 Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG), Rabu 24 Juli 2013, 
menyimpulkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang lebih akrab 
disapa Jokowi 
merupakan tokoh terpopuler di tahun 2013. Kesimpulan ini ditarik 
berdasarkan survei yang mereka gelar pada kurun waktu 3 - 22 Juni 2013. Jokowi meraih angka popularitas sebesar 25,48 persen.
Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG), Rabu 24 Juli 2013, 
menyimpulkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang lebih akrab 
disapa Jokowi 
merupakan tokoh terpopuler di tahun 2013. Kesimpulan ini ditarik 
berdasarkan survei yang mereka gelar pada kurun waktu 3 - 22 Juni 2013. Jokowi meraih angka popularitas sebesar 25,48 persen.
"Jokowi
 dipilih publik karena dia mau turun ke jalan dan memiliki sikap 
merakyat. Selain itu program Kartu Jakarta Sehat juga disukai 
masyarakat," ujar Kepala Riset SSSG, Ilman Nafian, dalam jumpa pers di 
Wisma Kodel, Jakarta.
Ilman menjelaskan, popularitas mantan 
Walikota Solo itu tidak terkait dengan partainya, PDI Perjuangan. Sebab,
 publik tidak menjadikan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu 
sebagai pertimbangan dalam memilih Jokowi.
"Publik memilih bukan karena partainya apa tapi karena apakah tokoh itu bersedia turun ke masyarakat atau tidak," kata Ilman.
Untuk
 diketahui, populasi dalam survei SSSG adalah seluruh warga yang tinggal
 di 10 kota besar yakni DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan,
 Makassar, Jogjakarta, Palembang, Denpasar dan Balikpapan, yang memiliki
 telepon rumah. Sedangkan untuk kriteria sampel atau responden adalah 
warga di 10 kota besar yang terpilih dan sudah memiliki hak pilih dalam 
pemilu.
Dalam penelitian ini, sampel diambil dari hasil mengacak 
nomor telepon yang terdapat di dalam buku Telkom. Jumlah sampel sebanyak
 2.450 responden dengan tingkat keyakinan 99 persen, margin of error kurang lebih 2,61 persen.
Berikut adalah daftar tokoh terpopuler 2013 versi SSSG:
1. Jokowi 25,48 persen
2. Prabowo Subianto 10,52 persen
3. Jusuf Kalla 5,69 persen
4. Aburizal Bakrie 4,23 persen
5. Dahlan Iskan 4,14
6. Mahfud MD 2,72 persen
7. Megawati Soekarnoputri 2,68 persen
8. Wiranto 1,18 persen
9. Hidayat Nurwahid 1,02 persen
10. Hatta Rajasa 0,81 persen
11. Chairul Tanjung 0,53 persen
12. Surya Paloh 0,33 persen
13. Sri Sultan Hamengku Buwono X 0,33 persen
14. Pramono Edhie Wibowo 0,12 persen
15. Sri Mulyani 0,2 persen
16. Ani Yudhoyono 0,2 persen.
 
 
 
 Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono kembali menyindir kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan 
razia dan kekerasan atas nama agama. Saat menerima kunjungan pimpinan 
universitas Islam se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa 23 
Juli, Presiden mengatakan kekerasan dan perusakan yang dilakukan mereka 
tak cuma merugikan Indonesia, tapi juga negara lain.
Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono kembali menyindir kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan 
razia dan kekerasan atas nama agama. Saat menerima kunjungan pimpinan 
universitas Islam se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa 23 
Juli, Presiden mengatakan kekerasan dan perusakan yang dilakukan mereka 
tak cuma merugikan Indonesia, tapi juga negara lain.
SBY 
mengisahkan, suatu saat Menteri Agama menerima kunjungan pimpinan sebuah
 negara Timur Tengah ke Indonesia. Ketika itu Menteri Agama belum 
dijabat Suryadharma Ali. Berbekal pengalamannya menonton televisi, tamu 
negara itu bertanya, "Apa sebenarnya tujuan kelompok-kelompok yang 
melakukan kekerasan itu?"
"Barangkali menertibkan," kata Menteri Agama, ditirukan SBY.
"Tidak
 bolehlah itu dilakukan dengan kekerasan," tamu negara dari Timur Tengah
 itu langsung menukas. "Begini, itu merugikan dalam dua hal. Satu, 
merugikan Islam, karena Islam tidak begitu, dan kedua merugikan Arab, 
karena mereka menggunakan pakaian Arab."
Mendengarnya, Menteri Agama RI hanya bisa tersenyum, sembari memendam malu.
Mendengar kisah SBY para pimpinan universitas Islam tertawa. 
"Ini true story," kata Presiden.
Di
 luar cerita yang memerahkan telinga itu, dalam sambutannya Presiden 
mengungkapkan apresiasinya kepada pihak-pihak yang disebutnya telah 
berusaha menjaga kerukunan beragama. Sebab, kata SBY, kerukunan antar 
umat beragama di Indonesia sudah dijadikan model negara-negara lain di 
dunia.
Dilawan warga
Bukan sekali itu SBY menyentil ormas-ormas agama yang doyan tampil garang.
Hari
 Minggu lalu, Presiden melansir pernyataan langsung menyesalkan bentrok 
antara Front Pembela Islam (FPI) dan warga Kendal, Jawa Tengah. Dalam 
insiden ini, sejumlah warga dan anggota FPI terluka. Tak terima atas 
aksi sepihak FPI, warga setempat melawan. Polisi sendiri sudah 
menetapkan beberapa anggota FPI sebagai tersangka dalam kasus ini. 
Presiden
 menegaskan langkah yang diambil kepolisian sudah tepat. "Saya 
menginstruksikan kepada Polri dan para penegak hukum untuk tidak 
membiarkan kejadian seperti itu, konflik atau bentrokan horisontal. 
Tidak boleh ada elemen-elemen masyarakat, termasuk FPI, dibiarkan 
melakukan perusakan," ujar SBY usai menghadiri buka puasa bersama 5.000 
anak yatim piatu di Hall D, JI Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu 
kemarin.
SBY menyatakan dia memantau langsung peristiwa itu 
melalui Twitter. Banyak Twitterer yang mengeluhkan dan mengecam ulah FPI
 tersebut. Presiden juga langsung mendengarkan paparan dari Kapolri dan 
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan tentang kronologi kasus 
tersebut.
Kamis lalu, 18 Juli 2013, terjadi bentrok terjadi 
antara puluhan anggota FPI dan penduduk Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah. 
Satu orang tewas dalam peristiwa itu. Sejumlah warga dan anggota FPI 
terluka, sedikitnya satu mobil yang ditumpangi rombongan FPI hangus 
dibakar massa, dan tiga mobil FPI lainnya rusak diamuk warga yang marah.
 
Kawanan FPI ini gabungan dari Kendal, Temanggung, dan Kabupaten
 Semarang. Mereka baru saja merazia lokasi prostitusi dan judi togel di 
Kota Sukorejo. 
Warga setempat tak terima dengan ulah anggota FPI 
melakukan sweeping di wilayah mereka secara semena-mena. Aksi main hakim
 sendiri itu menyinggung warga Sukorejo, karena para anggota FPI itu 
bukanlah warga setempat.
Pecundang!
Disentil
 Presiden, Ketua FPI Habib Rizieq Shihab tak terima. Dia berang akan 
pernyataan SBY yang menyebut ormasnya telah mencederai ajaran Islam. 
Dalam
 siaran persnya, Selasa 23 Juli 2013, Rizieq berdalih kerusuhan di 
Kendal itu bukan dipicu FPI. Bahkan, menurut dia, aksi para anak buahnya
 itu cuma sekadar "monitoring damai, bukan sweeping".
"Justru FPI yang di-sweeping
 oleh ratusan preman pelacuran bersenjata. Di Kendal, FPI tidak 
melakukan perusakan. Justru beberapa kendaraan FPI yang dirusak dan 
dibakar preman," kata Rizieq, balik menuding.
Dia mengatakan, FPI
 sudah mendatangi Polres Kendal dan meminta tempat pelacuran ditutup, 
apalagi di bulan Ramadan. Menurut dia, Kapolres Kendal sudah menyatakan 
di berbagai media bahwa FPI sudah berkoordinasi dengan aparat sebelum 
beraksi.
Tak tanggung-tanggung, Rizieq memaki dan menghujat 
Presiden SBY, "Kasihan, ternyata SBY bukan seorang negarawan yang cermat
 dan teliti dalam menyoroti berita, tapi hanya seorang pecundang yang 
suka sebar fitnah dan bungkam terhadap maksiat! Tentu, seorang Presiden 
yang menyebar fitnah, membiarkan maksiat, ditambah lagi melindungi 
Ahmadiyah dan aneka megaskandal korupsi, sangat mencederai ajaran 
Islam!"
Soal caci-maki Rizieq terhadap Presiden ini, Sekretaris 
Kabinet Dipo Alam di Istana Negara meminta FPI justru berintrospeksi. 
Dipo menilai kecaman Presiden terhadap FPI adalah hal yang wajar. Itu 
disampaikan karena memang ada kelompok masyarakat yang mengganggu 
ketertiban umum.
“Sebagusnya FPI kita ajak untuk introspeksi. 
Siapa pun, termasuk orang Islam, tidak suka kalau dalam melakukan 
kebajikan atau syiar Islam, dinodai oleh kekerasan,” ujar Dipo.
Ia
 memprihatinkan FPI jika niat Presiden menjaga kerukunan bermasyarakat 
malah disalahartikan, apalagi sampai menuding Presiden menebar fitnah. 
“Silakan masyarakat menilai sendiri apakah Presiden memfitnah. Saya kira
 tidak. Syiar Islam bukan dengan cara kekerasan dan main hakim sendiri,”
 kata Dipo.
Mengenai mulai munculnya tuntutan membubarkan FPI, 
Dipo mengatakan belum ada pembahasan mengenai hal tersebut. Namun yang 
jelas, pemerintah bersikap jika ada pelanggaran hukum harus ditindak 
dengan tegas. Dipo mengimbau FPI bertindak rasional di bulan suci 
Ramadan, sehingga masyarakat dapat hidup tenteram. 
Politisi Demokrat Ruhut Sitompul tak sedingin Dipo menanggapi pernyataan Rizieq.
"Terlepas pasal 
penghinaan presiden sudah dicabut MK melalui judicial review, tapi untuk
 kelakuan provokator seperti Rizieq ada banyak celah hukum yang bisa 
dipakai kepolisian dan kejaksaan untuk menangkap Rizieq," kata dia, 
berapi-api. "Tangkap saja segera karena itu menyangkut presiden RI. Yang
 dilakukan FPI itu sudah berkali-kali, jangan merasa dia tidak bisa 
dibubarkan. Jangankan ormas, parpol pun sudah pernah dibubarkan di RI."
Senada
 dengan Ruhut, Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana menilai 
pernyataan Rizieq sudah dapat dikategorikan melawan pemerintahan yang 
sah. Seharusnya, kata Sutan, FPI tunduk pada hukum dan konstitusi. 
"Mereka
 tidak boleh menjalankan aturan sendiri, apalagi membawa-bawa nama 
Islam. Kita ini bukan negara Islam. Mestinya kita harus menunjukkan 
ajaran Islam yang damai, bukannya malah menyebarkan ketakutan di 
mana-mana," kata dia.
Menanggapi ini, Ketua DPP FPI Bidang Dakwah
 sekaligus Juru Bicara FPI, Habib Muhsin Alattas, mengatakan pihak-pihak
 yang menuntut FPI dibubarkan tak perlu risau. "FPI akan bubar sendiri 
jika hukum ditegakkan dengan baik oleh aparat dan pejabat negara," kata 
dia dalam keterangan persnya.
Muhsin malah menyesalkan 
pemberitaan media massa terhadap FPI yang di matanya tidak berimbang dan
 objektif. Menurut dia, tidak ada media yang memberitakan justru FPI 
yang diserang lebih dulu oleh apa yang disebutnya sebagai "kelompok 
preman bayaran bos-bos judi". 
Kepada wartawan, Selasa, Menteri 
Agama Suryadharma Ali mengatakan lembaga yang berwenang menegur FPI 
adalah Menteri Dalam Negeri. "Mendagri (Gamawan Fauzi) sendiri telah 
menegur FPI dua kali dengan surat tertulis. Teguran keras," kata dia di 
Istana Negara.
Dia mengaku belum tahu apakah FPI akan kembali 
mendapat teguran keras berikutnya dan dijatuhi sanksi, terkhusus 
berkaitan dengan pernyataan terbuka Ketua FPI Rizie Shihab yang memaki 
Presiden SBY sebagai "pecundang yang suka sebar fitnah dan bungkam 
terhadap maksiat".