Saturday 31 August 2013

PASRAH (DANGDUT) EDAN TENAN OLEH AINUT TIJAR

Penyelundup Ikan di Saku Celana Terancam Denda Setara Rp850 Juta. Petugas bandara curiga celananya basah serta meneteskan banyak air.

Bawa ikan di saku celana, penumpang pesawat didenda Rp850 miliar
Turun dari pesawat, seorang pria asal Vietnam terancam denda NZD100.000 atau setara Rp850 juta oleh pihak berwenang di Selandia Baru. Dia ketahuan melanggar hukum setelah menyimpan tujuh ekor ikan dalam saku celananya.

Dilansir Orange.co, Jumat 30 Agustus 2013, peristiwa terjadi beberapa waktu lalu saat pria yang tidak disebutkan namanya itu akan melancong dari Australia menuju Kota Auckland, Selandia Baru.

Petugas terminal kedatangan di bandara Auckland mencurigai pria itu, yang tidak diungkapkan namanya. Saku celananya basah serta meneteskan banyak air.

Saat diinterogasi, pria itu mengaku haus dan membawa air dari pesawat. Tak lantas percaya, petugas kemudian memeriksa celana si pria dan menemukan tujuh ikan di dalam kantong plastik.

Tak bisa mengelak, penumpang itu mengaku membawa ikan sebagai oleh-oleh untuk seorang temannya di Selandia Baru.

Juru bicara pemerintah, Craig Hughes, mengatakan pria tersebut akan menghadapi dakwaan yang bisa diganjar hukuman penjara maksimum lima tahun atau denda NZD100.000 (Rp850 juta).

Menurut Hughes, apa yang dilakukan penumpang itu merupakan hal yang disengaja. Dia menyelundupkan ikan ke Selandia Baru tanpa mempertimbangkan sistem hukum dan keamanan yang berlaku.

"Itu sesuatu yang kami anggap sangat serius. Ikan bisa saja membawa penyakit atau memiliki potensi untuk menggantikan spesies yang asli," tuturnya.

Diketahui, Australia dan Selandia Baru adalah negara yang memiliki beberapa aturan ketat, terutama menyangkut kehidupan hewan. Bahkan untuk spesies ikan saja, jika diizinkan memasuki negara tersebut harus terlebih dahulu melalui prosedur karantina yang sangat ketat

KONVENSI CAPRES PARTAI DEMOKRAT HANYALAH SANDIWARA BELAKA

KEMATIAN ITU HAL YANG LUMRAH, DAN HIDUP MANUSIA TERNYATA SANGAT SINGKAT

DANAU MANINJAU

LUBANG JEPANG

MALALA

Jika Barat Menyerang Suriah. Saling serang kemungkinan juga terjadi di dunia siber.

Kapal perang AS, USS Ramage, siaga di Mediterania menunggu perintah serang ke Suriah
Sekitar 6.000 warga Suriah berbondong-bondong melintasi perbatasan Masnaa, Lebanon, Rabu waktu setempat. Jumlah ini berkali-kali lipat lebih banyak ketimbang sebelum penyerangan senjata kimia pekan lalu di wilayah Ghouta, pinggiran Damaskus.
Di hari normal, biasanya hanya sekitar 500 sampai 1.000 pengungsi Suriah datang ke Lebanon, tergantung intensitas dan luas area pertempuran, seperti dilansir CBS News, Kamis 29 Agustus 2013. Sekitar 2.000 orang menyeberang dari Lebanon ke Suriah, mengevakuasi keluarga mereka dari zona tempur.
Selain takut jadi sasaran senjata kimia rezim Bashar al-Assad, kali ini warga Suriah eksodus lantaran khawatir akan serangan Barat. Salah satu dari mereka adalah seorang wanita, sebut saja namanya Ummu Ahmad, 45, yang menyeberang ke Lebanon bersama lima anaknya.
"Seakan tidak cukup seluruh kekerasan dan pertempuran di negara ini, sekarang Amerika ingin mengebom kami?" kata Ummu Ahmad yang enggan memberikan nama aslinya demi keselamatan.
Dia kini menjadi bagian dari dua juta rakyat Suriah yang tinggal di pengungsian di negara-negara tetangga, seperti Turki, Yordania dan Lebanon. Hidup mereka terkatung-katung, bahkan melarat. "Apa yang akan kami lakukan di sini? Akan ke mana kami? Saya tidak tahu, tapi setidaknya kami aman," kata Ummu Ahmad.
Ketakutan yang sama tidak hanya dialami oleh rakyat Suriah. Pemerintah Israel juga ikut ketar-ketir. Pasalnya, mereka kemungkinan akan kena getah pertempuran antara Assad dan Barat.
Untuk itulah Israel mempersiapkan warga sipilnya untuk menghadapi peperangan. Kantor pos Israel ditugaskan mengirimkan masker gas ke lima juta atau sekitar 60 persen dari populasi Israel, untuk mengantisipasi serangan gas beracun. Selain itu, tentara juga ditarik ke dalam untuk melindungi rakyat.
Ketegangan semakin menjadi saat Presiden Barack Obama secara langsung mengatakan bahwa serangan senjata kimia pekan lalu yang menewaskan 1.700 orang adalah ulah rezim Assad. Dalam acara PBS Newshour, Obama mengatakan bahwa dia menyangsikan tuduhan Assad kepada pasukan oposisi.
"Kami tidak percaya, dengan sistem peluncuran yang menggunakan roket, tentara oposisi mampu melakukannya. Kami menyimpulkan bahwa adalah pemerintah Suriah yang telah melakukan aksi keji ini," ujar Obama.
Wakil Presiden AS Joe Biden juga dengan lantang menegaskan "tidak diragukan lagi" Assad menggunakan senjata kimia.
Tuduhan terhadap rezim Assad juga datang dari NATO dan Liga Arab yang mengatakan bahwa Suriah menimbun senjata kimia. "Penggunaan senjata ini tidak bisa diterima dan tidak bisa dibiarkan. Mereka yang bertanggung jawab harus diadili. Kami menganggap penggunaan senjata kimia adalah ancaman pada perdamaian dan keamanan internasional," ujar NATO dalam pernyataannya.
Upaya menghentikan kekerasan Assad di Suriah melalui Dewan Keamanan PBB juga masih buntu. Rancangan resolusi tindakan militer yang diajukan Inggris tidak mencapai mufakat di DK PBB, terutama karena sekali lagi dijegal Rusia dan China.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa resolusi yang diajukan Inggris terlalu prematur. Menurut dia, DK PBB masih harus menunggu laporan dari tim investigasi PBB di Suriah yang telah mengambil sampel dari lokasi insiden senjata kimia.
Obama mengatakan bahwa dia belum mengeluarkan keputusan apapun soal serangan terhadap Suriah. Namun, empat kapal perang AS telah siaga di Laut Mediterania, siap menunggu perintah serang. Begitu pula dengan Inggris dan Prancis. Mereka bersikeras, serangan bisa dilakukan walaupun tanpa restu DK PBB.
"Apakah mungkin merespons serangan senjata kimia tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB? Saya katakan: bisa," Hague menegaskan.
Jika diserang
Menurut para analis, jika memang diserang, Suriah akan menghindari pertempuran langsung dengan AS dan hanya akan menerima hantaman roket, selama serangan itu tidak mengganggu pusat pemerintahannya.
Lagipula, serangan AS nanti dianggap tidak akan memakan waktu lama. Seperti disampaikan berbagai sumber di Gedung Putih, serangan itu bukan untuk menggulingkan Assad, hanya menghukum saja. Diperkirakan, AS hanya akan memborbardir Suriah selama tiga hari.
 "Saya kira kalkulasinya adalah, 'Mari merunduk, terima saja serangan yang terbatas dan bertempur di lain hari,'" kata Shawn Brimley, ahli pertahanan dari Center for a New American Security, sebagaimana diberitakan Reuters.
"Saya justru akan terkejut jika Assad coba menyerang balik, karena itu malah hanya akan memperparah serangan AS," lanjut Brimley, yang juga anggota Dewan Keamanan Nasional Obama.
Namun yang jadi masalah adalah sekutu-sekutu dekat Suriah, seperti Iran dan Hizbullah. Pengamat mengatakan Suriah memang menghindari pertempuran langsung dengan AS. Namun, Assad dan sekutunya bisa menyerang negara-negara tetangga mitra AS di kawasan, seperti Israel, Yordania atau Turki. Pengamat menyebutnya "reaksi asimetris".
Baik Suriah dan Iran memang memiliki kapasitas militer yang tidak bisa dianggap enteng. Itulah sebabnya, Barat lebih memilih menyerang dari jarak jauh ketimbang masuk ke wilayah darat atau udara Suriah.
Kedua negara, Suriah dan Iran, memiliki rudal balistik yang bisa menjangkau Israel, Turki dan Yordania. Belum lagi jika dibantu pasukan Syiah Hizbullah dari Lebanon yang dibekingi Iran. Dengan puluhan ribu roket jarak dekatnya, Hizbullah bisa menyerang hingga pusat kota Israel.
Bantuan dari Iran ini sudah bisa dipastikan. Presiden Hassan Rohani dalam percakapannya dengan Presiden Vladimir Putin seperti diberitakan Press TV mengatakan Iran akan mengupayakan segala cara untuk mencegah serangan Barat ke Suriah.
"Aksi militer akan memiliki dampak yang besar terhadap kawasan. Penting sekali untuk menerapkan seluruh upaya untuk mencegahnya," kata Rohani.
Pernyataan jauh lebih keras disampaikan Panglima Militer Iran, Hassan Firouzabadi, Rabu lalu. Dia mengancam bahwa "setiap serangan ke Suriah, berarti juga membumihanguskan Israel."
Iran diprediksi akan memegang kata-katanya. Namun pengamat menyangsikan Iran akan melakukan serangan langsung terhadap Israel. Pasalnya, serangan ke Israel akan mencoreng citra Rohani yang berjanji meningkatkan hubungan luar negeri Iran.
Hayat Alvi, dosen studi Timur Tengah di U.S. Naval War College mengatakan, Iran kemungkinan akan menggunakan tangan Hizbullah untuk pekerjaan kotor ini. "Serangan Hizbullah ke Israel sangat mungkin, dan banyak yang berspekulasi soal perang Hizbullah-Israel lainnya di Lebanon," kata Alvi.
Hal ini sebelumnya telah disampaikan oleh pemuka Syiah pro-Hizbullah di Lebanon, Syeikh Afif Nabulsi. "Setiap serangan AS terhadap Suriah akan dibalas dengan keras pada kepentingan-kepentingan AS di kawasan dan Israel secara langsung," ujarnya seperti dilansir Daily Star.
Selain negara-negara di kawasan, yang bisa menjadi korban serangan asimetris ini adalah warga Suriah. Serangan terutama akan dilakukan oleh Hizbullah yang telah menurunkan ribuan tentaranya ke wilayah Suriah.
"Hizbullah kemungkinan akan merespons serangan AS dengan menyerukan semua operasi di lapangan yang merencanakan serangan dan pembunuhan, untuk mempercepatnya," kata Matthew Levitt, pakar terorisme dari The Washington Institute for Near East Policy, yang akan meluncurkan buku tentang Hizbullah pekan depan.
"Iran, Suriah dan Hizbullah semuanya cenderung melakukan serangan asimetris," kata Levitt.
Selain itu, konflik ini berpeluang meluas jika Iran mengerahkan kelompok militan Syiah yang didukungnya di Irak. Menurut pejabat AS yang berpengalaman di Timur Tengah, selama ini militan Syiah di Irak belum bergerak menanggapi serangan yang dilakukan kelompok militan Islam.
"Masih ada militan di Irak yang kemungkinan besar akan merespons jika ditekan Iran. Ini yang menjadi keprihatinan dan menganggu pikiran semua orang," kata pejabat yang enggan disebut namanya ini.
Selain itu, serangan tidak hanya dilakukan di ranah pertempuran militer. Alvi memperkirakan, saling serang juga akan terjadi di dunia maya alias siber. "Iran dan Suriah bisa mengincar infrastruktur siber tentara koalisi dan target-target potensial lainnya. Mereka terbukti cukup mumpuni di bidang ini," kata Alvi.

MIMPI BURUK IKHWANUL MUSLIMIN. BEROPOSISI SEJAK 85 TAHUN LALU, KINI DIGUSUR DI MESIR.


Di terik kemarau yang menyengat, jutaan orang di dekat masjid Rabiah al-Adawiyah, Nasr City, tetap bergeming. Semangat mereka masih menyala-nyala, meski Ramadan kali ini puasa di Mesir berlangsung 14 jam sehari. 

Sembari beribadah –mengaji, shalat dan berdoa- lautan simpatisan Ikhwanul Muslimin membuat lokasi itu persis seperti Mekkah saat musim haji, ketimbang aksi demonstrasi. Berbagai lapisan dan usia berkumpul.  Anak-anak bawa bendera. Orang tua membagikan makanan berbuka.

Mereka tegas mengatakan, tak akan beranjak sampai tuntutan dipenuhi: kembalikan Mohammad Mursi ke tampuk pemimpin. "Allah menolong kami, baik puasa atau sedang tidak puasa, karena kami punya tujuan, dan tujuan kami benar," kata Ahmad Khalil, seorang guru. Tugasnya jadi penjaga keamanan pada demonstrasi itu. Di tengah suhu lebih dari 32 derajat celcius, dia tetap semangat.

Inilah krisis paling serius yang dihadapi Ikhwanul Muslim (IM) dalam 85 tahun umurnya. Ini jugalah yang mungkin menjadi impian sekaligus mimpi buruk Hassan Al-Banna, pendiri gerakan itu. Impian terwujud karena akhirnya IM bisa berkuasa. Mimpi buruk karena kekuasaannya itu hanya seumur jagung.

Didirikan di Ismailiyah, Mesir,  tahun 1928,  Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi Islam terbesar dengan jutaan pengikut di seluruh dunia. Gerakan itu adalah organisasi politik Islam pertama di era kolonial. IM menerapkan teori pemikir Islam Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh pada awal abad ke-20. Afghani dan Abduh percaya, Islam lemah menghadapi dominasi Eropa karena umatnya menyimpang dari ajaran sejati.

Berbagai organisasi baik politik praktis, maupun radikal banyak terilhami oleh organisasi ini. Gerakan yang dicerahkan oleh visi Ikhwanul Muslimin yang berupaya memperoleh kekuatan politik di Aljazair, Tunisia, Yordania, Sudan, Palestina, termasuk juga Indonesia (Baca bagian 3: Pelajaran dari Mesir).

Adalah Hassan al-Banna, guru agama lulusan Darul Ulum yang mendirikan IM. Usia Al Banna masih muda waktu itu, baru 22 tahun. Dia ingin menandingi kekuasaan asing di Mesir, sekaligus menegakkan syariat Islam di negara itu. Mengutip dari jurnal Military Review, dengan slogan “Islam adalah Solusi Semua Hal”, pria kelahiran tahun 1906 di Mahmudiya ini menegaskan syariah harus berdiri jika rakyat Mesir ingin bermartabat dan terhindar dari kemiskinan.

Gerakannya pun tumbuh. Sepuluh tahun pertama, IM berhasil membangun cabang di seluruh Mesir.  Sasarannya masyarakat akar-rumput yang jengah pada ketimpangan. IM masuk melalui kampus dan serikat pekerja, mengincar juga keluarga-keluarga Muslim.  IM bahkan berhasil meluaskan jaringannya hingga ke Suriah, tepatnya ke Aleppo.

Mereka berpedoman pada Al-Quran dan hadits, serta sunnah Nabi Muhammad SAW. Gerakan itu juga menganjurkan membersihkan hati, kebugaran jasmani, memperluas pemahaman soal Islam, membentuk pemerintahan Islam, mengembangkan infrastruktur ekonomi syariah, dan mempererat hubungan antara Ikhwan –sebutan pengikut IM- dan dunia Islam.

Tahun 1938, Banna menyurati pemerintah Mesir dan pemimpin dunia Arab. Dia menyerukan penegakan hukum Islam, melarang perjudian, prostitusi, riba, monopoli, buku-buku, lagu-lagu, dan pemahaman yang merusak keislaman.

Awal berdiri, IM berkecimpung di bidang politik, pendidikan dan sosial. Pada Perang Dunia II, barulah IM mendirikan  sayap militan dan pengadilan semi yudisial untuk mengeluarkan fatwa, dan mengadili mereka yang mengkhianati negara dan agama. IM bahkan menerbitkan medianya sendiri yang terbit berkala.

Pada awal 1940an, IM mendirikan kamp latihan gerilyawan di Bukti Mukatam, Kairo. Sayap militan ini sangat terorganisir, sampai mampu mengumpulkan banyak senjata saat Perang Arab-Israel tahun 1948. Pada akhir Perang Dunia II, anggota IM di Mesir saja sudah dua juta orang, dari 2.000 cabang.

Friksi muncul. Apakah mereka harus tetap berada dalam sistem, atau keluar, dan membentuk militansi sendiri. Dari sini nantinya tercipta sempalan-sempalan militan, Jemaah Islamiyah yang berdiri 1979, dan Tanzim al-Jihad yang diberangus oleh Presiden Anwar Sadat.

Al-Banna terbunuh

Tahun 1948, sayap militan IM diduga berada di balik pengeboman kompleks perbelanjaan Circurrel, pembunuhan Hakim Ahmed Al-Khizindaar, dan Perdana Menteri Mahmoud al-Nuqrashi Pasha. Pemerintah Mesir berang.

Hassan Al-Banna dibunuh pada 12 Februari 1949, oleh orang tak dikenal di pasar Kairo. Pelakunya diduga anggota pasukan khusus suruhan Raja Farouk. Hingga kini, tidak ada yang ditahan atas pembunuhan tersebut (lihat Infografik: Derap Ikhwanul Muslimin).

Sebelum terbunuh, Gamal Abdel Nasser pernah mendekati Banna  pada tahun 1946 untuk membantunya menggulingkan monarki Mesir. Nasser membujuk Banna untuk menggabungkan kekuatan IM dengan pasukan Opsir Bebas yang dipimpinnya.

Akhirnya tahun 1952 Raja Farouk terguling, Nasser berkuasa. Dalam pemerintahannya, para Ikhwan menanggung kecewa. Ikhwan hanya diberi posisi di kementerian agama. Hubungan kedua kubu kian renggang saat Nasser menafikan visi negara Islam Al-Banna, dan merangkul masyarakat Kristen Koptik serta sekuler di Mesir.

Terjadi percobaan pembunuhan atas Nasser tahun 1954. Ikhwan disalahkan. Akibatnya, gerakan IM kembali dilarang. Ribuan anggotanya dipenjara dan disiksa. Salah satunya adalah Sayyid Quthb yang tewas di tiang gantungan Penjara Tura pada 1966. Kendati begitu, gerakan ini masih terus berkembang di bawah tanah.

Dalam penjara, tahun 1964, Quthb menghasilkan buku berjudul Ma'alim fi al-Tariq (batu pijakan).  Dalam buku itu, dikatakan pemimpin dipilih bukan hanya karena dia Muslim. Tapi harus di pilih oleh ummat, pemimpin juga harus bebas korupsi, dan bukan diktator.

Oleh para kelompok radikal, buku ini ditafsirkan sebagai pembenaran melawan pemerintah dengan kekerasan. Beberapa yang terinspirasi adalah  Islamic Jihad dan al-Qaeda.  Salah satu pentolan al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, dan Mohammed Atef diketahui adalah mantan anggota IM.  Tidak heran, media massa dan peneliti barat menjuluki Quthb “guru para teroris”.

Puncaknya adalah pembunuhan Presiden Anwar Sadat tahun 1981 oleh kelompok jihad yang oleh beberapa kalangan disebut dengan nama “Quthbis”. Buku ini juga jadi bukti radikalisme IM yang dihadirkan di pengadilan melawan Quthb.

Kendati diberangus oleh setiap kepemimpinan Mesir, IM masih aktif berpolitik. IM bergabung dengan aliansi yang dibentuk Partai Wafd tahun 1984. Tahun 1987, IM bergabung dengan Partai Pekerja dan Liberal, berhasil jadi kelompok oposisi utama di Mesir.

Kemajuan pesat terus terjadi hingga pada 2000, Ikhwan dapat 17 kursi di majelis rendah Dewan Rakyat. Lima tahun kemudian, kelompok ini mendapatkan suara yang mencengangkan. Kandidat independen simpatisan IM mendapatkan 20 persen kursi. Membuktikan kecintaan masyarakat yang besar pada organisasi bentukan Banna ini.

Presiden Husni Mubarak tidak bisa terima. Dia takut kekuasaan IM akan meluas dan mengancam pemerintahannya. Akhirnya Mubarak memerintahkan penangkapan ratusan Ikhwan, dan mengamandemen konstitusi.

Dalam konstitusi yang baru dikatakan, “setiap aktivitas dan partai politik tak boleh didasarkan atas pondasi agama, kandidat independen tak boleh mencalonkan jadi presiden”. Mubarak juga membentuk undang-undang terorisme yang memungkinkan aparat menahan tersangka teror dan melarang perkumpulan publik.

Arab Spring

Tahun 2010, Revolusi Arab, atau Arab Spring pecah dari Tunisia. Negara-negara Timur Tengah dan Afrika tertular, tak ketinggalan Mesir. Ikhwan diam-diam ikut dalam demonstrasi menentang pemerintahan Mubarak.

Presiden yang telah berkuasa tiga dekade itu tumbang pada Februari 2011. IM langsung menggalang kekuatan dengan mendirikan partai Kebebasan dan Keadilan (FJP). Partai ini berhasil memenangkan hampir setengah jumlah kursi di Dewan Rakyat, membuktikan dukungan pada IM masih sangat besar.

Partai bernafas Islam, Nour, jadi pemenang kedua, menjadikan kelompok Islam memegang kendali 70 persen kursi di majelis rendah. Hal sama terjadi di majelis tinggi atau Dewan Syuro. Berarti, Ikhwan dan sekutunya bisa menentukan 100 anggota dewan konstituen yang bertugas merancang konstitusi baru Mesir.

Kelompok liberal dan sekuler panik. Menurut mereka komposisi parlemen tak merefleksikan keberagaman masyarakat di Mesir.  Ketakutan kian menjadi saat pada tahun 2012, Ketua FJP Mohammed Mursi jadi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis.

Mursi memenangkan 51 persen suara, melawan mantan komandan angkatan udara Ahmed Shafiq. Mursi diangkat pada 30 Juni 2013. Pada pidatonya dia menekankan bahwa pemerintahannya menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis, sipil dan modernitas, sekaligus menghargai kebebasan beragama, dan hak-hak menyampaikan aspirasi.

Tapi langkah berikut dari Mursi yang membuat oposisi makin gerah.

Al-Arabiya memberitakan, dalam beberapa bulan setelah terpilih, Mursi menunjuk para Ikhwan di berbagai posisi pemerintahan. Lima di berbagai kementerian, delapan di kantor presiden, tujuh gubernur, 12 asisten pemerintahan, 13 dewan pemerintahan, 12 walikota, semuanya adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Mereka bertugas mengatur 40 juta rakyat Mesir. Oposisi berpikir, Mursi hendak meng-Ikhwanul-Muslimin-kan Mesir.

Dia memberhentikan jaksa penuntut yang menentangnya. Keputusan ini dianggap inkonstitusional oleh banyak pihak. Mursi juga memecat Jenderal Mohammed Tantawy, mantan menteri pertahanan era Mubarak. Padahal Tantawy adalah salah satu jenderal yang mendorong Mubarak lengser. Kepercayaan militer pada Mursi pun goyah.

Di bidang ekonomi, Mursi dianggap gagal meningkatkan pendapatan dan taraf hidup. Langkahnya mengamandemen undang-undang pajak malah justru memicu kenaikan harga. Permintaan pinjaman US$4,8 miliar juga belum disetujui IMF.

Desember 2012, rancangan konstitusi disetujui, termasuk di dalamnya adalah meningkatkan peran Islam dalam pemerintahan. Publik menyetujui konstitusi ini melalui referendum nasional Desember tahun lalu.

Saat itu, Mursi mengeluarkan dekrit yang memerintahkan militer melindungi institusi nasional dan tempat referendum. Oposisi menganggapi Mursi menyalahgunakan kekuatan militer. Oposan semakin naik pitam.

Dalam setahun di Mesir, ada 558 demonstrasi, 514 mogok kerja, dan 500 aksi duduk. Militer pada akhir Januari lalu memperingatkan, krisis politik ini bisa membahayakan negara.

Tamarod

Akhir April 2013, oposisi membentuk gerakan “Tamarod” atau pemberontak. Mereka mengumpulkan petisi keluhan soal kegagalan Mursi memperbaiki keamanan dan ekonomi Mesir. Mursi juga dituduh mendahulukan kepentingan Ikhwanul Muslimin ketimbang negara dan rakyat.

Peringatan setahun kekuasaan Mursi pada 30 Juni lalu ditandai demonstrasi jutaan massa Tamarod, menuntutnya mundur. Lalu kisahnya berkembang menjadi semacam “mimpi buruk” bagi gerakan yang telah mengakar di Mesir itu.

Bentrokan terjadi, korban terluka dan tewas berjatuhan. Militer pada 1 Juli memberikan Mursi 48 jam untuk membenahi Mesir dan menggelar referendum. Mursi tampik ancaman militer.

Akhirnya pada 3 Juli, Jenderal Abdel-Fattah al-Sisi menyatakan Mursi bukan lagi presiden. Militer mengangkat ketua mahkamah konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara. Kabinet yang dibentuk Mansour terdiri dari berbagai lapisan di Mesir, kecuali, tentu saja, Ikhwan.

Mursi ditahan di tempat rahasia, Ikhwan kembali mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Militer keluarkan perintah tangkap pada 300 anggota Ikhwan, termasuk pemimpinnya Mohammed Badie. Aset-aset Ikhwan dibekukan. Mereka diselidiki atas tuduhan pemicu kekerasan.

Massa IM bangkit. Marah atas kudeta militer yang menurut mereka mencederai demokrasi. Betapa tidak, Mursi terpilih secara demokratis dan baru setahun memimpin.

Bentrokan terjadi saat puluhan ribu massa IM demonstrasi di depan markas Garda Revolusi, tempat Mursi diduga ditahan. Sedikitnya 54 orang tewas, ratusan lainnya terluka. Lebih dari 400 orang ditahan. Tentara dituduh menghujani massa demonstran dengan peluru. Padahal sebelumnya militer mengklaim membolehkan demonstrasi damai.

“Mereka membunuh para martir ketika sedang shalat! Jika mereka menghadapi kami dengan peluru, maka kami akan berdiri di depan tank!” kata Soraya Naguib Ahmed, wanita bercadar, menggambarkan peristiwa 8 Juli itu kepada Gulf Times.

Sekitaran masjid Rabiah Al-Adawiyah, Nasr City, bagian utara Kairo, jadi lautan Ikhwan. Ratusan ribu orang datang berbondong-bondong menggunakan bus dari seantero Mesir. Ayah terlihat menggendong anak balitanya. Beberapa wanita berniqab mengenakan payung. Satu suara, mereka menuntut Mursi kembali memimpin.

“Jiwa kami, darah kami, untuk Islam,” teriak mereka serentak. Siap mati.

“Kami tetap di sini dan tidak akan pergi. Kami datang membawa anak-anak kami untuk mendukung demokrasi dan presiden kami, yang pertama kali terpilih secara demokratis di dunia Arab,” kata Amer Ali, mantan anggota parlemen yang pernah dipenjara 13 tahun pada pemerintahan Mubarak.

Ali Jauh-jauh datang dari Assiut  ke Lembah Nil. Putranya yang berusia dua tahun, Mahmoud, duduk di atap mobil mengibarkan bendera Mesir kecil. Istrinya di dalam, merekam menggunakan tablet, putrinya yang masih menyusu tertidur di sampingnya.

Ali, satu dari jutaan Ikhwan di tempat itu. Ini minggu kelima mereka bercokol di Nasr City. Mendirikan tenda. Berbaur. Berdoa. Berjuang. “Saya yakin Mursi akan kembali ke posisinya. Semua ketidakadilan ini akan berakhir,” ujar Ibrahim Mohamed, mahasiswa dari Delta Nil. (np)

H7N7: Pembunuh Baru Manusia/ Varian flu burung baru ini lebih ganas dari virus H7N9. Dan mematikan.


Pagi hari, 21 Agustus 2013, di Wenzhou, kota kecil di Provinsi Zhejiang, di sudut tenggara Republik China. Pancaran sinar matahari pagi menembus hiruk pikuk pasar tradisional.

Serombongan kecil peneliti serius mengamati sejumlah unggas yang ada di situ—ayam, bebek, dan angsa. Mereka ilmuwan dari University of Hong Kong. Mengenakan sarung tangan dan masker, sejak Mei lalu mereka dengan tekun mengumpulkan berbagai sampel unggas, langsung dari lapangan.

Rupanya, penelitian yang sedang mereka lakukan bukan sembarang riset. Ini penelitian mahaserius. Mereka berupaya mengamati penyebaran virus flu burung H7N9, yang telah merenggut setidaknya nyawa 44 warga China.

Dan, ancaman wabah gawat ini masih terus mengintip. Sampai sekarang.

Hampir tiap pekan, para ilmuwan yang berjumlah 30 orang itu belusukan ke pasar-pasar unggas, lalu pulang ke Hong Kong bersama sampel yang mereka kumpulkan untuk diamati di lab kampus.

Sudah empat bulan riset berlangsung, tapi empat pekan lalu, tiba-tiba terjadi satu hal yang luar biasa. Kegelisahan memancar di wajah Profesor Guan Yi, kepala proyek riset ini. Dahinya berkerut.

Di ruang labnya, profesor itu seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat melalui mikroskop. Sorot mata Profesor Yi tak lepas dari objek di belakang lensa. Sesekali dia memutar-mutar cincin di badan mikroskop, lantas mencorat-coret secarik kertas. Ia melakukan itu berulang kali.

"Beberapa sampel dari pasar unggas di Wenzhou menunjukkan bibit spesies influenza A yang lain, bukan H7N9," ujar sang profesor kepada M. Chandrataruna dari VIVAnews melalui surat elektronik, Kamis 29 Agustus 2013. "Ini jelas berbeda dari sampel lainnya. Ini virus H7N7. Lebih mematikan dari H7N9."

H7N7. Varian baru virus flu burung ini secara tak sengaja ditemukan di lab Profesor Yi. Tak sengaja, karena semula Profesor Yi dan timnya cuma berniat meneliti penyebaran H7N9, virus flu burung yang selama ini luas dikenal.

Sontak saja, hasil penelitian mereka yang diterbitkan di Jurnal Nature menyita perhatian dunia. H7N7 diyakini merupakan ancaman serius bagi kehidupan manusia.

Memburu virus H7

Di jagat biologi, H7N7 merupakan sub-tipe dari virus influenza tipe A, gen dari Orthomyxovirus, yang juga salah satu jenis flu burung yang ganas. Seperti virus-virus H7 lain, secara medis tipe virus ini dianggap sangat mematikan lantaran sebagian besar manusia tak mempunyai antibodi yang mampu membendung serangannya.

Melihat gejala gawat ini, Profesor Yi terus bergerak. Dia terus melakukan penelitian untuk memantau perkembangan protein virus pada unggas, terlebih sejak H7N9 menghabisi puluhan nyawa di China.

Dia berinisiatif membentuk tim riset internasional untuk mengoleksi sampel dari ayam, bebek, angsa, merpati, ayam hutan dan burung puyuh di pasar-pasar unggas hidup yang menyebar di seantero China. Sampling dilakukan dengan menyisir pasar-pasar unggas besar, mulai dari Provinsi Shandong dan Zhejiang di bagian selatan China hingga Shanghai dan Guangdong.

Profesor Yi bahkan mulai bereksperimen dengan mamalia, karena varian virus ini diyakini berpotensi mengancam manusia. Virus itu mereka tularkan ke beberapa ekor musang. Hasilnya, sesuai yang mereka prediksi, musang-musang itu lalu menunjukkan gejala flu berat, mengalami sesak nafas karena radang akut menginfeksi saluran pernafasan mereka, dan tak lama kemudian mati.

"Virus ini sangat berbahaya. Saat diamati, H7N7 tidak merepilkasi diri seperti pada H7N9. Tapi, ketika mulai menjangkiti musang, dampaknya jauh lebih ganas daripada H7N9. Jadi, bisa dibayangkan jika virus ini sampai menjangkiti manusia, niscaya akan memakan banyak korban jiwa," ucap Guan kepada VIVAnews.

"Laporan eksperimen itu langsung kami kirimkan ke pemerintah setempat. Mereka langsung memusnahkan semua unggas di Wenzhou tanpa terkecuali. Ratusan pasar unggas ditutup selama tiga-empat minggu terakhir. Kami ingin melihat apakah upaya ini bisa menghentikan penyebaran virus itu atau tidak."

Dalam artikelnya di Jurnal Nature, Guan Yi mewanti-wanti otoritas kesehatan China untuk mewaspadai kemunculan wabah pandemik baru.

"Saya kira WHO (World Health Organization) belum turun tangan dalam kasus virus H7N7 ini. Mereka memang melakukan riset dan investigasi pada virus H7N9, tapi belum sampai pada H7N7. Saya pasti akan diberitahu jika mereka mulai terlibat," ujar pria berkacamata itu.

Dalam kasus H7N9, badan kesehatan dunia itu mencatat 135 orang tertular virus ini; di mana 44 di antaranya meninggal dunia. Semuanya ada di wilayah China.

Cikal bakal

Nama H7N7 muncul berdasarkan kadar protein pada permukaan virus. Huruf H berasal dari hemagglutinin, yaitu zat yang menyebabkan sel darah merah menggumpal. Sementara N dari kata neuraminidase, protein yang ditemukan di permukaan virus. Protein itu, kata Profesor Yi, dapat berubah-ubah seiring mereka bertransmisi dari spesies satu ke lainnya.

Ia mencontohkan migrasi virus H7N9 ke unggas di China. Tes genetik menunjukkan virus itu mulanya dibawa unggas air dari Asia Timur. Di China, virus itu "melompat" ke bebek lokal, baru kemudian menulari ayam, dan dengan mudah menginfeksi manusia.

Sambil berpindah, virus H7N9 itu terus melakukan mutasi, melahirkan virus baru, karena bertukar gen dengan jenis virus influenza lain. Akibatnya, perubahan kadar protein virus flu yang berpindah mampu mengikat sel-sel di saluran pernafasan atas pada unggas.

Diduga, begitu pula proses yang akan terjadi pada H7N7. Virus ini adalah mutan dari H7 dan N7. Hanya saja profilnya lebih kuat dan lebih mematikan dari H7N9. "Jika sampai menginfeksi manusia, H7N7 akan menyebabkan pandemik, bisa membunuh banyak orang," Profesor Guan mewanti-wanti. "Virus ini tidak menular lewat udara. Virus mengendap di dalam usus burung, ayam, dan unggas lain. Ketika virus menginfeksi saluran pernafasannya, manusia jadi mudah tertular. Dimulai dari mereka yang sering berhubungan dengan hewan itu, lalu menular melalui interaksi antar manusia."

Dan China sangat potensial menjadi sumber penyebaran virus mematikan ini ke seluruh penjuru dunia. Selama ini kasus manusia terinfeksi virus flu burung kerap muncul pertama kali di negeri ini. Soalnya, negara dengan jumlah penduduk terbanyak ini adalah pemasok unggas terbesar. Menurut Livescience, hampir 65 persen bebek-konsumsi berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Lahir di Belanda

Toh demikian, H7N7 bukan muncul pertama kali di China. Di tahun 2003, varian virus ini sempat ditemukenali ilmuwan di Belanda, tepatnya di sebuah peternakan unggas di Voorthuizen, Belanda bagian tengah. Dilaporkan BBC, hingga tahun 2005, 89 orang terinfeksi dan satu orang meninggal dunia.

Berita ini sempat mendunia. Salah satu yang mendengar kabar itu adalah Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti.  "Ada kejadian luar biasa di Belanda. Di sana virus H7N7 cukup banyak memakan korban, termasuk para ahli peternakan," tutur Ali Ghufron, dalam wawancara khusus dengan reporter VIVAnews Tommy Adi Wibowo di kantornya, 28 Agustus 2013.

Pada tahun 2006, virus H7N7 patogenik rendah lagi-lagi ditemukan di salah satu peternakan di Voorthuizen. Sebagai upaya pencegahan, pemerintah setempat langsung memusnahkan lebih dari 25 ribu ekor ayam di kota itu.

Selang dua tahun kemudian, virus H7N7 patogenik tinggi malah ditemukan di Shenington, Inggris. Diduga, virus ini berasal dari patogen yang sudah ada sebelumnya. Akibat virus ini, kematian unggas di kota itu meningkat 2,5 persen.

Tak ketinggalan, Spanyol juga pernah terjangkit virus ini. Pada Oktober 2009, H7N7 menyergap sebuah peternakan di Almoguera, Guadalajara, Spanyol. Ketika itu, Hong Kong langsung menyetop impor unggas dari negara terbesar di Eropa Barat itu, meski kualitas daging unggasnya tersohor nomor satu.

Membentengi Indonesia

Untungnya, H7N7 belum pernah mampir ke Tanah Air (atau jangan-jangan tidak terdeteksi). "Tidak ada laporan mengenai kasus H7N7 menjangkiti unggas di Indonesia. Masyarakat tidak perlu panik. Kami tidak akan tinggal diam. Kami sadar H7N7 termasuk virus flu burung yang memiliki potensi menular yang sangat tinggi, sehingga perlu perhatian serius," Ali Ghufron memastikan.

Senada dengan Ali Ghufron, catatan Kementerian Pertanian pun menyatakan belum ada laporan adanya infeksi H7N7 di Indonesia, baik pada unggas maupun pada manusia.

"Indonesia mempersiapkan diri untuk ancaman seperti ini, termasuk seperti pada kejadian H7N9 lalu di China, dan ancaman-ancaman serupa baik dari dalam maupun luar negeri," ungkap Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, kepada VIVAnews, Kamis 29 Agustus 2013.

"Dari sisi kesehatan, kami sudah memperkuat kesiapsiagaan dari segala lini untuk menghadapi masuknya H7N9 dan MERS-CoV. Kurang lebih gejala yang ditimbulkan akibat infeksi virus H7N7 sama dengan influenza lainnya, dan sistem surveilans kami cukup sensitif untuk mendeteksinya."

Menurut hemat Profesor Tjandra, H7N7 kemungkinan menyusup ke Indonesia melalui unggas, baik melalui perdagangan dan produk unggas dari negara yang tertular, atau melalui migrasi burung liar.

Untuk mengantisipasinya, Kementerian Kesehatan sudah mencanangkan strategi khusus; bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan kementerian terkait lainnya.

"Untuk membatasi penyebaran, kami akan mengoptimalkan sistem surveilans rutin, surveilans Influenza Like Illnesses (ILI) dan surveilans terhadap penyakit saluran pernafasan berat atau severe acute respiratory infections (SARI). Ini untuk mendeteksi kasus secara dini dan melakukan respons yang sesuai," kata Tjandra. "Selain itu, kami juga memperkuat sistem deteksi dini di pintu-pintu masuk negara, baik itu laut, darat, dan udara."

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Chairul Anwar Nidom, Ketua Avian Influenza Research Center (Pusat Riset Flu Burung) Universitas Airlangga menyarankan, "Virus flu burung sangat berpotensi menular ketika masuk ke batang hidung, karena di situ tempat mereka hidup dan berkembang biak. Virus H7N7 juga berpotensi menular dari manusia ke manusia, karena virus ini mudah beradaptasi dengan lingkungan. Jadi, alangkah baiknya jika mulai memakai masker sejak sekarang."