Sunday 10 March 2013

Cinta dan Benci di Sulu. Pernah "diperalat" Malaysia dan Filipina. Kekuasaan lama diacuhkan


Surat itu tak pernah sampai ke alamat dituju. Selama bertahun-tahun, secarik kertas penting itu terselip di tumpukan berkas di kantor Kementerian Luar Negeri Filipina. Kalau saja tak ada peristiwa yang bikin heboh dua pekan lalu, pasti tak ada yang peduli dengan surat itu.
Ratusan orang Kesultanan Sulu dari kepulauan Mindanao, Filipina, pekan kedua Februari lalu, menyusup masuk ke wilayah Lahad Datu di Sabah. Mereka menerobos lewat jalur laut dari Tawi-tawi.  Menduduki desa Tanduo, kelompok dipimpin oleh Putra Mahkota Kesultanan Sulu, Raja Muda Agbimuddin Kiram ini punya tuntutan serius: mereka meminta Malaysia mengembalikan wilayah Sabah.
Kata mereka, wilayah di timur pulau Kalimantan itu adalah milik orang-orang Sulu berdasarkan klaim nenek moyang sejak abad ke-14. Kelompok Kiram ini tak datang dengan tangan kosong. Para pejuang Sulu itu memanggul senapan serbu, dan peluncur granat.
Tentu, aksi itu dilihat oleh Malaysia sebagai upaya pencaplokan Sulu atas Sabah. Malaysia lalu mengepung kawasan itu. Bentrok bersenjata pun pecah. Puluhan orang tewas dalam pertempuran sengit, dan konflik bahkan meluas ke wilayah Semporna, sekitar 300 kilometer dari Lahad Datu. Tujuh batalion tentara Malaysia diterjunkan, plus pesawat tempur. Tapi,  sekitar 180 orang Sulu di sana, sampai pekan kedua Maret 2013 ini, masih melawan.
Awal pekan ini, surat itu ditemukan. Terselip dan lama diacuhkan, Pemerintah Filipina mengatakan surat itu tercecer akibat rantai birokrasi. Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario meminta maaf atas “hilang”nya surat itu.
Surat apakah yang memicu orang Sulu datang ke Sabah itu?
Laman Philstar memberitakan, surat itu ditulis Agbimuddin untuk Benigno Aquino usai terpilih presiden 2010 silam. Isi surat itu, pertama, ucapan selamat atas kemenangan Aquino. Kedua, ini intinya: mendesak pemerintah Filipina mendukung klaim mereka atas Sabah. Sulu juga minta diikutsertakan dalam perundingan damai antara pemerintah dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Saat surat itu dikirim, Kesultanan Sulu punya harapan tinggi. Setidaknya, pemerintahan Aquino bisa memberikan perhatian atas aspirasi mereka. Soalnya, selama lima tahun di bawah pemerintah Gloria Macapagal Arroyo, tuntutan Sulu atas Sabah diabaikan. Kini di bawah Aquino, Sulu mengira angin beda akan bertiup.
Tapi inilah yang buat Sulu kecewa.  Surat itu seperti hilang ditiup angin. Klaim atas Sabah itu kembali diacuhkan. Mereka bahkan tak diikutkan dalam perundingan dengan MILF terkait nasib Mindanao. Sampai kedua kedua kubu berdamai, dan menghasilkan daerah otonomi Bangsamoro, Kesultanan Sulu tidak dapat bagian.
Sakit hati
Sakit hati pun mulai merasuk Kesultanan Sulu. Sejak konflik antara pemerintah Filipina dengan kelompok separatis di Mindanao, Sulu selalu kena getahnya. Terletak di ujung Filipina, dekat Sabah dan Sulawesi, Sulu  sangat strategis dijadikan markas kelompok separatis Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) bentukan Nur Misuari pada tahun 1970an.
Ratusan orang di Sulu menjadi korban pertempuran antara MNLF dengan pasukan Filipina. Puluhan ribu lainnya pilih mengungsi ke luar kepulauan Sulu.
Tahun 1990an, warga kembali menjadi korban konflik antara Filipina dengan kelompok MILF yang dilabeli teroris oleh Amerika Serikat. MILF adalah kelompok sempalan MNLF yang tidak puas dengan kesepakatan damai antara MNLF dengan Filipina tahun 1976. Kesepakatan damai ini menghasilkan Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) yang terdiri dari provinsi Maguindanao dan Lanao del Sur, Kepulauan Sulu, Tawi-Tawi dan Basilan.
Kesepakatan damai MNLF dengan Filipina ini juga membuat kesal sejumlah anggotanya yang lain. Akhirnya, kelompok radikal itu membentuk kekuatan sendiri, yaitu Grup Abu Sayyaf. Walaupun kecil jika dibanding MILF, kelompok yang berdiri tahun 1990 ini terkenal ganas. Sejumlah bukti menunjukkan mereka berafiliasi dengan al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah di Indonesia.  Markas Grup Abu Sayyaf  itu salah satunya di Jolo, wilayah terbesar provinsi Sulu.
Ahmad Suaedy, peneliti dari Abdurrahman Wahid Center-Universitas Indonesia mengatakan separatisme di Mindanao bisa diurut sejarahnya dari pendudukan Spanyol di abad ke-14. Saat itu, wilayah selatan Filipina yang mayoritas Muslim, terutama Kepulauan Sulu sama sekali tak tersentuh.
Barulah ketika Spanyol ditundukkan Amerika Serikat di abad ke 19, Mindanao menjadi salah satu bagian di Filipina yang diserahkan Spanyol. Salah satu kebijakan ekstrem AS kala itu adalah memindahkan orang-orang di bagian tengah dan utara Filipina yang mayoritas Katolik ke wilayah Selatan.
"Pada akhir abad ke 19-an, Muslim di Mindanao masih 85 persen. Tapi pada waktu Filipina merdeka 1947, hanya  sekitar 50 persen. Perintah imigrasi oleh AS tidak hanya warganya. Tapi juga gereja, plus kepemilikan tanah, perkebunan dan pertanian," kata Suaedy kepada VIVAnews.  Ini yang membuat rakyat Mindanao marah.
Kesultanan Sulu sendiri sudah ada sejak abad ke-14 di Kepulauan Sulu dan Sabah, yang kala itu bernama Borneo Utara, jauh sebelum negara Filipina dan Malaysia berdiri. Wilayah Sabah sendiri diberikan pada Kesultanan Sulu oleh Brunei sebagai hadiah dalam membantu mengusir pemberontak.
Pada 1878, Sulu menyewakan wilayah Sabah pada perusahaan British North Company milik Inggris yang saat itu menjajah Malaysia.
Saat Malaysia merdeka 1963, sewa Sabah dialihkan dari pemerintah Inggris ke Malaysia. Tahun 1962, Kesultanan Sulu memberikan mandat pada Presiden Filipina Diosdado Macapagal untuk bernegosiasi terkait wilayah Sabah yang mereka miliki.
Sejak saat itu disepakati, Kuala Lumpur harus membayar sewa tahunan sebesar 5.300 ringgit, atau setara 69.700 peso (Rp16 juta) kepada pewaris tahta Kesultanan Sulu. Pembayaran sempat dihentikan pada 1970an setelah Sultan Sulu, Esmail Kiram I tidak punya keturunan. Kini, banyak yang mengklaim sebagai sultan Sulu, namun yang dikenal adalah Sultan Jamalul Kiram III dengan Agbimuddin sebagai putra mahkota.
Baik MNLF dan MILF pernah melakukan perundingan damai, dan mendapatkan porsi Mindanao dari pemerintah Filipina. Kesultanan Sulu sama sekali tak diperhitungkan. Bahkan dalam perjanjian damai terbaru antara Filipina dan MILF yang menghasilkan Wilayah Otonomi Bangsa Moro itu, Kesultanan Sulu seperti raib dalam peta politik.
Pembentukan wilayah otonomi ini direncanakan rampung sebelum akhir pemerintahan Aquino di tahun 2016. Muslim Bangsamoro akan punya porsi lebih besar dalam hal politik dan ekonomi, serta keamanan nasional. Dalam kerangka itu, akan dibentuk 15 anggota Komisi Transisi, yang hingga 2015 akan membuat kerangka hukum menggantikan wilayah otonomi sekarang, dengan entitas baru, Bangsamoro.
Pengamat mengatakan, klaim atas Sabah oleh Sulu hanyalah puncak gunung es. Sementara di bawahnya, ada arus lebih besar dan dalam, yaitu kekecewaan. Lee Jones, dosen senior dari Queen Mary and Westfield University di London, Inggris, kepada Al Jazeera mengatakan, ini adalah ujung pangkal pendudukan orang Sulu di Sabah. Mereka barisan sakit hati, yang kecewa pada pemerintahan Filipina.
"Mereka lalu mengangkat kembali klaim zaman dulu ini -yang telah dibungkam selama 40 tahun terakhir- untuk membalas dendam pada Manila, atau mempermalukan pemerintahan Aquino," kata Jones.
Minyak Sabah
Sabah sejak dulu menjadi rebutan Filipina dan Malaysia. Untuk merebut Sabah, pemerintah diktator Ferdinand Marcos pernah melatih sekitar 300 Muslim Tausug di Mindanao pada 1960an. Tujuannya membuat kekacauan di Sabah. Siasat Marcos terbongkar, dan pelatihan itu terhenti. Belakangan, para Muslim Tausug itu berbalik. Mereka malah direkrut dan dilatih Malaysia. Kekuatan itu akhirnya membentuk MILF yang menyerang Filipina.
Malaysia bahkan kerap mengirim senjata kepada MILF pada 1970an. Jalurnya dari Sabah melalui Sulu. Sampai sekarang, perbatasan Sabah-Sulu memang longgar. Buktinya, ratusan bahkan ribuan orang Kesultanan Sulu bisa begitu saja memasuki Sabah melalui Tawi-tawi, yang hanya butuh sejam perjalanan dengan boat.
Suaedy mengatakan, dulu MILF dipakai Malaysia untuk menandingi MNLF yang nasionalis. MNLF punya misi menguasai kembali Sabah, dan memberikannya pada Kesultanan Sulu. "Angan-angan mereka adalah mendirikan negara seperti Brunei Darussalam, karena Kesultanan Sulu itu sebenarnya kaya-raya," kata penulis buku "Minoritas Muslim Mencari Jalan Damai: Peran Civil Society Muslim di Filipina Selatan, dan Thailand Selatan" ini.
Free Malaysia Today awal Maret ini membeberkan Sabah menyumbang 14 persen pemasukan Malaysia dari gas alam, dan 30 persen dari minyak mentah. Di Malaysia bagian Borneo, wilayah Sabah adalah penyumbang produk domestik terbesar pada 2009.
Tahun 2011, cadangan minyak di Sabah sekitar 1,5 miliar barel. Cadangan gas di wilayah ini mencapai 11 triliun kubik kaki. Empat ladang gas baru ditemukan di perairan Sabah dalam dua tahun terakhir. Ladang minyak baru juga ditemukan, menambah kaya wilayah ini. Bandingkan dengan Filipina yang hanya menghasilkan 6.000 barel minyak mentah setiap hari.
Ihwal Sabah yang dicaplok Kesultanan Sulu, pemerintah Filipina ikut meradang.  Hubungan kedua negara dipertaruhkan. Malaysia sebetulnya berjasa bagi Filipina dalam soal memuluskan perundingan damai dengan MILF. Kelompok separatis itu telah sepakat damai dengan Filipina, dan mendukung keputusan Aquino.
Awalnya, tak ada dukungan apapun baik dari MNLF maupun MILF kepada Kesultanan Sulu. Namun, belakangan tokoh pendiri MNLF, Nur Misuari, menyatakan dukungannya pada kesultanan itu. Kabarnya, sudah ribuan militan MNLF dikirim menyusup masuk ke wilayah Sabah untuk membantu kekuatan pangeran Agbimuddin.
"Waktu Misuari mendirikan MNLF ada dua sasarannya. Satu mereformasi feodalisme, yang berarti menyingkirkan Kesultanan. Kedua, menuntut merdeka atau otonomi. Namun, ketika terjadi perpecahan, Misuari mencari legitimasi lain di luar struktur, yaitu merapat ke Kesultanan. Jadi hubungan antara MNLF dan Kesultanan Sulu itu adalah cinta dan benci," kata Suaedy.

Seperlima Lapisan Es Kanada Cair Abad Ini

Gletser atau lapisan es Illecillewaet di Kanada
Seperlima dari gletser atau lapisan es di Kanada akan mencair akhir abad ini. Aktivitas manusia yang menyebabkan isu pemanasan global mendorong naiknya permukaan laut sampai 1,4 inci, atau 3,5 centimeter.

"Meski kita menganggap pemanasan global belum sampai tingkat fatal, sangat besar kemungkinan es yang akan mencair lebih mengkhawatirkan dari perkiraan," ujar Jan Lanaert, kepala studi sekaligus ahli meteorologi Utrech University, Belanda, dalam pernyatannya.

"Dan, kemungkinan gletser itu muncul kembali sangatlah tipis," tandasnya, seperti dikutip Global Post, Sabtu 9 Maret 2013.

Dia mengatakan, proses pembentukan gletser itu tidak bisa terulang kembali atau bertahan, karena salju dan es pada tundra di Kanada Utara akan membantu memantulkan sinar Matahari

Ketika mereka menghilang, porsi sinar matahari yang sampai ke air dan tanah akan lebih besar, menyebabkan suhu udara melambung.

Jika gletser Kanada menyusut seperlima atau 20 persen, sesuai skenario, maka kenaikan suhu rata-rata dunia akan naik tiga derajat Celcius, atau 5,4 Fahrenheit.

Menurut perkiraan Lanaerts, yang menggarisbawahi ini bukan skenario terburuk yang coba menakut-nakuti, lonjakan temperatur di daerah glasial, seperti Kanada Utara, akan jauh lebih tinggi: delapan derajat Celcius.

Jika sampai gletser Kanada, tubuh es terbesar ketiga di dunia, hilang seluruhnya, maka tingkat permukaan laut akan naik 7,9 inci, atau 20 centimeter.

Untuk itu, para ilmuwan mendesak para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan prospek, mencatat bahwa sejak tahun 2000 sampai saat ini, suhu di Kanada bagian Benua Arktik telah meningkat satu sampai dua derajat Celcius, dan volume es telah berkurang secara signifikan.

"Kebanyakan perhatian isu iklim mengarah ke Greenland dan Kutub Selatan, sangat bisa dipahami, karena keduanya adalah dua bagian es terbesar di dunia," kata Michiel van den Broeke, juga dari Universitas Utrecht.

"Namun, dengan penelitian ini, kami ingin menunjukkan bahwa gletser Kanada juga harus mendapat perhatian, karena juga menyumbang kenaikan tingkat permukaan laut," ungkapnya.

Studi ini telah dipublikasikan di Geophysical Research Letters, sebuah jurnal ilmiah AS. 

EDAN....! GILE MEK.....! Dibuka Lelang Keperawanan Boneka Seks di Brasil. Sejauh ini, penawaran telah mencapai Rp1 miliar. hehehehe.......

Boneka seks Valentina
Publik di Brasil saat ini sedang ramai memperbincangkan sebuah lelang unik yang diadakan oleh sebuah toko yang menjual peralatan seks online. Alih-alih melelang produk, toko bernama Sexonico ini menawarkan kepada publik keperawanan sebuah boneka seks yang menyerupai manusia bernama Valentina.

Menurut data yang dilansir dari Huffington Post pada Jumat 8 Maret 2013, sejauh ini penawaran untuk kesempatan tidur dengan boneka tersebut bahkan telah mencapai angka senilai Rp1 miliar lebih. Sementara harga yang dipasang untuk keperawanan Valentina dipatok seharga Rp7,5 miliar.

Sexonico mengiming-imingi pemenang lelang akan mendapat beberapa layanan dan fasilitas, mulai dari menginap gratis di kamar presidential suite di sebuah motel di kota Sao Paulo, makan malam romantis lengkap dengan sampanye dan tiket pesawat bagi mereka yang tidak tinggal di luar Sao Paulo. 

Untuk menarik perhatian publik, Sexonico, melampirkan informasi di situs resmi mereka bahwa boneka seks ini benar-benar menyerupai manusia asli.

"Dia memiliki bola mata hijau, bibir tebal, kulit mulus menyerupai tekstur kulit manusia, dan payudara penuh. Secara keseluruhan dia memiliki bentuk tubuh yang akan membuat iri seluruh wanita di dunia," tulis Sexonico sambil mempromosikan Valentina di situs mereka.

Masih menurut Sexonico, lelang akan ditutup pada tanggal 31 Maret nanti.