Sunday, 27 September 2015

KEMANAKAH KITA SETELAH AJAL MENJEMPUT?

 http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2014/09/08/46/899383/terungkap-riset-ilmuwan-soal-kehidupan-usai-kematian-hoax-HXB.jpg
Abstraksi
Kasus-kasus penelitian tercatat yang tak terhitung jumlahnya mengenai pengalaman-pengalaman kehidupan masa lampau menunjukkan jelas tentang kehidupan setelah kematian. Dalam semua kasus yang tercatat tentang reinkarnasi, ditemukan bahwa ada jeda waktu tidak tetap antara kematian seseorang dan reinkarnasi berikutnya di Bumi. Jadi, kemana kita pergi setelah kematian sampai dengan reinkarnasi kita kembali di Bumi? Apakah tempat tersebut berupa alam eksistensi/ keberadaan tunggal atau terdiri dari berbagai alam eksistensi? Jika demikian, apa faktor-faktor yang menentukan kemana kita pergi setelah kematian? Pada artikel ini, kami menyajikan jawaban untuk hal tersebut dan pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang topik ini. Jawaban-jawaban ini diperoleh melalui penelitian spiritual yang dilakukan oleh para pencari Tuhan dari Yayasan Penelitian Ilmu Spiritual (SSRF) dengan indra keenam yang mendalam (ESP).
Catatan: Untuk memahami artikel ini dengan lebih baik, dianjurkan agar anda membaca artikel tentang tiga komponen-komponen dasar halus sattva, raja dan tama.
Daftar isi [Tampilkan]

1. Apakah yang terjadi setelah kematian?

Penelitian spiritual telah menunjukkan bahwa manusia terdiri dari empat tubuh dasar sebagai berikut:
  • Fisik
  • Mental
  • kausal atau intelektual (kecerdasan)
  • Suprakausal atau ego halus (tak kasat mata)
Gambar di bawah adalah diagram representasi dari terdiri dari apakah manusia.
2-IND-comprised-of
3-IND-Subtle-body-after-death
Ketika seseorang meninggal, tubuh fisiknya berhenti untuk hidup. Namun, sisa eksistensi atau kesadarannya terus berlanjut. Eksistansi orang tersebut, minus tubuh fisiknya dikenal sebagai tubuh halus (lingga deha) dan terdiri dari tubuh-tubuh mental, kausal (intelek) dan supracausal (ego halus). Tubuh halus ini kemudian pergi ke salah satu dari 13 tempat (alam-alam) eksistensi halus selain alam Bumi.

2. Ke-14 alam-alam/ tempat eksistensi di alam semesta

Ada 14 tempat utama di dalam alam semesta ini. Tujuh (7) dari mereka adalah tempat positif dan tujuh lainnya adalah tempat negatif. Ke tujuh tempat negatif biasanya dinamakan sebagai Neraka (Pataal). Terdapat banyak divisi lainnya di setiap ke 14 tempat tersebut.
Definition of Dharma (Righteousness)Tujuh alam-alam eksistensi positif: Tempat ini ditempati oleh tubuh rohani yang melakukan perbuatan baik dan melakukan praktik spiritual sesuai dengan jalan positif dari ajaran spiritualitas. Dengan jalan positif, kita artikan sebagai orientasi praktik spiritual menuju kesadaran Tuhan atau bersatu dengan Tuhan seutuhnya (Pencerahan). Bersatu dengan Tuhan seutuhnya, adalah tujuan paling utama dalam pertumbuhan spiritual.
Alam Bumi adalah satu-satunya alam fisik eksistensi di alam semesta dan juga merupakan alam eksistensi pertama dalam hirarki alam-alam eksistensi positif di alam semesta.
Tujuh alam-alam eksistensi negatif: Tempat ini kebanyakan ditempati oleh tubuh rohani yang telah melakukan kejahatan serta  melakukan praktik spiritual sesuai dengan jalan yang negatif dari ajaran spiritualitas. Dengan jalan negatif, kita artikan  sebagai orientasi praktik spiritual dengan kekuatan-kekuatan spiritual, misalkan kekuatan supranatural atau ilmu kesaktian. Kekuatan spiritual ini digunakan untuk tujuan yang negatif. Dengan demikian semua tubuh rohani/ halus yang pergi ke salah satu alam-alam eksistensi neraka, menjadi hantu berdasarkan niat-niat jahat mereka.
Lihat di arikel, ‘Apakah hantu itu’?
Sub alam eksistensi dari Neraka (Narak): Setiap alam eksistensi neraka (Paataal) memiliki sub/ bagian alam yang dikenal sebagai Narak. Contohnya, alam eksistensi pertama dari Neraka akan memiliki di dalamnya sub alam yang dikenal sebagai Narak pertama. Narak dicadangkan untuk hantu terburuk (setan, iblis, energi negatif, dll) di dalam Neraka. Para hantu (setan, iblis, energi negatif, dll) yang mendiami Narak pertama ini menghadapi hukuman yang lebih parah dan untuk durasi yang lebih lama dibandingkan dengan mereka yang mendiami alam eksistensi pertama dari neraka.
Diagram di bawah ini menunjukkan ke-14 alam-alam eksistensi di Alam Semesta.
4-IND-Regions
Mohon dicatat:
  1. Untuk lebih sederhana, meskipun kami telah menunjukkan alam-alam eksistensi satu di atas yang lain dalam diagram ini, pada kenyataannya mereka ada di sekitar kita di segala penjuru. Hanya saja bumi karena merupakan alam fisik yang nyata bisa terlihat: sedangkan alam lainnya semakin lebih halus sehingga tak terlihat dengan kasat mata. Bahkan, berbeda orang meskipun hidup di alam eksistensi Bumi mengalami pemikiran-pemikiran dan emosi-emosi yang sesuai dengan alam-alam eksistensi yang berbeda sesuai tingkat spiritual atau pemikiran mereka. Contohnya untuk Saints (orang-orang Suci), yaitu orang yang telah berkembang secara spiritual melebihi tingkat spiritual 70%, menyebabkan eksistensi/ keberadaan yang sesuai dengan alam-alam eksistensi positif Surga dan seterusnya. Sebaliknya seseorang yang merencanakan pencurian mengalami pemikiran-pemikiran terkait dengan alam eksistensi ke-1 dari Neraka, seseorang yang merencanakan beberapa tindakan yang bertujuan merugikan orang lain terkait dengan alam ke-2 dari Neraka dan sebagainya dan orang yang merencanakan pembunuhan mengalami pemikiran-pemikiran terkait dengan alam eksistensi ke-7 dari Neraka. Namun 2 alam eksistensi tidak dapat dialami secara bersamaan, yaitu seseorang tidak bisa mengalami pemikiran-pemikiran terkait dengan 2 alam yang berbeda, misalnya Surga dan Mahālok.
  2. Alam eksistensi Nether (Bhūvalok) tepatnya adalah daerah yang menjauh dari Tuhan, karenanya adalah alam negatif. Kami bagaimanapun telah menggambarkannya sebagai alam positif karena tubuh-tubuh halus dari alam ini masih memiliki kesempatan untuk dilahirkan di Bumi untuk maju secara spiritual. Sekali tubuh-tubuh halus mundur ke salah satu dari alam-alam Neraka, maka kemungkinannya kecil untuk mereka dilahirkan di Bumi dan maju ke arah Tuhan.
Penjelasan di balik skema warna yang digunakan
  • Bumi digambarkan berwarna kemerahan karena mewakilkan aksi/ tindakan (yaitu komponen dasar non-fisik/ halus raja), di mana Bumi adalah satu-satunya alam di mana kita memiliki tubuh fisik untuk melakukan sesuatu.
  • Surga telah digambarkan dalam warna merah muda, yang mewakili berlimpahnya kebahagiaan.
  • Kuning mewakili pengetahuan spiritual dan peningkatan dalam komponen dasar halus sattva. Warna kuning Ini akhirnya akan menjadi hampir putih pada tahap tertinggi, yang menggambarkan kedekatan dengan prinsip Tuhan tak berwujud.
  • Wilayah-wilayah Neraka diwakili oleh warna gelap sampai hitam, karena adanya peningkatan dalam komponen dasar non-fisik tama.

3. Surga dan alam-alam eksistensi positif lainnya di Alam Semesta (setelah kematian)

Kehidupan setelah kematian mati
Catatan (berdasarkan nomor-nomor merah pada tabel di atas) :
  1. Setiap alam eksistensi positif dan negatif di luar batasan alam (fisik) eksistensi Bumi menjadi semakin halus (tak kasat mata) sesuai dengan hirarkinya. Maksud kami dengan ‘Halus/ non-fisik’ adalah yang melampaui pemahaman panca indera, pikiran dan intelek. Satyaloka adalah yang terhalus, yaitu yang paling sulit untuk dilihat atau dipahami kecuali indra keenam (ESP) tingkat tertinggi telah dicapai.
  2. Akibat kurangnya praktik spiritual, kebanyakan orang di zaman sekarang pergi ke dunia Nether ataupun alam-alam eksistensi Neraka setelah kematian. Kita biasanya pergi ke dunia Nether setelah kematian ketika proporsi kejahatan (yang timbul akibat perbuatan-perbuatan salah di Bumi) sekitar 30%. Kejahatan, pada umumnya termasuk niat jahat terhadap orang lain dan banyaknya hasrat keinginan seseorang. Di dunia Nether, kemungkinan akan diserang oleh hantu-hantu dengan tingkat yang lebih tinggi dari alam eksistensi lebih rendah di Neraka hampir dipastikan.
  3. Bumi adalah satu-satunya alam eksistensi di mana terdapat suatu penggabungan dari orang-orang dengan berbagai tingkat spiritual. Namun, setelah kematian kita pergi ke alam eksistensi yang sesuai dengan tingkat spiritual kita.
  4. Tingkat spiritual minimum yang diperlukan untuk mencapai Surga setelah kematian adalah 60%. Silakan mengacu kepada artikel, yang menggambarkan apa itu tingkat spiritual dan rincian populasi dunia pada tahun 2006 sesuai dengan tingkat spiritual. Pada dasarnya, dari sudut pandang ilmu pengetahuan spiritual, perbuatan-perbuatan mulia untuk mencapai Surga atau alam eksistensi positif yang lebih tinggi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai kesadaran Tuhan. Tiga kriteria berikut dapat diterapkan sebagai acuannya.
    • Tindakan-tindakan yang dilakukan tanpa doership, yaitu dengan pandangan bahwa Tuhan sendiri melakukan tindakan itu atas diri kita dan oleh sebab itu saya tidak dapat mengklaim pengakuan apapun.
    • Dilakukan tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan.
    • Dilakukan tanpa mengharapkan hasil.Lebih dari tindakan semata, adalah sikap atau pandangan di balik tindakan tersebut yang lebih diperhitungkan.
  5. Untuk mencapai alam eksistensi lebih tinggi yang melampaui Surga, seseorang harus berada pada tingkat spiritual di atas 80%. Ini hanya dapat dicapai dengan praktik spiritual yang konsisten sesuai dengan enam hukum-hukum dasar dari praktik spiritual, bersamaan dengan pengurangan besar dalam ego.
  6. Dengan tubuh dominan, maksud kami adalah tubuh yang paling aktif, yaitu tubuh mental, intelek (kecerdasan) atau ego halus. Sebagai contoh, pada alam eksistensi Nether (Bhuvalok), tubuh halus masih memiliki banyak hasrat keinginan dan kemelekatan. Akibatnya, sering kali mereka menjadi hantu yang kerap berusaha untuk memenuhi beberapa hasrat keinginan mereka. Hal ini membuat mereka terbuka terhadap serangan hantu-hantu dengan tingkat lebih tinggi dari anak tangga lebih rendah  di Neraka yang ingin mengambil keuntungan dari ketergantungan-ketergantungan mereka dengan tujuan untuk mempengaruhi orang-orang di Bumi.
  7. Di dalam alam eksistensi Nether kita mengalami beberapa kebahagiaan. Namun, ketidakbahagiaan di alam tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan ketidakbahagiaan yang dialami di Bumi.
  8. Dalam alam eksistensi Surga, tubuh-tubuh halus/ rohani mengalami kelimpahan berlebih dari kebahagiaan. Kebahagiaan ini jauh melebihi kebahagiaan yang dialami di Bumi baik dalam jumlah, kualitas maupun durasinya. Ketika kita bergerak menaiki alam eksistensi positif, terdapat peningkatan dalam kualitas kebahagiaan dan tidak ditemukannya ketidakbahagiaan.
  9. Kebahagiaan Sattvik berarti kebahagiaan yang berasal dari membantu orang lain tanpa harapan atau pamrih. Ketika ego terlibat dalam bertindak, tindakan itu menjadi raajasik.
  10. Serenity (ketenangan abadi) adalah pengalaman spiritual yang lebih tinggi daripada Bliss (Kebahagaian abadi).

3.1 Alam-alam eksistensi positif dan reinkarnasi di Bumi

Setelah kematian, orang-orang yang berada di alam-alam eksistensi di bawah Mahālok perlu be reinkarnasi di alam Bumi untuk melunasi takdir dan menyelesaikan akun-akun memberi-dan-mengambil (give-and-take account) yang mereka miliki.
Jika seseorang mencapai Mahālok dan Janalok setelah kematian, itu berarti tingkat spiritual mereka di atas 80%. Jiwa-jiwa ini tidak perlu bereinkarnasi lagi karena semua takdir yang tersisa (akumulasi akun) dapat diselesaikan dari alam-alam eksistensi itu sendiri. Namun tubuh-tubuh halus yang telah berevolusi ini boleh memilih untuk dilahirkan atas kehendak mereka sendiri. Mereka melakukannya terutama untuk bertindak sebagai pemandu-pemandu spiritual bagi umat manusia.
Dalam beberapa kondisi tertentu, orang-orang yang meninggal di tingkat spiritual 60% dapat mencapai Mahālok. Di sini potensi seseorang untuk pertumbuhan spiritual lebih lanjut dapat dipertimbangkan. Melalui penelitian spiritual, kami telah menemukan adanya 5 faktor yang mempengaruhi potensi untuk pertumbuhan spiritual lebih lanjut dari orang tersebut.
  • Memiliki jumlah emosi spiritual (bhāv) yang tinggi,
  • Memiliki ego yang rendah,
  • Memiliki keinginan yang kuat untuk pertumbuhan spiritual,
  • Melakukan praktik spiritual teratur dengan tingkatan yang semakin tinggi,
  • Terpengaruh atau tidak terpengaruh oleh energi-energi negatif.
Dipengaruhi oleh energi-energi negatif sangatlah menghambat kemampuan seseorang untuk dapat tumbuh secara spiritual. Maka, jika seseorang berada di tingkat spiritual 65% tetapi sangat terpengaruh oleh energi-energi negatif, kemampuannya untuk mencapai alam-alam spiritual yang lebih tinggi seperti Mahālok, menjadi terbatas.
Jika seseorang mencapai Tapalok atau Satyalok setelah kematian, maka orang tersebut tidak mengambil kelahiran lagi di alam eksistensi Bumi tetapi terus melakukan praktik spiritual di alam eksistensi itu sampai ia bersatu sepenuhnya dengan Tuhan.

3.2 Pentingnya alam eksistensi Bumi

Alam eksistensi Bumi amatlah penting. Ini adalah satu-satunya alam eksistensi di mana kita bisa membuat pertumbuhan spiritual yang cepat dan melunasi perhitungan/ akun memberi-dan-mengambil kita dalam periode waktu yang paling singkat. Alasan utama untuk hal ini adalah dengan bantuan tubuh fisik, kita bisa melakukan banyak hal untuk meningkatkan pertumbuhan dan tingkat spiritual kita serta mengurangi komponen dasar non-fisik tama.
Selain dari Bumi, pertumbuhan spiritual kemungkinan besar hanya terjadi di wilayah-wilayah di atas Surga seperti Mahaaloka dll. Hal ini disebabkan oleh karena, tubuh halus di Surga menjalani resiko akan terperangkap dalam kesenangan tanpa akhir yang ditawarkan di Surga. Dalam alam-alam eksistensi Bawah (Nether) dan Neraka (setelah kematian), hukuman yang begitu berat dan juga tekanan dari hantu-hantu dengan tingkat yang lebih tinggi adalah sedemikian rupa, sehingga menjadi sangat sulit bagi seseorang untuk bangkit dari penderitaan yang dialaminya di alam-alam tersebut untuk melakukan suatu praktik spiritual yang bernilai.

4. Apakah itu Neraka, siapa yang pergi ke Neraka dan seperti apakah Neraka itu?

Perjalanan kita setelah kematian meninggal kehidupan
  • Sewaktu seseorang pergi ke alam eksistensi lebih rendah dari Neraka, akibat semakin  berkurangnya komponen dasar halus sattva secara bertahap, lingkungan menjadi semakin kurang kondusif untuk mengalami kebahagiaan.
  • Dalam alam eksistensi Neraka, ada beberapa hantu/ iblis yang melakukan beberapa jenis praktik spiritual tertentu untuk mendapatkan kekuatan spiritual. Dalam hirarki para hantu, yang tertinggi adalah penyihir dari alam eksistensi ketujuh Neraka. Mereka memiliki kekuatan spiritual sangat besar yang hampir setara dengan Saint (orang-orang suci) pada tingkat spiritual 90%. Mereka mengendalikan semua jenis hantu lainnya yang kekuatan spiritualnya lebih rendah.
  • Ketika seseorang pergi lebih dalam ke berbagai alam-alam eksistensi Neraka, yaitu dari tingkat ke-1 sampai ke-7, tingkat kebahagiaan yang dialami oleh tubuh/ roh halus di dalam alam eksistensi tersebut terus menurun dan tingkat ke tidakbahagiaannya terus berlipat ganda. Minimnya pengalaman akan kebahagiaan di akibatkan juga karena tenggelam dalam kenangan peristiwa-peristiwa positif di masa lalu, kenangan yang menyenangkan akan harta kekayaan dalam kehidupan masa lalu, dst. Pengalaman ke tidakbahagiaan disebabkan karena kenangan akan rasa sakit fisik dan peristiwa-peristiwa penghinaan, kenangan dari hasrat keinginan yang tidak terpenuhi, misalnya tentang pendidikan, rumah, karir, harapan akan kebahagiaan anak-anak dalam kehidupan masa lalu orang tersebut.
  • Besarnya hukuman/ rasa sakit yang harus dijalani di berbagai alam eksistensi Neraka (Paataal) dan Narak yang terkait, terus meningkat sesuai dengan alam eksistensi Neraka berikutnya. Masa hukuman yang akan dialami di setiap Narak juga lebih besar dibandingkan dengan alam eksistensi Neraka yang terkait dengan Narak tersebut. Jika kita mempertimbangkan hukuman di alam eksistensi pertama Neraka sebagai 100%, maka hukuman di wilayah Narak pertama yang terkait adalah 50% lebih besar, yaitu 150%.
Tabel berikut merupakan gambaran dari contoh-contoh kebahagiaan dan ketidakbahagiaan beserta intensitas rata-ratanya yang kita alami di dalam berbagai alam eksistensi Neraka
Perjalanan manusia kehdiupan setelah meninggal kematian

5. Pergerakan di antara alam-alam eksistensi halus di Alam Semesta

Alam eksistensi ditentukan untuk seseorang sesuai dengan sifat dasar orang tersebut dalam hal sattva, raja dan tama. Penentuan alam eksistensi tersebut juga merupakan satu fungsi dari tingkat spiritual seseorang. Oleh karena itu, tubuh halus dari alam eksistensi positif yang lebih rendah tidak bisa pergi ke alam eksistensi positif yang lebih tinggi dan mereka yang berasal dari alam eksistensi negatif pertama dan kedua tidak bisa pergi ke alam eksistensi Neraka yang lebih dalam (ketiga dst). Hal ini serupa dengan bagai mana orang yang tinggal di bidang datar merasa sulit bernapas pada ketinggian yang lebih tinggi, tapi orang-orang yang tinggal diketinggian lebih tinggi dapat menangani kondisi itu dengan baik.

6. Apa yang menentukan kemana kita pergi setelah kematian?

Pada saat kematian, sewaktu tubuh fisik menjadi tidak aktif, energi vital yang digunakan untuk fungsi tubuh fisik di bebaskan ke Alam Semesta. Energi vital ini mendorong tubuh halus menjauh dari wilayah Bumi pada saat kematian. Sama seperti berat proyektil menentukan seberapa jauh roket dapat mendorong nya, demikian pula berat dari tubuh halus menentukan ke alam eksistensi mana tubuh halus tersebut pergi dalam alam-alam eksistensi halus di kehidupan setelah kematian.
‘Berat’ dari tubuh halus itu terutama merupakan fungsi dari jumlah komponen dasar halus tama dalam diri kita.
IND-Sattva-Raja-Tama-Chart
Ke-3 komponen dasar halus: Kita masing-masing terdiri dari tiga komponen dasar halus/ non-fisik (tak kasat mata) atau gunas.Komponen ini bersifat spiritual dan tidak dapat dilihat, tetapi mereka menentukan kepribadian-kepribadian kita. Ketiga komponen itu adalah:
  • Sattva: Kemurnian dan pengetahuan
  • Raja: Aksi dan gairah
  • Tama: Ketidaktahuan dan inersia. Di dalam rata-rata orang di era saat ini, komponen halus dasar tama mereka mencapai 50%.
Silahkan baca artikel tentang 3 komponen dasar halus
Semakin kita dipenuhi dengan komponen-komponen raja dan tama, semakin kita menampilkan karakteristik-karakteristik berikut yang menambah ke dalam ‘berat’ kita dan berdampak pada alam eksistensi mana kita pergi dalam kehidupan setelah kematian:
  • Lebih melekat pada hal-hal duniawi dan keegoisan
  • Lebih banyak hasrat keinginan yang tak terpenuhi
  • Perasaan-perasaan balas dendam
  • Lebih tingginya jumlah kekurangan atau perbuatan-perbuatan salah
  • Lebih tingginya jumlah gangguan kepribadian seperti marah, takut, keserakahan, dll.
  • Jumlah ego yang lebih tinggi: Dengan ego maksud kami adalah berapa banyak seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan tubuh, pikiran dan intelek (kecerdasan) dan bukan dengan jiwa (roh/ atma) di dalam
  • Menghasilkan tingkat spiritual yang lebih rendah
Penurunan permanen dalam proporsi komponen dasar halus tama dan karakteristik-karakteristik terkaitnya seperti yang disebutkan di atas, dapat terjadi hanya dengan melakukan praktik spiritual terus-menerus yang sesuai dengan enam hukum dasar dari praktik spiritual. Perbaikan psikologis melalui buku-buku perbaikan diri atau mencoba bersikap baik hanyalah bersifat dangkal dan sementara.

6.1 Pentingnya keadaan mental sesaat sebelum meninggal

Keadaan mental sesaat sebelum kematian, selain dari apa yang telah disebutkan di atas, sangatlah penting. Keadaan mental kita pada umumnya berhubungan dengan proporsi komponen-komponen dasar non-fisik di dalam diri kita.
Jika seseorang benar-benar melakukan praktik spiritualnya seperti mengucap dan merepetisikan (mengulang) Nama Tuhan pada saat kematian, maka pengaruh dari hasrat keinginan, kemelekatan, hantu, dst menjadi seminimal mungkin bagi orang itu dibandingkan dengan keadaan di mana dia tidak mengucap dan merepetisikan. Hal ini membuat tubuh halusnya menjadi lebih ringan. Oleh karena itu, jika ia meninggal dunia seraya mengucap dan merepetisikan, ia akan mencapai alam eksistensi yang lebih baik di antara alam-alam eksistensi, dari apa yang seharusnya ia capai jika ia meninggal tanpa mengucap dan merepetisi.
Sesaat sebelum kematian, jika seseorang mengucap dan merepetisikan Nama Tuhan YME dan juga dalam keadaan berserah pada kehendak Tuhan, maka ia mencapai alam eksistensi yang bahkan lebih baik dalam kehidupan setelah kematiannya (akhirat). Perhentian sementaranya pun ditempuh dengan kecepatan cahaya. Hal ini disebabkan oleh karena orang yang berada dalam keadaan berserah di alam eksistensi Bumi itu sendiri, memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk meningkatkan egonya dalam kehidupan setelah kematiannya. Seluruh tanggung jawab atas kesejahteraannya dalam kehidupan setelah kematian orang tersebut juga telah di ambil alih oleh pembimbing spiritualnya yang telah berevolusi (Guru).

6.2 Siapakah yang pergi ke Neraka setelah kematian?

Berikut ini adalah jenis-jenis perbuatan dalam kehidupan kita di Bumi yang biasanya menempatkan kita dalam salah satu alam eksistensi Neraka.
Kehidupan setelah kematian meninggal
Jangkauan, durasi dan tujuan di balik perbuatan-perbuatan salah/ pelanggaran merupakan faktor penting yang menentukan alam eksistensi Neraka mana yang di capai setelah kematian dibandingkan dengan hanya tindakan itu semata.

7. Bunuh diri dan kehidupan di akhirat (setelah kematian)

Ada dua jenis kematian yang berkaitan dengan waktunya.
Kematian akhir yang ditakdirkan: Ini adalah saat kematian tidak bisa dihindari oleh seseorang.
Kematian yang ‘mungkin’ terjadi: Ini adalah keadaan di mana seseorang ‘kemungkinan’ dapat meninggal. Setiap orang dapat mengalami ‘kemungkinan’ meninggal ketika orang itu hampir meninggal, tetapi dapat diselamatkan akibat dari jasa-jasa/ kebaikan-kebaikannya.
Untuk informasi lebih lanjut tentang jenis-jenis kematian silakan lihat artikel kami – Saat Kematian
Dalam kasus-kasus di mana seseorang sedang mengalami krisis yang tidak dapat diatasi dalam hidupnya atau memiliki gangguan-gangguan kepribadian yang parah, ia mungkin berpikir untuk mengambil hidupnya sendiri dalam keadaan tertekan tersebut. Hantu-hantu (setan, iblis, energi-energi negatif, dll) juga menyulut keadaan depresi dari orang yang ingin bunuh diri tersebut dan kadang-kadang memberikan pengaruh dalam mendorong orang tersebut melewati batas untuk bunuh diri. Namun, bunuh diri tetap merupakan tindakan disengaja yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami fase kematian yang ‘mungkin’ terjadi sesuai dengan takdir mereka.
Kehidupan di alam eksistensi Bumi sangatlah berharga dan diberikan kepada kita terutama untuk pertumbuhan spiritual. Ketika kita membunuh orang lain, kita membuat akun kārmic memberi-dan-mengambil (give-and-take account) dengan mereka. Namun dengan melakukan bunuh diri, kita menyia-nyiakan kesempatan untuk pertumbuhan spiritual dan karenanya menanggung dosa yang terberat. Konsekuensinya dari seseorang yang melakukan bunuh diri adalah pergi ke bagian Narak dari alam ke-7 eksistensi Neraka untuk jangka waktu 60.000 tahun Bumi, dalam kehidupan setelah kematiannya (akhirat). Ini adalah tempat yang tanpa cahaya; sesuatu yang menyerupai kurungan isolasi dalam penjara. Karena tiada seorang pun dalam wilayah Narak yang dapat memberikan nasihat tentang praktik spiritual, tubuh halus/ rohani dari orang yang melakukan bunuh diri tersebut tetap berada dalam kegelapan dari ketidaktahuan/ kebodohan spiritual.

8. Mengapa ada jeda waktu di antara dua reinkarnasi?

Dalam proses penelitian dengan menggunakan trans hipnosis untuk melacak kehidupan masa lalu seseorang, telah ditemukan bahwa jeda waktu antara dua reinkarnasi di Bumi rata-rata berkisar antara 50 hingga 400 tahun.  Alasan-alasan untuk jeda waktu ini adalah sebagai berikut:
  • Tubuh halus tetap berada di Surga atau alam eksistensi Nether dalam jangka waktu yang tidak tentu untuk menjalankan hasil dari kebaikan-kebaikan dan dosa-dosanya.
  • Keadaan di alam eksistensi Bumi harus menguntungkan untuk menyelesaikan akun memberi-dan-menerima (give-and-take account) dari kelahiran-kelahiran sebelumnya dengan berbagai orang-orang terkait. Hal ini sesuai dengan hukum Karma. Reinkarnasi dari tubuh halus ditunda sampai tiba saatnya berbagai orang lainnya, dengan siapa mereka memiliki akun memberi-dan-menerima tersebut, juga siap untuk bereinkarnasi.
  • Dalam regresi kehidupan masa lalu, kadang-kadang seseorang tidak melaporkan reinkarnasi dalam keadaan trans. Alasan untuk hal ini adalah reinkarnasi tertentu telah terjadi dengan sangat lancar dan singkat sehingga orang tersebut mungkin tidak mengingat perincian apapun dari reinkarnasi itu.
Dalam kasus di mana tubuh halus/ rohani telah diturunkan ke alam eksistensi Neraka yang lebih dalam, jeda waktu antara ke dua reinkarnasi mungkin bisa ribuan tahun. Mereka tinggal di masing – masing alam eksistensi Neraka sampai tiba saatnya mereka telah menyelesaikan hukumannya. Dalam kebanyakan kasus, ini berarti mereka akan mendekam di alam eksistensi Neraka dalam kehidupan setelah kematian (akhirat) hingga pembubaran/ disolusi Alam Semesta.

9. Kehidupan setelah kematian – dalam rangkuman

Fakta-fakta di atas tentang berbagai alam eksistensi memberikan kita suatu gambaran mengenai konsekuensi-konsekuensi yang mungkin kita hadapi dalam kehidupan setelah kematian, yang disebabkan oleh bagaimana cara kita menjalani kehidupan di Bumi. Hanya dengan praktik spiritual atau dengan kebaikan-kebaikan yang ekstrim/ luar biasa, seseorang dapat pergi ke alam eksistensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu ia dapat menghindari ketidakbahagiaan dan hukuman serta menikmati tingkatan-tingkatan kebahagiaan yang lebih tinggi. Terdapat juga kesempatan yang lebih baik untuk bereinkarnasi di alam eksistensi Bumi dalam keadaan-keadaan yang kondusif untuk melakukan praktik spiritual. Maksud dari hal ini adalah supaya seseorang dapat bergerak lebih jauh ke atas alam-alam eksistensi halus di Alam Semesta. Sehubungan dengan berjalannya kita lebih jauh ke dalam Era Perselisihan (Kaliyuga) sekarang ini, kemungkinan seseorang untuk dapat pergi ke alam-alam eksistensi yang lebih tinggi menjadi lebih sedikit.
Sekali kita pergi ke alam-alam eksistensi yang lebih rendah seperti alam eksistensi Nether atau alam-alam eksistensi Neraka lainnya, kita tinggal di sana dan mengalami ketidakbahagiaan parah selama berabad-abad sampai kita benar-benar membayar kekurangan-kekurangan kita (dosa-dosa) dengan penderitaan berupa hukuman berat yang dijatuhkan di sana dan kembali mendapatkan kesempatan untuk bereinkarnasi di Bumi.
Untuk melakukan praktik spiritual secara konsisten di alam eksistensi Bumi sesuai dengan 6 hukum dasar praktik spiritual adalah seperti berenang melawan arus di era saat ini. Namun, itu juga merupakan jalan yang terjamin untuk maju ke alam-alam eksistensi yang lebih tinggi dalam kehidupan kita setelah kematian.

SUMBER :  http://www.spiritualresearchfoundation.org/indonesian/alam-setelah-kematian/kehidupan-setelah-kematian/

Tujuh cara untuk mendapatkan pengalaman dekat dengan kematian

http://hivaids-medic.com/wp-content/uploads/2015/09/1425025510343130793.jpg
Melihat cahaya di ujung terowongan mungkin merupakan persepsi dari kematian yang paling populer, tetapi Rachel Nuwer menemukan sejumlah laporan yang menjelaskan banyak pengalaman aneh lainnya.
Pada 2011, Tuan A, seorang pekerja sosial dari Inggris yang berusia 57 tahun, dilarikan ke RS Southampton General Hospital setelah pingsan saat bekerja. Petugas medis tengah memasang kateter ke dalam pangkal pahanya ketika dia terkena serangan jantung. Pasokan oksigen terhenti dan otaknya berhenti bekerja. Grafik di mesin pun jadi lurus. A pun meninggal.
Terlepas dari hal itu, dia ingat apa yang terjadi selanjutnya. Staf medis kemudian mengambil Automated External Defibrilator (AED), alat kejut yang digunakan untuk mengaktifkan kembali jantungnya. Pak A mendengar sebuah suara mekanis yang dua kali mengatakan, “Kejutkan pasien”.
Diantara perintah-perintah itu dia melihat seorang perempuan memberi isyarat kepadanya dari balik sudut kamar, dekat langit-langit. Dia menghampirinya, dan meninggalkan jasadnya. “Saya merasa dia mengenal saya, saya merasa saya dapat mempercayai dia, dan saya merasa dia ada di sana dengan maksud tertentu (tetapi) saya tidak tahu apakah itu,” kata A. “Tak lama kemudian, saya berada di atas langit-langit sana, menatap ke bawah ke jasad saya, seorang perawat dan lelaki berkepala botak.”
Catatan rumah sakit kemudian memverifikasi dua perintah lisan untuk melakukan AED. Deskripsi A mengenai orang-orang yang berada di ruangan – orang yang dia tak pernah lihat sebelum dia kehilangan kesadaran – dan tindakan yang mereka lakukan ternyata akurat. Dia menggambarkan sesuatu yang terjadi selama selang waktu tiga menit yang, menurut apa yang kami ketahui mengenai biologi, dia seharusnya tak menyadarinya.



http://img.eramuslim.com/media/thumb/500x0/2013/01/kematian.jpeg
Kisah A – yang digambarkan dalam sebuah makalah dalam jurnal Resuscitation – merupakan salah satu dari laporan yang menantang keyakinan yang selama ini diterima mengenai pengalaman di momentum dekat kematian.
Sampai saat ini, para peneliti berasumsi bahwa ketika jantung berhenti berdetak dan tak lagi mengirimkan aliran darah ke otak, seluruh kesadaran akan berakhir. Pada titik ini, seseorang sudah mati – walaupun seperti yang kita pelajari lebih jauh mengenai pengetahuan ilmiah tentang kematian, kami mulai memahaminya, bahwa terkadang kondisi tersebut dapat dikembalikan.
Selama bertahun-tahun, mereka yang kembali dari tempat yang gaib itu seringkali menyampaikan ingatan tentang peristiwa tersebut.
Para dokter seringkali mengabaikan bukti-bukti yang seakan anekdot itu sebagai halusinasi belaka, dan para peneliti enggan untuk mendalami studi tentang pengalaman hampir mati, sebagian besar karena itu hal itu dipandang sebagai sesuatu diluar jangkauan eksplorasi ilmiah.
Tetapi, Sam Parnia, seorang dokter dan direktur riset resusitasi (upaya menghidupkan kembali) di Stony Brook University School of Medicine di New York, bersama dengan koleganya dari 17 institusi di AS dan Inggris, ingin mengesampingkan asumsi mengenai apa yang dialami atau tak dialami saat ajal tiba.
Mereka yakin dapat mengumpukan data ilmiah mengenai peristiwa - yang mungkin merupakan ujung dari hidup seseorang. Selama empat tahun, mereka menganalisa lebih dari 2.000 kasus serangan jantung – peristiwa ketika jantung seorang pasien berhenti dan mereka resminya mengalami kematian.
Dokter dapat mengembalikan 16% dari pasien-pasien tersebut dari kematian, dan Parnia serta koleganya dapat mewawancarai 101 atau sekitar sepertiga dari mereka.
“Tujuannya berupaya untuk memahami, pertama kali, apa pengalaman kognitif dan mental seputar kematian?“ kata Parnia. “Dan kemudian, jika kami menemukan orang yang mengaku mengalami kesadaran pendengaran dan visual pada saat kematian, kami akan berupaya untuk dapat memastikan jika mereka benar-benar sadar.”
Tujuh kesan tentang kematian
  • Ketakutan
  • Melihat hewan atau tanaman
  • Cahaya terang
  • Kekerasan dan permusuhan
  • Deja-vu
  • Melihat keluarga
  • Ingatan peristiwa pasca-serangan jantung
A bukan merupakan satu-satunya pasien yang memiliki ingatan tentang kematiannya. Hampir 50% peserta penelitian ini mengingat sesuatu. Tetapi berbeda dengan A dan hanya satu orang lain, seorang perempuan – yang pengalamannya keluar dari jasad, tidak dapat diverifikasi secara eksternal, pengalaman pasien yang lain tidak tampak terikat dengan peristiwa aktual yang terjadi selama kematian mereka.
http://assets-a2.kompasiana.com/statics/crawl/555dd0050423bd8b528b4567.jpeg?t=o&v=760


Sebaliknya, mereka menyampaikan kisah bagai mimpi atau halusinasi, yang dikategorikan Parnia dan tim penulisnya dalam tujuh tema besar.
“Sebagian besar diantaranya tidak selaras dengan apa yang disebut “pengalaman menjelang kematian,” kata Parnia. “Tampaknya pengalaman batin tentang kematian lebih luas dibandingkan yang dulu diasumsikan.”
Pengalaman batin ini mencakup dari hal yang mengerikan sampai sangat bahagia. Sebagai contoh, ada diantara mereka yang dilaporkan merasa takut atau merasa dipersekusi.
"Saya harus melalui sebuah upacara... dan upacara itu adalah mengalami pembakaran," ungkap seorang pasien. "Ada empat pria bersama saya, dan yang siapapun yang berbaring akan mati.... saya melihat seorang pria dibakar, di dalam peti mati yang diberdirikan tegak lurus."
Pasien lainnya mengingat bahwa ia "ditarik ke dalam kolam yang dalam," dan masih orang lain lagi mengatakan "saya diberitahu bahwa saya akan meninggal dan cara yang paling cepat adalah dengan mengatakan kata terakhir yang sempat saya ingat."
Pasien lainnya, bagaimanapun, mengalami sensasi yang bertolak belakang, dengan 22% melaporkan "sebuah perasaan damai atau kenyamanan". Beberapa diantaranya melihat mahluk hidup: "Tetumbuhan, tanpa bunga" atau "Sejumlah singa dan harimau"; sementara lainnya mandi dalam "pancaram cahaya yang sangat terang," atau berkumpul kembali dengan keluarga. Sementara itu, sejumlah orang mengalami perasaan yang kuat akan deja-vu: "Saya merasa saya mengetahui apa yang akan orang lakukan sebelum mereka melakukannya".
Perasaan memuncak, sebuah persepsi yang terpiuhkan dari perjalanan waktu dan suatu perasaan terputuskan hubungan dari tubuh merupakan sensasi-sensasi yang umumnya disampaikan para penyintas.



"Sangat jelas bahwa orang mendapatkan pengalaman tertentu pada saat mereka mati", kata Parnia. Namun bagaimana individu memilih untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman itu, tergantung sepenuhnya pada latar belakang dan kepercayaan mereka sebelumnya.
Seseorang dari India bisa jadi kembali dari kematian dan mengatakan mereka melihat Krishna, sementara seseorang dari Midwest AS memiliki pengalaman yang serupa namun yang dilihatnya adalah Yesus.
"Jika ayah di Midwest mengatakan pada anaknya ," Ketika kamu mati, kamu akan bertemu Yesus dan dia akan penuh dengan cinta dan kasih,' tentu saja itulah yang akan dia lihat itu," kata Parnia.
"Dia akan kembali dan mengatakan," Oh ayah, kamu benar, Aku benar-benar melihat Yesus!' Tetapi apakah diantara kita benar-benar mengenali Yesus atau Tuhan? Anda tidak tahu apa Tuhan itu. Saya tidak mengetahui apa itu Tuhan. Selain seorang laki-laki dengan janggut putih, yang hanyalaha sebuah penggambaran.
"Dan semua itu - apa itu ruh, apa itu surga dan neraka - saya tidak mengetahui apa arti semua itu, dan mungkin ada ribuan dan ribuan interpretasi yang berdasar pada di mana Anda lahir dan apa latar belakang Anda," lanjut dia. "Sangat penting untuk beranjak dalam alam ajaran agama ke dalam obyektivitas."

Kasus yang umum

Sejauh ini, tim belum menemukan siapa yang paling dapat mengingat sesuatu dari kematian mereka, dan kurang sekali penjelasan mengapa ada yang mendapatkan pengalaman yang menakutkan sementara lainnya merasakan kegembiraan.
Parnia juga mengungkapkan tampaknya lebih banyak orang yang memiliki pengalaman jelang kematian lebih banyak dibandingkan jumlah yang ditemukan dalam penelitian. Bagi banyak orang, ingatan seringkali terhapus oleh kerusakan otak yang hebat akibat serangan jantung, atau oleh obat penenang yang kuat yang diberikan di rumah sakit. Namun kendati orang tidak secara eksplisit mengingat kembali pengalaman mereka seputar kematian, hal itu tetap dapat memberikan dampak terhadap alam bawah sadar mereka.
Parnia berhipotesa bahwa ini mungkin membantu menjelaskan bahwa perbedaan reaksi pasien serangan jantung yang begitu berbeda itu seringkali memperoleh hal ini dalam pemulihan mereka: beberapa menjadi tidak takut dengan kematian dan jadi kurang mementingkan diri sendiri dalam hidup mereka, sementara yang lain mengalami gangguan stres pasca trauma Post-traumatic stress disorder PTSD.
Parnia dan koleganya telah merencanakan untuk melanjutkan penelitian untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Mereka juga berharap apa yang mereka lakukan akan membantu memperluas pembahasan tentang kematian yang secara tradisional biasanya saling bertentangan, untuk membebaskannya dari kungkungan pandangan keagamaan maupun pandangan skeptis.
Mereka menganggap, kematian seharusnya diperlakukan sebagai subyek ilmiah seperti hal lainnya. "Mereka yang memiliki pandangan relatif obyektif akan sepakat bahwa ini merupakan sesuatu yang harus diselidiki lebih lanjut," jelas Parnia. "Kami memiliki sarana dan teknologi. Sekarang saat untuk melakukannya.