Wednesday 2 October 2013

World Toilet Summit 2013 Diikuti 20 Negara, Digelar di Solo

http://images.nationalgeographic.com/wpf/media-live/photos/000/174/cache/bathroom-toilet_17475_600x450.jpg
World Toilet Summit (WTS) 2013 digelar di Solo, 2-4 Oktober 2013. Pembukaan acara dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto. Dalam acara itu ditegaskan bahwa memperoleh air bersih dan sanitasi yang baik adalah hak asasi manusia. Sedangkan kampanye toilet bersih harus mempertimbangkan kearifan lokal dan dilakukan dengan tingkat kemampuan masyarakatnya.
Dalam pidato pembukaannya, Djoko Kirmanto mengatakan WTS 2013 di Solo tersebut diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan terhadap sanitasi yang baik bagi Indonesia, karena pada tahun 2010, PBB telah menyatakan bahwa akses sanitasi dan air bersih adalah hak asasi manusia. Forum itulah kesempatan untuk bertemu dengan para ahli sanitasi dari 20 negara yang hadir untuk berbagi pengetahuan tentang sanitasi.

"Agenda WTS 2013 ini sejalan dengan komitmen Pemerintahan kami untuk meningkatkan akses sanitasi, termasuk toilet bersih dan sehat yang dikembangkan melalui program Sanimas (sanitasi berbasis masyarakat -red). Hingga 2012, 572 Sanimas telah beroperasi di 169 kota/kabupaten dan pada 2013 ini dikembangkan lagi di 180 kota/kabupaten lainnya," ujar Djoko dalam sambutan pembukaan WTS 2013 di The Sunan Hotel, Solo, Rabu (2/9/2013).

Sedangkan Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso, mengatakan saat ini hampir seluruh negara di dunia sedang berperang melawan problem lingkungan dan sanitasi yang buruk. Sanitasi bukan masalah etika tetapi masalah kompleks dengan berbagai implikasi, termasuk ekonomi. WTS dinilainya sebagai bukti perkembangan dalam bidang sanitasi di tingkat global di berbagai level.

Sementara itu Ketua World Toilet Organization (WTO), Jack Sim, menegaskan bahwa untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan sanitasi, harus menggunakan bahasa yang mereka pahami. Jangan menggunakan jargon-jargon ilmiah, karena meskipun secara akademis benar, tetapi tidak dapat dipahami oleh masyarakat. Salah satunya adalah melalui pendekatan media.

"Tahun lalu WTO berhasil menjangkau 3.3 miliar penduduk dunia tanpa kampanye tetapi melalui pemberitaan di media. Lebih dari itu, para pegiat sanitasi adalah harus merupakan orang yang hebat karena berani menghadapi cemoohan orang yang mengganggap masalah toilet adalah lelucon. Selain itu juga harus mendekati pemuka agama dan selebriti untuk mengembangkan kesadaran mengenai toilet karena sanitasi menyangkut semua orang," ujarnya.

Dalam sesi wawancara dengan wartawan, Sim mengatakan kampanye toilet bersih harus terus dikembangkan dengan melalui cara bahkan termasuk menggelar kontes Miss Toilet. Sedangkan Naning mengkritik pembangunan toilet publik yang masih banyak sudut sehingga sulit dibersihkan, masih cenderung boros air dan pemborosan tisu toilet sehingga tidak ramah lingkungan.

Djoko Kirmanto menjawab pembangunan fasilitas yang sebaik apapun tidak akan berjalan baik jika kesadaran masyarakat untuk menjaganya masih kurang. Karena itu pihaknya sedang mempersiapkan untuk memutar jingle tentang budaya bersih yang nantinya akan diputar di semua toilet di ruang publik.

"Sedang digarap rekamannya di Solo. Nantinya akan diputar non-stop di toilet-toilet umum agar semua orang sadar tentang budaya hidup bersih, termasuk menjaga toilet selalu bersih agar aman
dan nyaman digunakan semua orang," kata Djoko Kirmanto.