PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan bahwa perdagangan saham mulai Rabu 2 Januari 2013, akan dimulai lebih awal. Dalam pengumuman di BEI, sesi pra-pembukaan di pasar reguler mulai pukul 08.45-08.55 dari awalnya 09.10-09.25 WIB.
Sedangkan sesi I di pasar reguler, tunai, dan negosiasi, akan maju 30 menit dari sebelumnya yaitu mulai pukul 09.00. Pada sesi II, di pasar reguler terjadi perubahan waktu penutupan yaitu pukul 15.49,59 dari sebelumnya 16.00 WIB.
Selain itu, ada sesi pra-penutupan pada 15.50 WIB -16.00 WIB. Sebelumnya sesi pra-penutupan tidak ada. Selain menambah sesi tersebut, ada juga sesi pasca penutupan di pasar reguler akan diadakan 16.05 - 16.15 WIB.
Sekretaris Perusahaan BEI, Irmawati Amran, mengatakan, perubahan waktu perdagangan tersebut dilakukan guna menyelaraskan waktu perdagangan di BEI dengan bursa lain di kawasan regional.
"Selain itu, untuk memberikan tambahan waktu perdagangan bagi investor di Indonesia bagian tengah dan timur," ujar Irmawati dalam keterangan tertulisnya.
Head of Research KSK Financial Group, David Cornelis berpendapat, dengan perubahan waktu yang membuat perdagangan di BEI berbarengan denganmarket Asia lainnya seperti bursa Hong Kong dan Singapura itu akan memicu pasar saham kita lebih bagus dan efisien tanpa mengekor ke indeks lain, kecuali bursa Jepang yang memang masih lebih cepat.
"Paling tidak, pelaku pasar kita tidak lagi mengekor bursa regional Asia saat dibuka, terutama Hang Seng Index dan Nikkei, selain ke Wall Street pada umumnya," ujarnya kepada VIVAnews di Jakarta, Selasa 1 Januari 2012.
Selain itu, dia menambahkan, perubahan waktu pembukaan transaksi saham di BEI tersebut mendorong bertambahnya nilai transaksi dan mengakomodasi investor di luar waktu Indonesia bagian barat.
"Jadi, nanti bisa mengakomodasi transaksi investor di Indonesia bagian tengah dan timur lebih cepat. Mereka tidak lagi menunggu waktu mereka di sana yang menunggu jam 10.30 dan 11.30 baru trading," kata David.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida sependapat. Menurutnya, dengan transaksi lebih awal akan membuat pertumbuhan pasar modal Indonesia jauh lebih baik. Sebab, hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
"Kita harapkan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik, sehingga meningkatkan jumlah emiten," ujarnya saat dihubungi, Selasa.
Nurhaida mengaku bahwa jam perdagangan akan dibuka dan ditutup lebih cepat dari biasanya. "Tapi, jam perdagangan akan lebih panjang, sehingga diharapkan transaksi tidak ketinggalan jauh dengan bursa Asia lainnya," ujarnya.
Namun, direksi BEI menilai, perubahan waktu perdagangan yang awalnya pukul 09.10 - 09.25 menjadi 08.45 - 08.55 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) tidak akan berpengaruh banyak terhadap pasar.
Menurut Direktur Teknologi BEI, Adikin Basirun, perdagangan saham dimajukan dari jadwal semula bertujuan sebagai penyelarasan waktu atau untuk menyinkronisaisi perdagangan di BEI dengan bursa kawasan regional Asia.
"Namun diharapkan, dari sinkronisasi ini alokasi aspek ekonomi terhadap Indonesia lebih banyak dan beragam," kata Adikin saat dihubungi VIVAnews, Selasa.
Adikin menambahkan, diharapkan juga sisi parameter dari perubahan waktu ini dapat membantu para investor karena dapat memperpanjang waktu perdagangan.
Adanya perubahan waktu, kata dia, diperlukan sosialiasasi untuk memberikan waktu lebih panjang, terutama kepada investor yang berada di Indonesia bagian tengah dan timur.
"Selain itu, perubahan waktu ini dapat diketahui pada saat pra-penutupan (pre-closing). Dengan begitu, hal ini dapat mencegah pembentukan harga pada penutupan pasar," tuturnya.
Kinerja Bursa
Sementara itu, Ketua Bapepam-LK, Ngalim Sawega, mengatakan bahwa bursa Indonesia berada di peringkat delapan dunia, dengan pertumbuhan sekitar 12 persen tahun lalu.
Nilai kapitalisasi pasar saham juga naik sebesar 15,45 persen dari Rp3.537 triliun pada akhir Desember 2011 menjadi Rp7.084 triliun pada Desember 2012.
Rata-rata nilai transaksi harian saham Januari 2012-Desember 2012 sebesar Rp4,53 triliun. Namun, angka ini turun 8,48 persen dibanding 2011 sebesar Rp4,95 triliun.
Frekuensi perdagangan saham hingga akhir 26 Desember 2012 sebanyak 121.809 kali per hari, atau naik 7,36 persen dibandingkan tahun lalu sebanyak 113.454 kali.
Sementara itu, rata-rata volume harian saham periode Januari-Desember 2012 sebanyak 4,25 miliar saham, atau menurun 12,75 persen dibanding tahun lalu 4,87 miliar saham.