 2011. Tiga nama telah dieksekusi  di dua negara, dua orang dipancung di Arab Saudi dan satu orang dieksekusi di Mesir.

Dari 303 WNI, setidaknya 18 orang lolos dari hukuman mati dan mendapatkan keringan hukuman.
Berikut  nama-nama mereka yang lolos dari vonis mati di sejumlah negara:

Arab Saudi:
1. Nurmakin Sabri: TKI asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini terancam hukum pancung karena kasus pembunuhan. Tapi Nurmakin Sabri kemudian mendapatkan pemaafan dari keluarga korban untuk kasus pembunuhan dan mendapatkan ampunan raja. Nurmakin telah dipulangkan ke Indonesia.

2. Sugiono Satru Ami: Keluarga korban telah memaafkan Sugiono pada tahun 2009 dan mendapatkan pengampunan Raja pada 28 Desember 2009. Sugiono sudah dipulangkan ke Indonesia pada awal 2010.

KISAH RUYATI SEBELUM DIPENGGAL, DAN TKI LAINNYA MENANTI TEBASAN PEGANG ALGOJO DI ARAB SAUDI


 Rumah itu berada di samping jalan aspal yang terbilang baru. Beralamat di Jalan Raya Sukatani Kampung Ceger, Desa Sukadarma, Sukatani, Kabupaten Bekasi, rumah itu cukup mudah dikenal. Dindingnya cerah warna merah muda. Tapi hati penghuninya tengah dirundung mendung.

Di luar rumah, beberapa karangan bunga berdiri segar. Ada tulisan 'Bupati Kabupaten Bekasi', 'DPRD Kabupaten Bekasi', ada pula tertanda dari Istri Gubernur Jawa Barat.

DUBES ARAB SAUDI UNTUK INDONESIA, TEGASKAN TIDAK PERNAH MINTA MAAF BERKLAITAN DENGAN HUKUMAN PANCUNG TERHADAP RUYATI

 Dubes Arab Saudi di Indonesia Abdulrahman Al Khayyath kembali menegaskan sikapnya tentang kasus TKI Ruyati. Tak pernah ada permintaan maaf maupun pernyataan lalai saat bertemu dengan Menlu Marty Natalegawa.

"Terkait dengan siaran pers yang dibagikan kepada media, demikianlah yang dapat disampaikan. Tentu apa yang menjadi sikap pemerintah Indonesia akan disampaikan pada pihak di Arab Saudi," kata Al Khayyath saat ditemui di kediamannya, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakpus, Senin (27/6/2011) malam. Ucapan Al Khayyath diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Al Khayyath tak mau berkomentar terlalu banyak soal masalah ini. Dia berharap, soal 'perang' minta maaf ini tidak diperpanjang dan menjadi polemik di masyarakat sehingga mengganggu hubungan kedua negara.

Hal yang sama juga dikatakan Menkum HAM Patrialis Akbar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Menurut Politisi PAN ini, kasus minta maaf bisa mempengaruhi keharmonisan Indonesia dan Arab Saudi. Dia juga khawatir, masalah ini mempengaruhi warga Indonesia yang saat ini berada di negeri makmur tersebut.

"Ini membuat citra kedua negara bermasalah. 1,5 Juta warga kita di sana, kasihan kan," tegasnya.

Sebelumnya, melalui siaran pers yang diterbitkan 23 Juni lalu, Kedutaan Besar Arab Saudi tegas-tegas membantah pernyataan Marty Natalegawa. Pihak Arab Saudi mengklaim tidak pernah mengakui lalai dan minta maaf terkait kasus Ruyati.

"Kedutaan menjelaskan secara tegas bahwa Yang Mulia Duta Besar tidak menyampaikan kepada Yang Mulia Menlu RI bahwa Ia mengungkapkan permohonan maaf Kerajaan atas tidak memberitahukan pihak Kedutaan Indonesia di Riyadh mengenai pelaksanaan eksekusi hukuman mati terhadap TKI/Ruyati," begitu bunyi siaran pers itu.

Pernyataan resmi Kedutaan Arab Saudi itu kontan membuat publik bertanya-tanya. Sebab, sehari sebelumnya, Marty dengan tegas menyebutkan pihak Arab Saudi telah mengakui kelalaiannya dan meminta maaf kepada Indonesia.

"Betul, mereka menyampaikan penyesalannya mengenai perkembangan ini kepada kami tadi. Beliau menyampaikan bahwa intinya mereka lalai karena tidak menyampaikan kepada kita, seharusnya disampaikan," kata Marty di Istana Negara pada 22 Juni.

Statemen yang saling bertolak belakang itu makin digunjingkan setelah Marty seperti enggan menanggapi persoalan itu. Ditemui di Istana Presiden pada 24 Juni, Marty hanya menyebutkan semua yang disampaikan ke pers telah sesuai fakta.

"Nggak ada lagi yang saya sampaikan mengenai masalah itu. Kami kira semua sudah sesuai fakta," kata Marty. Marty juga tidak secara tegas membantah semua pernyataan Kedubes Arab Saudi.