Wednesday 24 July 2013

Survei SSSG: Jokowi Tokoh Terpopuler 2013. Popularitas Jokowi tak terkait partainya bernaung, PDI Perjuangan.

Jokowi bersepeda blusukan kampung.
Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG), Rabu 24 Juli 2013, menyimpulkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowi merupakan tokoh terpopuler di tahun 2013. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan survei yang mereka gelar pada kurun waktu 3 - 22 Juni 2013. Jokowi meraih angka popularitas sebesar 25,48 persen.

"Jokowi dipilih publik karena dia mau turun ke jalan dan memiliki sikap merakyat. Selain itu program Kartu Jakarta Sehat juga disukai masyarakat," ujar Kepala Riset SSSG, Ilman Nafian, dalam jumpa pers di Wisma Kodel, Jakarta.

Ilman menjelaskan, popularitas mantan Walikota Solo itu tidak terkait dengan partainya, PDI Perjuangan. Sebab, publik tidak menjadikan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu sebagai pertimbangan dalam memilih Jokowi.

"Publik memilih bukan karena partainya apa tapi karena apakah tokoh itu bersedia turun ke masyarakat atau tidak," kata Ilman.

Untuk diketahui, populasi dalam survei SSSG adalah seluruh warga yang tinggal di 10 kota besar yakni DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Jogjakarta, Palembang, Denpasar dan Balikpapan, yang memiliki telepon rumah. Sedangkan untuk kriteria sampel atau responden adalah warga di 10 kota besar yang terpilih dan sudah memiliki hak pilih dalam pemilu.

Dalam penelitian ini, sampel diambil dari hasil mengacak nomor telepon yang terdapat di dalam buku Telkom. Jumlah sampel sebanyak 2.450 responden dengan tingkat keyakinan 99 persen, margin of error kurang lebih 2,61 persen.

Berikut adalah daftar tokoh terpopuler 2013 versi SSSG:

1. Jokowi 25,48 persen
2. Prabowo Subianto 10,52 persen
3. Jusuf Kalla 5,69 persen
4. Aburizal Bakrie 4,23 persen
5. Dahlan Iskan 4,14
6. Mahfud MD 2,72 persen
7. Megawati Soekarnoputri 2,68 persen
8. Wiranto 1,18 persen
9. Hidayat Nurwahid 1,02 persen
10. Hatta Rajasa 0,81 persen
11. Chairul Tanjung 0,53 persen
12. Surya Paloh 0,33 persen
13. Sri Sultan Hamengku Buwono X 0,33 persen
14. Pramono Edhie Wibowo 0,12 persen
15. Sri Mulyani 0,2 persen
16. Ani Yudhoyono 0,2 persen.

Jika Presiden Dimaki Ketua FPI "Pecundang Penyebar Fitnah"

SBY meminta penegak hukum menindak tegas pelaku kekerasan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali menyindir kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan razia dan kekerasan atas nama agama. Saat menerima kunjungan pimpinan universitas Islam se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa 23 Juli, Presiden mengatakan kekerasan dan perusakan yang dilakukan mereka tak cuma merugikan Indonesia, tapi juga negara lain.

SBY mengisahkan, suatu saat Menteri Agama menerima kunjungan pimpinan sebuah negara Timur Tengah ke Indonesia. Ketika itu Menteri Agama belum dijabat Suryadharma Ali. Berbekal pengalamannya menonton televisi, tamu negara itu bertanya, "Apa sebenarnya tujuan kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan itu?"

"Barangkali menertibkan," kata Menteri Agama, ditirukan SBY.

"Tidak bolehlah itu dilakukan dengan kekerasan," tamu negara dari Timur Tengah itu langsung menukas. "Begini, itu merugikan dalam dua hal. Satu, merugikan Islam, karena Islam tidak begitu, dan kedua merugikan Arab, karena mereka menggunakan pakaian Arab."

Mendengarnya, Menteri Agama RI hanya bisa tersenyum, sembari memendam malu.

Mendengar kisah SBY para pimpinan universitas Islam tertawa.

"Ini true story," kata Presiden.

Di luar cerita yang memerahkan telinga itu, dalam sambutannya Presiden mengungkapkan apresiasinya kepada pihak-pihak yang disebutnya telah berusaha menjaga kerukunan beragama. Sebab, kata SBY, kerukunan antar umat beragama di Indonesia sudah dijadikan model negara-negara lain di dunia.

Dilawan warga
Bukan sekali itu SBY menyentil ormas-ormas agama yang doyan tampil garang.

Hari Minggu lalu, Presiden melansir pernyataan langsung menyesalkan bentrok antara Front Pembela Islam (FPI) dan warga Kendal, Jawa Tengah. Dalam insiden ini, sejumlah warga dan anggota FPI terluka. Tak terima atas aksi sepihak FPI, warga setempat melawan. Polisi sendiri sudah menetapkan beberapa anggota FPI sebagai tersangka dalam kasus ini.

Presiden menegaskan langkah yang diambil kepolisian sudah tepat. "Saya menginstruksikan kepada Polri dan para penegak hukum untuk tidak membiarkan kejadian seperti itu, konflik atau bentrokan horisontal. Tidak boleh ada elemen-elemen masyarakat, termasuk FPI, dibiarkan melakukan perusakan," ujar SBY usai menghadiri buka puasa bersama 5.000 anak yatim piatu di Hall D, JI Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu kemarin.

SBY menyatakan dia memantau langsung peristiwa itu melalui Twitter. Banyak Twitterer yang mengeluhkan dan mengecam ulah FPI tersebut. Presiden juga langsung mendengarkan paparan dari Kapolri dan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan tentang kronologi kasus tersebut.

Kamis lalu, 18 Juli 2013, terjadi bentrok terjadi antara puluhan anggota FPI dan penduduk Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah. Satu orang tewas dalam peristiwa itu. Sejumlah warga dan anggota FPI terluka, sedikitnya satu mobil yang ditumpangi rombongan FPI hangus dibakar massa, dan tiga mobil FPI lainnya rusak diamuk warga yang marah.

Kawanan FPI ini gabungan dari Kendal, Temanggung, dan Kabupaten Semarang. Mereka baru saja merazia lokasi prostitusi dan judi togel di Kota Sukorejo.
Warga setempat tak terima dengan ulah anggota FPI melakukan sweeping di wilayah mereka secara semena-mena. Aksi main hakim sendiri itu menyinggung warga Sukorejo, karena para anggota FPI itu bukanlah warga setempat.

Pecundang!
Disentil Presiden, Ketua FPI Habib Rizieq Shihab tak terima. Dia berang akan pernyataan SBY yang menyebut ormasnya telah mencederai ajaran Islam.

Dalam siaran persnya, Selasa 23 Juli 2013, Rizieq berdalih kerusuhan di Kendal itu bukan dipicu FPI. Bahkan, menurut dia, aksi para anak buahnya itu cuma sekadar "monitoring damai, bukan sweeping".

"Justru FPI yang di-sweeping oleh ratusan preman pelacuran bersenjata. Di Kendal, FPI tidak melakukan perusakan. Justru beberapa kendaraan FPI yang dirusak dan dibakar preman," kata Rizieq, balik menuding.

Dia mengatakan, FPI sudah mendatangi Polres Kendal dan meminta tempat pelacuran ditutup, apalagi di bulan Ramadan. Menurut dia, Kapolres Kendal sudah menyatakan di berbagai media bahwa FPI sudah berkoordinasi dengan aparat sebelum beraksi.

Tak tanggung-tanggung, Rizieq memaki dan menghujat Presiden SBY, "Kasihan, ternyata SBY bukan seorang negarawan yang cermat dan teliti dalam menyoroti berita, tapi hanya seorang pecundang yang suka sebar fitnah dan bungkam terhadap maksiat! Tentu, seorang Presiden yang menyebar fitnah, membiarkan maksiat, ditambah lagi melindungi Ahmadiyah dan aneka megaskandal korupsi, sangat mencederai ajaran Islam!"

Soal caci-maki Rizieq terhadap Presiden ini, Sekretaris Kabinet Dipo Alam di Istana Negara meminta FPI justru berintrospeksi. Dipo menilai kecaman Presiden terhadap FPI adalah hal yang wajar. Itu disampaikan karena memang ada kelompok masyarakat yang mengganggu ketertiban umum.

“Sebagusnya FPI kita ajak untuk introspeksi. Siapa pun, termasuk orang Islam, tidak suka kalau dalam melakukan kebajikan atau syiar Islam, dinodai oleh kekerasan,” ujar Dipo.

Ia memprihatinkan FPI jika niat Presiden menjaga kerukunan bermasyarakat malah disalahartikan, apalagi sampai menuding Presiden menebar fitnah. “Silakan masyarakat menilai sendiri apakah Presiden memfitnah. Saya kira tidak. Syiar Islam bukan dengan cara kekerasan dan main hakim sendiri,” kata Dipo.

Mengenai mulai munculnya tuntutan membubarkan FPI, Dipo mengatakan belum ada pembahasan mengenai hal tersebut. Namun yang jelas, pemerintah bersikap jika ada pelanggaran hukum harus ditindak dengan tegas. Dipo mengimbau FPI bertindak rasional di bulan suci Ramadan, sehingga masyarakat dapat hidup tenteram.

Politisi Demokrat Ruhut Sitompul tak sedingin Dipo menanggapi pernyataan Rizieq. "Terlepas pasal penghinaan presiden sudah dicabut MK melalui judicial review, tapi untuk kelakuan provokator seperti Rizieq ada banyak celah hukum yang bisa dipakai kepolisian dan kejaksaan untuk menangkap Rizieq," kata dia, berapi-api. "Tangkap saja segera karena itu menyangkut presiden RI. Yang dilakukan FPI itu sudah berkali-kali, jangan merasa dia tidak bisa dibubarkan. Jangankan ormas, parpol pun sudah pernah dibubarkan di RI."

Senada dengan Ruhut, Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana menilai pernyataan Rizieq sudah dapat dikategorikan melawan pemerintahan yang sah. Seharusnya, kata Sutan, FPI tunduk pada hukum dan konstitusi.

"Mereka tidak boleh menjalankan aturan sendiri, apalagi membawa-bawa nama Islam. Kita ini bukan negara Islam. Mestinya kita harus menunjukkan ajaran Islam yang damai, bukannya malah menyebarkan ketakutan di mana-mana," kata dia.

Menanggapi ini, Ketua DPP FPI Bidang Dakwah sekaligus Juru Bicara FPI, Habib Muhsin Alattas, mengatakan pihak-pihak yang menuntut FPI dibubarkan tak perlu risau. "FPI akan bubar sendiri jika hukum ditegakkan dengan baik oleh aparat dan pejabat negara," kata dia dalam keterangan persnya.

Muhsin malah menyesalkan pemberitaan media massa terhadap FPI yang di matanya tidak berimbang dan objektif. Menurut dia, tidak ada media yang memberitakan justru FPI yang diserang lebih dulu oleh apa yang disebutnya sebagai "kelompok preman bayaran bos-bos judi".

Kepada wartawan, Selasa, Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan lembaga yang berwenang menegur FPI adalah Menteri Dalam Negeri. "Mendagri (Gamawan Fauzi) sendiri telah menegur FPI dua kali dengan surat tertulis. Teguran keras," kata dia di Istana Negara.

Dia mengaku belum tahu apakah FPI akan kembali mendapat teguran keras berikutnya dan dijatuhi sanksi, terkhusus berkaitan dengan pernyataan terbuka Ketua FPI Rizie Shihab yang memaki Presiden SBY sebagai "pecundang yang suka sebar fitnah dan bungkam terhadap maksiat".