Thursday 20 May 2010

CATATAN BIOGRAFI AGUS MIFTACH

Haji Agus Miftach dilahirkan di Desa Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada tanggal 15 Mei 1956 dari pasangan Kyai Haji Achmad Riffa’i dan Hajjah Istiqomah (almarhumah), dengan nama lengkap Agus Miftach Santoso Achmad. Terlahir sebagai putra kelima dari keenam bersaudara yang selain Agus Miftach kesemuanya perempuan.

Dibesarkan dilingkungan dengan tradisi Islam yang kental di desa yang didirikan oleh Sunan Bonang awal abad 16, dan menjadi domisili Sunan Bonang sewaktu beliau berada di Demak mendampingi Sultan Bintoro Demak bersama Wali Songo. Di kampungnya Agus Miftach kecil yang memiliki nama panggilan Santo yang terkenal dengan kenakalannya, mulai belajar agama pada Kyai Sofwan dan belajar membaca Al-Qur’an kepada Haji Fauzan, disamping Sekolah Dasar di desanya. Setelah itu Agus Miftach belajar agama di Pondok Pesantren Al-Fatah di kota Demak yang diasuh Kyai Cholil sambil melanjutkan sekolah umum. Agus Miftach kemudian ke Situbondo, melanjutkan belajar agama kepada Kyai As’ad Syamsul Arifin dan belajar tata-bahasa Arab kepada Ustadz Anwar. Meskipun tak lupa melanjutkan pendidikan umum, Agus Miftach agak skeptis dengan jenis pendidikan umum formal yang dinilainya tidak banyak berguna. Dalam petualangan remajanya itu Agus Miftach sempat mempelajari Agama Nasrani dari Pendeta Gereja Bethel Chr.Mgr. Chandra Buana di kota Situbondo. Bahkan Agus Miftach tinggal di gereja itu selama kurang lebih 2 tahun.

Masjid Agung Demak—Salah satu tempat belajar agama
Masjid Agung Demak—Salah satu tempat belajar agama

Pada th. 1975 Agus Miftach meninggalkan Situbondo ke kota Yogyakarta. Di kota kebudayaan itu Agus Miftach belajar musik di Akademi Musik, tapi kemudian lebih dekat dengan sosok maestro Kusbini (almarhum) yang mendirikan Sanggar Olah Seni Indonesia (SOSI). Pada masa itu Agus Miftach mulai terlibat dalam berbagai kegiatan pemuda dan mahasiswa di Yogyakarta yang bersifat anti-eshtablishment.

Th. 1976 Agus Miftach meninggalkan Yogyakarta menuju kota kecil Ungaran, dan dari kota inilah karier politik Agus Miftach dimulai. Ia terpilih sebagai Sekretaris MWC NU Kecamatan Ungaran, selanjutnya menduduki jabatan Sekretaris Korcam PPP (Partai Persatuan Pembangunan) Kec. Ungaran dan Ketua Dewan Pemuda PPP Cabang Kabupaten Semarang. Memasuki pemilu 1977 Agus Miftach terpilih sebagai Ketua DPC PPP Kabupaten Semarang, terlepas dari DPC PPP Kodya Salatiga yang diketuai Mathori Abdul Djalil. Menjelang hari pencoblosan Agus Miftach ditangkap oleh konspirasi anasir Komunis dalam PPP dengan Dan Dim Salatiga Letkol Agus Sutrisno yang memiliki hubungan khusus dengan Mathori Abdul Djalil, dengan tuduhan mengadakan kampanye tanpa ijin yang isinya dianggap menentang pemerintah Orde Baru.

Setelah dibebaskan dari tahanan politik oleh Panglaksusda Jateng & DIY Mayjend Soekotjo, Agus Miftach kembali berkiprah di PPP dengan dukungan kader-kader muda, a.l. Koentiyo Edi Soetjipto (almarhum) dan Ahmad Turmudzi.

Th. 1978 Agus Miftach ditunjuk empat parpol Islam yang berfusi kedalam PPP sebagai Ketua Panitya Reshuffle DPW PPP Jawa Tengah. Pada tahun yang sama (1978) Agus Miftach menentang kepemimpinan PWNU Jawa Tengah dibawah pimpinan Imam Sofwan-Karmani karena kedekatan mereka dengan kelompok kiri. Sebagai catatan Karmani adalah adik kandung Mayor Kartawi Komandan Revolusi G.30.S/PKI Jawa Tengah. Agus Miftach bersama para ulama dan dukungan Cabang-cabang kemudian membentuk PWNU Jawa Tengah yang baru dan terpilih sebagai Ketua Tanfidhiyah. Sebagai Ro’is Syuriyah dipilih K.H. Maesur Djufri Abdul Djalil.

Th. 1979 Agus Miftach terpilih oleh eks partai-partai Islam yang befusi kedalam PPP menjadi Ketua DPW PPP (Partai Persatuan Pembangunan) Jawa Tengah, menyingkirkan Imam Sofwan dan Karmani yang juga mendominasi PPP Jawa Tengah waktu itu. Pada tahun yang sama (1979) Agus Miftach dipilih oleh eks parpol-parpol Islam yang berfusi kedalam PPP tingkat pusat untuk menjabat Sekretaris Jenderal Komite Pembaharuan Pusat PPP di Jakarta.

Th. 1980 Agus Miftach dalam usia 24 tahun terpilih sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan menggantikan Mintareja SH. Agus Miftach mendapat dukungan kuat kalangan muda NU, Syarikat Islam, Perti, Al-Ittihadiyah, Al-Washliyah dan berbagai kalangan ormas Islam yang kecewa dengan kepemimpinan kalangan tua di PPP waktu itu. Agus Miftach secara resmi menemui Wakil Presiden Adam Malik dan Sekjen Depdagri R. Soeprapto untuk memberitahukan pergantian kepemimpinan PPP. Tetapi menjelang Pemilu 1982, Presiden Soeharto menyatakan tidak mengakui kepemimpinan Agus Miftach dan mengangkat John Naro sebagai Ketua Umum PPP yang baru. Segera setelah pelantikan Naro oleh pemerintah Orde Baru, dua kader muda PPP Syarifuddin Harahap dan BT. Achda menentang kepemimpinan John Naro dan menyulut pergolakan politik internal PPP. Wakil Sekretaris FPP DPR RI Bachtiar Soetijono dari Jawa Timur dan sejumlah anggota DPR dari PPP menyokong pembangkangan Syarifuddin-Achda yang belakangan menyatu dengan gerakan pembaruan Agus Miftach. Betapapun John Naro yang pernah menjadi pengacara PKI dalam kasus Bandar-Betsy yang menewaskan Peltu Sujono itu tetap ditolak dalam PPP. Tapi inilah strategi penguasa-Orde Baru untuk mengecilkan PPP dan membuatnya tetap terkontrol dan bergantung pada belas kasihan penguasa. Dengan modus yang berbeda hal serupa dialami pula oleh Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dengan rakayasa politik semacam itu penguasa Orde Baru ingin terus-menerus memelihara mayoritas tunggal Golongan Karya sebagai instrumen politik kekuasaan.

Th. 1983, kecewa terhadap kepemimpinan NU yang dianggap plin-plan, Agus Miftach menemui Kyai As’ad Syamsul Arifin di Asembagus, Situbondo. Atas dukungan Kyai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kyai Machrus Ali (Kediri), Kyai Ali Ma’shum (Yogyakarta), Kyai Mustamid Abas (Cirebon) dan Kyai Masykur (Jakarta), Agus Miftach mendirikan Lajnah Pusat Nahdlatul ‘Ulama dan memecat KH. Idham Chalid dari Ketua Umum PBNU, menyusul terjadinya pergolakan internal NU yang terpolarisasi menjadi kubu Cipete (Idham Chalid) vs kubu Situbondo (Kyai As’ad) yang berakhir dengan kekalahan kubu Cipete di Munas ‘Ulama’ NU 1983 dan Muktamar NU 1984 di Situbondo yang menunjuk KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Ketua Umum PBNU dengan dukungan Jenderal LB Moerdani orang kuat dalam pemerintahan waktu itu. Gus Dur bersahabat dengan Agus Miftach sejak th. 1978 hingga sekarang. Meskipun sering berjauhan dalam peran politik masing-masing, tetapi hubungan pribadi mereka senantiasa hangat.

Pada th. 1985 tiga ratus DPC PPP dari berbagai daerah tiba di Jakarta. Diantara mereka adalah utusan Jawa Barat yang disertai massa pendukung. Dibawah pimpinan dua kader muda Hotma Tarapul (Wkl. Ketua FPP DPRD I Jabar) dan Nu’man Abdul Hakim (kemudian Wagub Jabar) mereka menduduki gedung DPP PPP di Jl. Diponegoro 60, Jakarta, yang dipertahankan oleh para pendukung DPP lama atas nama asas legalitas yang waktu itu dianggap dimiliki John Naro berdasarkan pengakuan pemerintah. Para delegasi DPC PPP itu kemudian mengadakan Muktamar di Bogor, memecat John Naro ketua umum dukungan penguasa Orde Baru, dan memilih H. Nuddin Lubis serta Sudardji menjadi Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PPP, sementara Haji Agus Miftach dipilih sebagai Ketua Harian PPP. Tetapi menjelang Pemilu 1987 kembali Presiden Soeharto menyatakan bahwa pemerintah Orde Baru hanya mengakui PPP pimpinan John Naro. Bukan hanya itu, atas perintah Pangab/Ketua Bakorstanas Jenderal LB Moerdani, Agus Miftach ditangkap bersama anggota DPR RI dari Syarikat Islam, Djohan Burhanuddin yang memang selalu menyokong gerakan Agus Miftach. Dalam periode 1976 hingga 1987 Agus Miftach memang tercatat beberapa kali ditangkap oleh penguasa Orde Baru.

Tahun 1988, Presiden Soeharto melantik Haji Agus Miftach sebagai  Ketua Umum Bina Lingkungan Hidup Indonesia, dalam suatu upacara Pekan  Penghijauan Nasional di Blitar yang dihadiri Pangab, semua menteri,  pejabat negara dan semua gubernur provinsi dari selu

Th. 1988, Presiden Soeharto melantik Haji Agus Miftach sebagai Ketua Umum Bina Lingkungan Hidup Indonesia, dalam suatu upacara Pekan Penghijauan Nasional di Blitar yang dihadiri Pangab, semua menteri, pejabat negara dan semua gubernur propinsi dari seluruh Indonesia. Posisi ini membawa Agus Miftach sangat dekat dengan Soedjarwo, salah satu tokoh kunci kekuasaan Soeharto. Setelah itu Agus Miftach tenggelam dalam organisasi lingkungan hidup dan kehutanan ini. Tetapi sebagai politisi sesungguhnya ia tidak pernah padam. Hal itu tampak dalam tulisan-tulisannya di berbagai media massa.

Desember 1994 Agus Miftach terang-terangan mendukung Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) di Muktamar NU di Cipasung, Tasikmalaya-Jawa Barat, menghadapi operasi Naga Hijau penguasa Orde Baru yang dijalankan KASAD Jenderal Hartono pada waktu itu dan Siti Hardiyanti Hastuti (mbak Tutut-putri sulung Presiden Soeharto) yang bertujuan menyingkirkan Gus Dur dari NU. Tetapi Muktamar NU tetap memilihnya dan Januari 1995 Gus Dur dilantik Muktamirin sebagai Ketua Umum PBNU, dalam keadaan nyaris terguling oleh orang dukungan penguasa, Abu Hasan. Betapapun ini suatu kemenangan Nahdliyin.

Pada th. 1996 Haji Agus Miftach bersama Ridwan Saidi membuat tindakan yang menggemparkan dengan mendirikan Masyumi Baru sebagai gerakan politik, sementara Partai Masyumi berstatus terlarang. Nuansa politik dalam tindakan ini adalah perlawanan terhadap rejim dictarorial Soeharto yang melarang partai politik selain tiga parpol yang diundangkan penguasa, yaitu PPP, PDI dan Golkar.

Tgl. 14 Mei 1998 ditengah kerusuhan dan gejolak politik yang melanda Jakarta, Agus Miftach memimpin delegasi LSM menemui Pimpinan FKP DPR RI yang diwakili oleh Syamsul Muarif, Mahadi Sinambela dan sejumlah pimpinan fraksi di gedung DPR RI dalam suasana yang mencekam. Dalam pertemuan itu intinya Agus Miftach menegaskan bahwa Rakyat Indonesia menginginkan agar Presiden Soeharto segera mundur. Setelah pertemuan itu ternyata Agus Miftach dkk ditahan pihak keamanan DPR yang tampak dikendalikan oleh petugas-petugas paspampres. Tetapi beberapa jam kemudian rombongan Agus Miftach dilepas.

Th. 1998 bersama Prof. Soebroto, Haryadi Darmawan, Sri Edi Swasono dan YB. Mangunwijaya dll, Haji Agus Miftach mendirikan Gerakan Reformasi Nasional dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal pertama organisasi itu. Pada masa gejolak politik untuk menjatuhkan Presiden Soeharto itu, Haji Agus Miftach bersama GRN berada di garda depan dengan mengerahkan massa mahasiswa, pemuda dan LSM ke gedung MPR/DPR pada 16-18 Mei yang berakhir dengan mundurnya Presiden Soeharto, 21 Mei 1998.

Soeharto mundur, 21 Mei 1998
Soeharto mundur, 21 Mei 1998

Pada bulan Nopember 1998 terjadi gejolak politik menentang SI MPR 1998 yang di gelar rejim Habibie untuk melegitimasi posisinya sebagai Presiden pengganti Soeharto. Agus Miftach memimpin massa diseputar Semanggi yang waktu itu telah dipadati puluhan ribu massa mahasiswa, pemuda dan rakyat yang bercampur baur kacau. Tujuan gerakan itu ialah menduduki gedung MPR, membatalkan SI MPR, membubarkan pemerintah Habibie yang dianggap tidak legitimated dan mengangkat sebuah Presidium pemerintahan baru. Agus Miftach meski tidak yakin dengan tujuan itu, untuk menghindari bentrokan telah meminta Pangdam Jaya waktu itu Mayjend Djaja Suparman dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Nugroho Jayusman agar membuka blokade Semanggi. Tetapi dengan tegas Mayjend Djaja Suparman menolak permintaan itu dengan alasan mencegah bentrok yang lebih besar antar massa dan agar konstitusi dapat berjalan. Sebagaimana diketahui atas provokasi berbagai pihak, peristiwa ini kemudian berakhir dengan kerusuhan disertai korban jiwa diantaranya para mahasiswa (Peristiwa Semanggi I). Sementara SI MPR terus berjalan, menghasilkan sejumlah TAP MPR menjadi dasar reformasi politik. Diantara TAP MPR itu adalah percepatan Pemilihan Umum th. 1999 (seharusnya 2002) yang KPU-nya ternyata kemudian dipimpin Haji Agus Miftach dkk.

Kerusuhan Semanggi, Nopember 1998
Kerusuhan Semanggi, Nopember 1998

Pada tahun yang sama (1998) Agus Miftach bersama Rozy Munir, Achmad Bagdja dan Sa’id Agil Siradj menyusun rencana pendirian Partai Politik bagi warga NU yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Rencana itu diajukan kepada Gus Dur, waktu itu Ketua Umum PBNU. Gus Dur menyambut baik dengan catatan ketua umum-nya harus Mathori Abdul Djalil. Ini mengakibatkan Tim-4 orang itu bubar. Alasan Gus Dur memilih Mathori sangat misterius. Belakangan Gus Dur mengungkapkan bahwa ia merasa iba atas nasib yang menimpa seseorang yang ayahnya tewas dibunuh massa NU karena terlibat PKI. Untuk menebus keterlanjuran massa NU tsb, Gus Dur mengangkat orang tersebut menjadi pimpinan PKB. Tetapi Gus Dur kecewa karena orang itu kemudian berkhianat.

Pada tahun itu juga (1998) Agus Miftach mendirikan Partai Lingkungan Hidup Indonesia kemudian berubah menjadi Partai Rakyat Indonesia (PARI) dimana ia menjabat sebagai Ketua Umum, didampingi dua orang bekas tokoh senior PPP, KH. Ali Imran Kadir sebagai Ketua dan KH. Djamaluddin Tarigan sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat.

Masih dalam 1998 Agus Miftach bersama Ketua Umum Partai Perempuan La Rose dan Ketua Umum Partai Islam Demokrat (PID) Andi Rasyid Djalil menyelenggarakan Kongres Nasional Partai-partai Politik (KNPP) yang menghasilkan Dewan Nasional Partai-partai Politik (DNPP) dan memilih Agus Miftach menjadi Ketua Umum-nya. DNPP merupakan kubu politik yang cukup kuat dan besar kontribusinya dalam tahap awal proses reformasi demokrasi.

Ketua Harian KPU/Ketua PPL KH. Agus Miftach (ketiga dari kiri)  tengah memimpin Rapat Pleno KPU yang dihadiri Kaster TNI Letjen Agus  Wijoyo (kedua dari kiri), dengan didamping Wakil Ketua PPL Beny Fatah  Akbar (paling kiri) dan Sekretaris PPL Bambang Mintok
Ketua Harian KPU/Ketua PPL KH. Agus Miftach (ketiga dari kiri) tengah memimpin Rapat Pleno KPU yang dihadiri Kaster TNI Letjen Agus Wijoyo (kedua dari kiri), dengan didamping Wakil Ketua PPL Beny Fatah Akbar (paling kiri) dan Sekretaris PPL Bambang Mintoko (paling kanan), sekitar September 1999, di Ruang Rapat Utama Gedung KPU.

Pada tgl. 11 Maret 1999 Haji Agus Miftach dilantik Presiden BJ. Habibie di Istana Negara mewakili partainya (PARI) duduk sebagai anggota KPU bersama 47 wakil parpol peserta pemilu dan 5 wakil pemerintah, dan kemudian menjabat sebagai Ketua Harian KPU (Komisi Pemilihan Umum) merangkap Ketua Panitya Pemilu Lokal KPU. Sebagai Ketua KPU (kemudian non-aktif) adalah Jenderal (Purn) Rudini. Keanggotaan KPU waktu itu terdiri perwakilan 48 parpol peserta pemilu, diantaranya Rudini dari Partai MKGR, Edwin H. Sukowati dari Partai Nasional Demokrat (PND), Sri Bintang Pamungkas dari Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI), Beny Fatah Akbar dari Partai Pekerja Nasional (PPN), Hadijoyo Nitimhardjo dari Partai Murba, Henry Kuok dari Partai Rakyat Demokratik (PRD), Askodar dari PPII Masyumi, Abdurrahman Saleh dari Partai Bulan Bintang, Hasballah M Saad dari Partai Amanat Nasional (PAN), Mahadi Sinambela dari Partai Golkar, Jacob Tobing dari PDIP, Yahya Staquf dari PKB, Bambang Sulistomo dari PADI dll serta 5 wakil pemerintah, yaitu Adnan Buyung Nasution, Affan Gaffar, Adi Andoyo, Oka Mahendra dan Andi Malarangreng.

Logo Komisi Pemilihan Umum 1999
Logo Komisi Pemilihan Umum 1999

KPU telah sukses menyelenggarakan Pemilu 1999 dengan manajemen yang bersih. Berbeda dengan semua Pemilu Indonesia yang lain, maka Pemilu multipartai pertama reformasi yang monumental ini dibiayai sepenuhnya oleh UNDP (United Nation Development Program) suatu badan bantuan PBB untuk program pembangunan. Bahkan pada akhir tugasnya yang dipaksakan pada th. 2000, KPU masih menyetor kepada APBN sebesar Rp. 400 milyar sebagai sisa anggaran Pemilu. Sekretaris Umum KPU pada waktu itu ialah Amur Muchasim. Tidak jelas apa alasannya, SU MPR Desember 1999 pimpinan Amien Rais dkk merubah susunan KPU menjadi non-parpol. Ini berakibat pembubaran KPU Agus Miftach dkk pada tgl. 7 Juni 2000, yang seharusnya memiliki masa jabatan sampai th. 2003. Dibentuk KPU baru yang bersifat non-parpol, terdiri para professor dan intelektual dari beberapa perguruan tinggi dengan Ketua Prof. Nazaruddin Syamsudin, yang ternyata justru merupakan hambatan terbesar dalam proses demokrasi, terutama moral demokrasi. Terjadi skandal korupsi besar-besaran yang melibatkan Ketua, anggota, Sekretaris Umum dan para staf KPU. Mereka kemudian ditangkap dan diadili serta dijatuhi hukuman sebagai pelaku tindak pidana korupsi.

Th. 2003, Haji Agus Miftach mendirikan Partai Persatuan Indonesia yang kemudian berubah menjadi Partai Persatuan Rakyat Indonesia (PPRI) dimana ia bertindak sebagai Ketua Umum. Konspirasi politik dalam pemerintahan yang dipelopori seorang anak PKI yang menjadi menteri dari Partai Islam telah menggagalkan PPRI menjadi parpol perserta Pemilu 2004. Agus Miftach kemudian menghimpun parpol-parpol yang gagal atau digagalkan sebagai parpol peserta pemilu 2004 dan parpol-parpol peserta pemilu 1999 yang tidak mencapai electoral treshold, sejumlah ormas dan LSM, jumlahnya mencapai 50 organisasi lebih, pada th. 2003 bergabung menjadi satu ormas besar dengan nama FRONT PERSATUAN NASIONAL dimana Haji Agus Miftach menjabat sebagai Ketua Umum dan Yani Wahid (alm) Ketua Umum Partai Republik sebagai Sekjen. Dalam posisi sebagai Ketua Umum FPN itulah Haji Agus Miftach sejak th. 2004 menyelenggarakan program Pengajian Tauhid Wahdaltul Ummah yang berlangsung rutin setiap Jum’at malam, diikuti aneka ragam tokoh dari berbagai kalangan, aliran sosial dan politik, lintas budaya dan agama, termasuk tokoh-tokoh yang tadinya berseberangan dalam arena politik, menjadikannya forum paling dinamik dan kaya pemikiran, seperti obor penerang di zaman gelap. Dari forum ini lahir pemikiran-pemikiran dan gerakan tajdid (pembaruan) yang menerobos kebuntuan ortodoksi yang membelenggu umat menuju pembebasan pemikiran dan dinamika peradaban baru.

Sejak 18 Januari 2007 diluncurkan produk baru dari FPN berupa serial Dialog Kebangsaan yang diikuti hampir semua aliran sosial politik, dan sudah berlangsung empat kali, yaitu 18 Januari, 5 April dan 10 Mei dan 26 September 2007 sebagai upaya pencerahan kehidupan bangsa yang kusut, serta untuk membangun daya pemikiran bagi harapan-harapan baru kedepan. Sejumlah tokoh-tokoh nasional yang pernah hadir dalam Dialog Kebangsaan a.l. KH. Abdurrahman Wahid, Agum Gumelar, Akbar Tanjung, Marwah Daud, Hadi Utomo, Jumhur Hidayat, dan masih banyak lagi.

Dimutakhirkan di Jakarta, Desember 2007. Dihimpun dari berbagai sumber oleh: Sekretariat Jenderal Badan Pekerja Pusat Front Persatuan Nasional.

Tim Penyusun,
MATSANI-JULIANI-ARIEF


BIOGRAFI SYAIHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Abdil Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Al-Khadr bin Muhammad bin Al-Khadr bin Ali bin Abdillah bin Taimiyah An-Namiri Al-Harrani Ad-Dimasyqi. Lahir di kota Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah. Kakeknya yang bernama Abu Al-Barakat Majduddin Abdissalam bin Abdillah adalah seorang ahli fiqh dan ahli hadits. Ayahnya yang bernama Syihabuddin Abu Al-Mahasin Abdul Halim bin Abdissalam belajar fiqh kepada bapaknya sampai menguasainya kemudian mengajar, memberi fatwa dan mengarang sehingga menjadi syaikh didaerahnya. Orang yang mempelajari biografi Ibnu Taimiyah akan mengetahui bahwa ia tidak menikah. Ia telah meninggalkan sunnah besar ini meskipun ia adalah orang yang paling menjaga sunnah Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam. Hal in disebabkan ia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menikah dalam hidupnya. Ia terus berada dalam suatu peperangan menuju peperangan lainnya, dari suatu penjara ke penjara lainnya dan dari suatu perdebatan ke perdebatan lainnya. Ibnu Taimiyah merupakan ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu yang memiliki kecerdasan luar biasa dan termasuk ulama terkemuka yang mengamalkan ilmunya, berdakwah dan berjihad.

Perkembangan Hidup dan Upayanya dalam Mencari Ilmu

Syaikh Al-Islam mulai belajar agama saat ia masih kecil. Ia belajar kepada lebih dari dua ratus guru. Allah telah memberikan kepadanya akal yang sangat jenius dan hati yang bersih. Beliau berkembang dalam penjagaan yang sempurna dan sederhana dalam pakaian dan makanan. Ia terus melakukan demikian sampai akhir hayatnya. Guru Ibnu Taimiyah yang mengajarkannya Al-Qur’an menceritakan bahwa ayah Ibnu Taimiyah berkata kepadanya –saat itu Ibnu Taimiyah masih kecil-, “Aku ingin agar Anda menasehatinya dan menjanjikan kepadanya, jika ia terus belajar dan membaca Al-Qur’an maka ia akan diberi uang sebanyak empat puluh dirham setiap bulan.” Kemudian gurunya mengatakan kepada Ibnu Taimiyah yang masih kecil itu, “Kamu berhak mendapatkan uang sebanyak empat puluh dirham setiap bulan.” Namun Ibnu Taimiyah mengatakan, “Wahai tuanku, sungguh aku berjanji kepada Allah untuk tidak mengambil upah dari Al-Qur’an.” Ibnu Taimiyah tidak pernah mengambil upah atas nama Al-Qur’an dalam hidupnya. Al-Barrar mengatakan, “Siapakah diantara para ulama yang qanaah dalam dunia seperti qanaahnya Ibnu Taimiyah? Tidak pernah terdengar bahwa dia ingin menikah dengan wanita atau budak perempuan yang cantik jelita, menginginkan rumah yang megah, taman-taman dan tanah yang luas.

Sejak kecil, ia bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Ia tidak seperti teman-temannya yang suka bermain-main, layaknya anak-anak kecil. Ia tidak rela meninggalkan kelezatan belajar dan hanya menggunakan waktunya untuk ilmu. Alkisah, suatu hari, keluarganya mengajaknya pergi berlibur untuk bertamasya dan bersenang-senang. Namun, ia lari bersembunyi dari mereka agar tidak ikut. Setelah mereka kembali pada sore hari, mereka mencelanya karena ia tidak ikut bertamasya. Maka, ia mengatakan kepada mereka, “Kalian tidak mendapatkan apa-apa, sementara aku ketika kalian pergi telah menghafal satu jilid kitab.” Pada zamannya, Ibnu Taimiyah adalah orang yang paling tinggi ilmu, zuhud, berani dan dermanya. Ia unggul dalam bidang tafsir, ushul, dan semua ilmu-ilmu Islam, kecuali qira’at ilmu (ilmu macam-macam bacaan Al-Qur’an). Apabila disebut tafsir, maka ia adalah pemegang benderanya, apabila disebut fuqaha, maka ia adalah sang mujtahid mutlak. Apabila para ahli hadits yang berpredikat Al-Hafizh datang kemudian Ibnu Taimiyah berbicara, maka mereka membisu, merasa kecil hati dan miskin ilmu.

Semua akal yang sehat sepakat bahwa ia adalah termasuk orang pada sabda Rasulullah, “Sesungguhnya Allah mengutus atas setiap permulaan seratus tahun orang yang memperbaharui urusan agama umat Islam.” Allah telah menghidupkan syari’at-syari’at agama yang telah dihilangkan melalui Ibnu Taimiyah dan menjadikannya sebagai hujjah atas semua orang yang semasa dengannya.


Ibadah dan Akhlaknya

Ibnu Qayyim mengatakan, “Suatu saat aku melihat Syaikh Ibnu Taimiyah shalat Shubuh kemudian duduk berdzikir sampai waktu hampir mencapai pertengahan siang. Kemudian ia menoleh padaku dan berkata, “Inilah makananku. Jika aku tidak makan-makanan ini, maka kekuatanku akan runtuh.” Pada saat yang lain, ia mengatakan padaku, “Aku tidak meninggalkan dzikir kecuali meniatkan istirahat atau menyegarkan jiwa untuk persiapan dzikir yang lain.” Syaikh Ibnu Taimiyah merupakan seorang yang sangat dermawan,

Imam Al-Bazzar mengatakan, “Suatu hari, Ibnu Taimiyah melewati suatu pemukiman. Lalu, ada seorang fakir yang memanggilnya. Ibnu Taimiyah tahu bahwa orang fakir itu bermaksud meminta shadaqah, sementara ia tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan kepada orang fakir tersebut. Maka ia berinisiatif mengambil pakaian yang dikenakannya dan memberikannya kepada orang fakir tersebut seraya berkata kepadanya, “Juallah sekehendakmu lalu gunakan uang hasil penjualannya.” Ia meminta maaf kepada orang fakir tersebut karena ia tidak membawa sesuatu yang bisa diberikan kepadanya selain pakaian tersebut.” Pada hari yang lain, ada seseorang yang meminta kitab kepada Ibnu Taimiyah. Lalu Ibnu Taimiyah berkata kepadanya, “Ambillah apa yang kamu pilih.” Orang tersebut melihat mushaf diantara kitab-kitab Ibnu Taimiyah dimana mushaf tersebut telah ia beli dengan harga yang mahal. Lelaki itu mengambilnya dan pergi. Lalu, sebagian orang mencela Ibnu Taimiyah atas tindakannya tersebut. Ia berkata kepada mereka, “Apakah pantas aku mencegahnya setelah ia memintanya? Biarkan ia mengambilnya agar ia memanfaatkannya.”


Ujian yang Dihadapinya

Ibnu Taimiyah mengalami ujian dan fitnah yang berulangkali dari orang-orang yang memusuhinya pada zamannya. Hampir setiap saat ia mendapatkan ujian, mengikuti perang, mengalami permusuhan dan perdebatan. Bahkan sampai akhir hidupnya ia berada dalam Benteng Damaskus. Dia dipenjara disitu namun ia tetap sabar dan mengharap pahala dari Allah.

Pada tahun 705 Hijriyah sultan memberikan instruksi melalui surat agar Ibnu Taimiyah dibawa ke Kairo, sementara itu orang-orang keluar dengan menangis dan sedih karena harus berpisah dengan Ibnu Taimiyah. Setalah sampai di Kairo, dibuatlah untuknya suatu majelis di benteng Shalahuddin. Hadir dalam majelis itu para penguasa, pembesar negara, hakim dan ulama fiqh. Mereka tidak memberikan kesempatan berbicara kepada Ibnu Taimiyah. Sementara juru bicara dipegang oleh Zainuddin bin Makhluf, hakim Malikiyah. Ibnu Taimiyah kemudian berbicara dan memuji Allah Ta’ala. Maka dikatakan padanya, “Kamu hanya menjawab, tidak boleh berceramah!” Ibnu Taimiyah jadi mengerti jika majelis tersebut adalah majelis penghakiman bukan perdebatan. Ia bertanya, “Siapakah yang akan menghakimiku?” Ia diberitahu bahwa yang menjadi hakim adalah seorang hakim bermadzhab Maliki tersebut. Ia berkata kepada hakim tersebut, “Bagaimana kamu menghakimiku sementara kamu adalah orang yang memusuhiku?” Singkat cerita, Ibnu Taimiyah dipenjara disuatu menara beberapa hari, lalu pada malam Idul Fitri ia dipindah kesuatu penjara yang dikenal dengan Al-Jubb.

Pada bulan Rabiul Awal 707 Hijriyah Raja Arab, Husamuddin Mahna bin Isa datang ke Mesir. Ia meninjau penjara dan mengeluarkan Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah kemudian tinggal di Kairo sambil mengajarkan kebaikan dan menyebarkan ilmu. Hal ini berlalu sampai akhirnya kelompok sufi mengadukannya kepada hakim. Mereka mengadukan bahwa Ibnu Taimiyah mencerca Ibnu Arabi dan ulama tasawuf lainnya, padahal Ibnu Arabi merupakan orang yang dianggap suci dan tidak boleh dicerca bagi orang sufi. Ibnu Taimiyah masuk penjara pada tahun yang sama saat ia keluar dari penjara. Al-Alusi mengatakan, “Ketika ia masuk dalam penjara, ia menemukan orang-orang yang berada dalam penjara sibuk dengan permainan dan hiburan sementara shalat mereka tidak terurusi. Ibnu Taimiyah mengingkari hal itu dan memerintahkan mereka untuk selalu melaksanakan shalat dan menghadap Allah dengan amal-amal shaleh, tasbih, istighfar dan doa. Ibnu Taimiyah mengajarkan mereka sunnah Rasulullah dan mendorong mereka untuk melakukan kebaikan sehingga penjara tersebut sibuk dengan dunia ilmu dan agama. Bahkan orang-orang yang telah dikeluarkan dari penjara lebih memilih menetap bersama Ibnu Taimiyah. Dalam penjara tersebut banyak orang yang berdatangan kepadanya untuk meminta fatwa dan mendengarkan pembahasan ilmu.”

Pada tahun 709 Hijriyah Sultan Nashir memegang tampuk kekuasaan Mesir. Ia memerintahkan agar Ibnu Taimiyah dikeluarkan dari penjara dan dibawa ke Kairo dengan penuh kehormatan. Ibnu Taimiyah kembali ke Syam dan disana ia kembali mulai mengajar , menulis dan memberikan fatwa.

Pada tanggal 7 Sya’ban 726 Hijriyah keluar perintah dari sultan agar Ibnu Taimiyah dipenjara di benteng Damaskus. Dalam penjara kali ini, Ibnu Taimiyah merasa senang karena ia dapat membaca, menulis suatu karya dan mengirimkannya keluar penjara. Namun hal ini harus berhenti karena ada perintah dari sultan agar kitab, pena dan tinta yang ada bersamanya dikeluarkan dari penjara. Ia dilarang keras membaca. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9 Jumadil Akhir 728 Hijriyah. Tidak lama kemudian, Ibnu Taimiyah jatuh sakit dalam penjara selama dua puluh hari. Menteri Syamsuddin meminta izin untu menjenguknya dan meminta maaf atas kesalahannya. Ibnu Taimiyah memaafkannya kemudian mengatakan, “Aku telah memaafkan setiap orang yang bersalah terhadapku kecuali orang yang menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya.” Ibnu Taimiyah meninggal pada malam Senin 20 Dzulqa’dah 728 Hiriyah. Setelah kitab-kitabnya dikeluarkan dari penjara, ia terus membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya setiap sepuluh hari sekali.


Meninggalnya

Ibnu Taimiyah meninggal dunia bertepatan dengan waktu sahur pada malam senin 20 Dzulqa’dah 728 Hijriyah. Informasi mengenai meninggalnya itu disampaikan oleh muadzin masjid benteng Damaskus. Saudaranya, Zainuddin Abdurrahman memberitahukan kepada orang-orang yang hadir bahwa ia dan Ibnu Taimiyah telah mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak delapan puluh kali sejak masuk benteng. Pada bacaan yang kedelapan puluh satu kali, keduanya sampai pada ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (Al-Qamar: 54-55) Lalu, dua syaikh yang shaleh, Abdullah bin Al Muhib dan Abdullah Az Zar’I –Ibnu Taimiyah suka bacaan dua orang ini ketika masih hidup- mulai membaca surat Ar-Rahman sampai akhir Al- Qur’an. Jenazah Ibnu Taimiyah kemudian dimandikan oleh Al-Hafizh Al-Mizzi dan sejumlah orang-orang shaleh dari kalangan orang-orang yang berilmu dan beriman. Manusia yang berada disekitar jenazah tidak dapat diketahui jumlahnya kecuali Allah yang sanggup menghitungnya. Secara umum, hari meninggalnya Ibnu Taimiyah adalah hari yang disaksikan banyak orang.


Murid-muridnya

Murid-murid Ibnu Taimiyah diantaranya yaitu: Jamaluddin Abu Al-Hajjaj Yusuf bin Az-Zakki Abdurrahman bin Yusuf bin Al-Mizzi, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdillah Ad-Dimasyqi Ad-Dzahabi, Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub yang terkenal dengan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Imaduddin Abu Al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir Al-Bashari Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi dll.

Karya-karya Ilmiahnya

Kitab-kitab karyanya yang mashur diantaranya: Majmu’ Al-Fatawa ( tiga puluh tujuh jilid), Al-Fatawa Al-Kubra (lima jilid), Dar’u Ta’arudh Al-Aql wa An-Naql (Sembilan jilid), Minhaj As Sunnah An-Nabawiyah dll.

INILAH SOSOK ALBERT EINSTEIN

Albert Einstein (lahir 14 Maret 1879 – meninggal 18 April 1955 pada umur 76 tahun) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".

Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan jenius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia.

Albert Einstein, Tokoh Abad Ini (Person of the Century)

Pada tahun 1999, Einstein dinamakan "Tokoh Abad Ini" oleh majalah Time. Kepopulerannya juga membuat nama "Einstein" digunakan secara luas dalam iklan dan barang dagangan lain, dan akhirnya "Albert Einstein" didaftarkan sebagai merk dagang.

Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.

Rumus Einstein yang paling terkenal adalah E=mc²


Biografi

Masa muda dan universitas

Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola.

Pada umur lima tahun, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya). Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme.

Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika.

Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat kota Milan). Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia.

Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.

'Einsteinhaus' di kota Bern di mana Einstein dan Mileva tinggal (di lantai 1) pada masa Annus Mirabilis

Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Marić, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya (juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negara Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl Einstein, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah.

Kerja dan Gelar Doktor

Albert Einstein, 1905

Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss pada tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka.

Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan. Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir. Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") pada tahun 1905 dari Universitas Zürich.

Di tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian), efek fotolistrik, dan relativitas khusus) pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.

Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP) merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005.

[sunting] Gerakan Brown

Albert Einstein, 1951 (saat ulang tahun ke 72, diambil oleh Arthur Sasse, photographer)

Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial.

Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguna, tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom itu benar-benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom, kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brown.

INILAH SOSOK TOKOH KNTROVERSIAL CHARLES DARWIN

Charles Robert Darwin
Pada usia 51 tahun, Charled baru  menerbitkan buku  The Origin of Species.
Pada usia 51 tahun, Charled baru menerbitkan buku
The Origin of Species.
Lahir 12 Februari 1809
Shrewsbury, Shropshire, Inggris
Wafat 19 April 1882 (umur 73)
Downe, Kent, Inggris
Tempat tinggal Inggris
Warga negara Britania Raya
Bidang Naturalis
Alma mater Universitas Edinburgh
Universitas Cambridge
Dikenal atas The Origin of Species
Natural selection
Penghargaan Royal Medal (1853)
Wollaston Medal (1859)
Copley Medal (1864)
Agama Gereja Inggris, Agnostik setelah 1851.

Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12 Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April 1882 pada umur 72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat).

Ia mengembangkan minatnya dalam sejarah alam ketika ia mula-mula belajar ilmu kedokteran, dan kemudian teologi, di universitas. Perjalanan lautnya ke seluruh dunia selama lima tahun di atas kapal HMS Beagle tulisan-tulisannya yang berikutnya menjadikannya seorang geologis terkemuka dan penulis yang terkenal. Pengamatan biologisnya membawanya kepada kajian tentang transmutasi spesies dan ia mengembangkan teorinya tentang seleksi alam pada 1838. Karena sadar sepenuhnya bahwa orang-orang lain yang mengemukakan gagasan-gagasan yang dianggap sesat seperti itu mengalami hukuman yang hebat, ia hanya menyampaikan penelitiannya ini kepada teman-teman terdekatnya. Namun ia meneruskan penelitiannya dengan menyadari akan munculnya berbagai keberatan terhadap hasilnya. Namun pada 1858 informasi bahwa Alfred Russel Wallace juga menemukan teori serupa mendorongnya melakukan penerbitan bersama tentang teori Darwin.

Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life (biasanya disingkat menjadi The Origin of Species) (1859) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang. Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan mengenai keanekaragaman di dalam alam. Darwin diangkat menjadi Fellow of the Royal Society, melanjutkan penelitiannya, dan menulis serangkaian buku tentang tanaman dan binatang, termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing tanah.

Sebagai tanda pengakuan terhadap kehebatan Darwin, ia dikebumikan di Westminster Abbey, bersama dengan William Herschel dan Isaac Newton.

Daftar isi

[sembunyikan]

Kehidupan

Masa kecil

Charles Darwin, tujuh tahun, pada 1816, setahun sebelum ibunya tiba-tiba meninggal dunia.

Charles Darwin dilahirkan di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, di rumah keluarganya, the Mount House. Ia adalah anak kelima dari enam bersaudara dari seorang dokter yang kaya, Robert Darwin dan Susannah Wedgwood. Kakeknya, Erasmus Darwin dari pihak ayah dan Josiah Wedgwood dari pihak ibunya. Keduanya berasal dari keluarga Inggris terkemuka, keluarga Darwin — Wedgwood yang mendukung gereja Unitarian. Ibunya meninggal dunia ketika Charles masih berusia delapan tahun. Ketika pada tahun berikutnya ia bersekolah di Sekolah Shrewsbury yang tidak begitu jauh, ia tinggal di asrama sekolah itu.

Berkat kekayaan orang tuanya, Darwin menikmati kenyamanan dan mempunyai akses untuk mengenyam fasilitas-fasilitas pendidikan yang bagus. Namun demikian, ayahnya kuatir akan masa depan Darwin, karena ia hanya bersenang-senang dengan berburu, main-main dengan anjing dan menangkap tikus. Ayahnya khawatir bahwa Darwin akan membawa malu keluarga. Walaupun Darwin sudah sejak dini tertarik biologi, untuk menyenangkan ayahnya, ia mengambil studi kedokteran.

Pada 1825, setelah melewati musim panas sebagai seorang dokter magang, menolong ayahnya merawat orang-orang miskin di Shropshire, Darwin melanjutkan ke Universitas Edinburgh untuk belajar kedokteran. Namun ia sangat membenci kebrutalan praktik bedah sehingga ia meninggalkan studinya. Ia belajar bagaimana mengawetkan binatang dari John Edmonstone, seorang budak kulit hitam yang telah dibebaskan, yang menceritakan kepadanya kisah-kisah menarik mengenai hutan tropik di Amerika Selatan. Pada tahun keduanya, Darwin menjadi aktif dalam perhimpunan mahasiswa untuk para naturalis. Ia menjadi murid yang giat dari Robert Edmund Grant. Grant adalah orang yang merintis pengemangan teori-teori Jean-Baptiste Lamarck dan teori kakek Charles, Erasmus, mengenai evolusi dengan meneliti karakteristik. Darwin ikut serta dalam penelitian Grant mengenai siklus hidup binatang laut di pantai Firth of Forth yang menemukan bukti untuk homologi, teori radikal bahwa semua binatang mempunyai organ yang serupa dan hanya berbeda-beda dalam kompleksitasnya. Pada Maret 1827, Darwin memberikan presentasi kepada Perhimpunan Plinian tentang penemuannya sendiri bahwa spora-spora hitam yang seringkali ditemukan pada kulit tiram adalah telur-telur sejenis lintah (skate leech). Ia juga mengikuti kuliah Robert Jameson mengenai sejarah alam, dan belajar tentang geologi stratigrafik serta bagaimana mengklasifikasikan tanaman sementara memantu dengan pekerjaan mengembangkan koleksi yang luas dari Museum Universitas Edinburgh.

Semasa hidupnya dan setelah kematiannya, Charles Darwin terkenal secara internasional sebagai ilmuwan berpengaruh yang meneliti topik-topik kontroversial.

Pada 1827, ayahnya yang tidak gembira karena anak tidak berminat untuk menjadi dokter, diam-diam mendaftarkannya dalam sebuah program Bachelor of Arts di Christ's College, Universitas Cambridge, untuk menyiapkannya menjadi pendeta. Ini adalah sebuah pilihan yang masuk akal saat itu ketika para pendeta Anglikan memperoleh penghasilan yang lumayan, dan kebanyakan dari kaum naturalis di Inggris saat itu adalah pendeta yang menganggap bagian dari tugas mereka adalah "menjelajahi keajaiban-keajaiban ciptaan Tuhan". Di Cambridge, Darwin lebih suka menunggang kuda dan menembak daripada belajar. Bersama-sama sepupunya, William Darwin Fox, ia tenggelam dalam kegemaran saat itu untuk berlomba mengumpulkan kumbang. Fox pun memperkenalkannya kepada Pendeta John Stevens Henslow, profesor botani, untuk mendapatkan nasihat ahli tentang kumbang. Kemudian Darwin ikut dalam kelas sejarah alam Henslow, menjadi murid kesayangannya, dan kemudian dikenal sebagai "orang yang berjalan bersama Henslow". Ketika ujian tiba, Darwin memusatkan perhatiannya lebih pada studinya dan mendapatkan kelas tambahan khusus dari Henslow dalam mata pelajaran matematika dan teologi. Darwin khususnya sangat tertarik akan tulisan-tulisan William Paley, termasuk argumen tentang rancangan ilahi dalam alam. Dalam ujian-ujian akhirnya pada Januari 1831, ia berhasil dengan baik dalam teologi dan karena ia belajar keras dalam studi klasik, matematika dan fisika, ia muncul pada peringkat 10 dari 178 mahasiswa yang lulus.

Tuntutan residensi mewajibkan Darwin tinggal di Cambridge hingga Juni. Mengikuti teladan dan nasihat Henslow, ia tidak tergesa-gesa untuk menjadi pendeta. Ia diilhami oleh tulisan Alexander von Humboldt, Personal Narrative, dan karena itu ia berencana mengunjungi Kepulauan Madeira untuk mempelajari sejarah alam di daerah tropik dengan sejumlah teman sekelasnya setelah lulus. Untuk mempersiapkan diri, Darwin mengambil kelas geologi dari Pendeta Adam Sedgwick, seorang penganjur kuat dari rancangan ilahi, dan pada musim panas pergi bersamanya untuk membantu dalam memetakan lapisan (strata) di Wales. Darwin sedang melakukan penelitian stratanya sendiri ketika rencananya untuk pergi ke Madeira dibatalkan oleh pesan bahwa rekan yang akan pergi bersamanya telah meninggal dunia, namun ketika ia pulang ke rumah ia menerima surat yang lain. Henslow telah memberikan rekomendasi untuk Darwin untuk posisi yang tidak dibayar untuk menjadi pendamping bagi Robert FitzRoy, kapten HMS Beagle, dalam sebuah ekspedisi dua tahun untuk menjelajahi garis pantai Amerika Selatan. Hal ini akan memberikan Darwin kesempatan yang berharga untuk mengembangkan kariernya sebagai seorang naturalis. Ayahnya menentang perjalanan itu, menganggapnya sebagai pemborosan waktu, namun ia terbujuk oleh Josiah Wedgwood II hingga menyetujui partisipasi anaknya. Perjalanan ini menjadi ekspedisi lima tahun yang menyebabkan perubahan-perubahan dramatis dalam banyak bidang ilmu pengetahuan.

Perjalanan dengan Beagle

Sementara HMS Beagle menyelidiki pantai-pantai liar Amerika Selatan, Darwin mulai mengembangkan teori tentang keajaiban alam di sekitarnya.

Darwin sudah memutuskan bahwa sudah menjadi jalan hidupnya untuk menjadi pendeta dan hidup dengan tenang ketika ia menerima tawaran yang sangat menggoda. Darwin diundang untuk mendampingi Kapten Robert FitzRoy di kapal HMS Beagle. Pada waktu itu, sudah menjadi kebiasaan bahwa kapten kapal mempunyai pendamping selama ekspedisi kapal yang biasanya berlangsung selama bertahun-tahun. Karena kedudukan Kapten FitzRoy yang cukup tinggi, hanya seorang 'gentleman' yang dapat menjadi pendampingnya. Garis nigrat Darwin terbukti berguna. Walaupun ekspedisi ini bertujuan untuk membuat peta kelautan, FitzRoy diam-diam mempunyai rencana untuk mencari bukti-bukti penciptaan seperti yang tertulis di Kitab Injil. Ironisnya, Darwin dipilih oleh FitzRoy karena Darwin adalah calon pendeta, selain juga berkat darah ningratnya.

Survai Beagle berlangsung lima tahun. Darwin menghabiskan dua pertiga dari waktunya ini untuk menjelajani daratan. Ia menyelidiki beraneka ragam penampilan geologis, fosil dan organisme hidup, dan menjumpai beraneka ragam manusia, baik masyarakat pribumi maupun kolonial. Secara metodik ia mengumpulkan sejumlah besar spesimen, banyak di antaranya baru bagi ilmu pengetahuan. Hal ini mengukuhkan reputasinya sebagai seorang naturalis dan menjadikannya salah seorang perintis dalam bidang ekologi, khususnya pemahaman tentang biokoenosis. Catatan-catatan terincinya yang panjang lebar memperlihatkan karunianya untuk membangun teori dan membentuk dasar bagi pekerjaannya di kemudian hari, serta memberikan pemahaman antropologis sosial, politik yang mendalam tentang daerah-daerah yang dikunjunginya.

Dalam pelayaran itu, Darwin membaca buku Charles Lyell, Principles of Geology (Prinsip-prinsip Geologi), yang menjelaskan penampilan geologis sebagai akibat dari proses bertahap selama berbagai periode yang panjang, dan menulis surat kepada keluarganya bahwa ia menyaksikan bentuk-bentuk tanah "seolah-olah ia mempunyai mata Lyell": ia melihat dataran-dataran dari lapisan tipis (shingle) yang terjal dan kerang-kerang di Patagonia sebagai pantai-pantai yang menaik. Di Chile ia mengalami gempa bumi dan mencatat dasar-dasar laut dengan kerang yang terdampar di atas pasang yang tinggi yang memperlihatkan bahwa tanah itu telah menaik; dan bahkan pada tempat-tempat yang tinggi di Andes, ia dapat mengumpulkan kerang-kerang laut. Ia membuat teori bahwa atol-atol karang membentuk pada gunung-gunung vulkanik yang tenggelam, sebuah gagasan yang ia lihat dikukuhkan ketika Beagle menyelidiki Kepulauan Cocos (Keeling).

Di Amerika Selatan ia menemukan fosil-fosil mamalia raksasa yang telah punah, teermasuk megatheria dan gliptodon dalam lapisan-lapisan yang tidak memperlihatkan tanda-tanda katastrofi ataupun perubahan iklim. Sesekali ia mengangggap mereka serupa dengan spesies-spesies di Afrika, tetapi setelah pelayaran Richard Owen memperlihatkan bahwa sisa-sisa itu berasal dari binatang-binatang yang terkait dengan makhluk-makhluk hidup di tempat yang sama. Di Argentina dua spesies dari rhea mempunyai wilayah-wilayah yang terpisah namun bertumpang tindih. Di Kepulauan Galápagos Darwin menemukan bahwa mockingbird berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, dan ketika kembali ke Britania kepadnya diperlihatkan bahwa kura-kura Galápagos tortoise dan burung-burung finch juga berbeda-beda spesiesnya tergantung pada masing-masing pulau yang mereka huni. Binatang berkantung Australia kanguru tikus dan platipus adalah binatang-binatang yang sangat aneh sehingga ia berpikir "Orang yang tidak percaya ... mungkin akan berkata 'Pastilah dua Pencipta yang berbeda telah bekerja'." Ia dibingungkan oleh apa yang dilihatnya, dan ssementara dalam edisi pertama dari The Voyage of the Beagle (Pelayaran di Beagle) ia menjelaskan distribusi spesies berdasarkan gagasan Charles Lyell tentang "pusat-pusat ciptaan", dalam edisi-edisi yang belakangan dari Journal ini, ia mulai membayangkan penggunaan fauna Kepulauan Galápagos sebagai bukti untuk evolusi: "orang mungkin benar-benar menduga bahwa dari sejumlah kecil burung yang asli di kepulauan ini, satu spesies telah diambil dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan yang berbeda."

Tiga orang misionaris pribumi dikembalikan oleh Beagle ke Tierra del Fuego. Mereka telah diberadabkan di Inggris selama dua tahun, namun sanak keluarga mereka di mata Darwin tampak "liar", sedikit di atas binatang. Dalam waktu setahun, para misionaris itu telah kembali ke kehidupan mereka yang keras dan primitif, namun mereka lebih menyukainya dan tidak ingin kembali ke dunia yang beradab. Pengalaman ini dan penolakan Darwin terhadap perbudakan dan berbagai perlakuan yang tidak manusiawi lainnya yang dilihatnya di tempat-tempat lain, seperti misalnya perlakuan buruk terhadap kaum pribumi oleh para kolonis Inggris di Tasmania meyakinkannya bahwa tidak ada pembenaran moral apapun untuk memperlakukan orang lain dengan buruk berdasarkan konsep ras. Kini ia berpendapat bahwa umat manusia tidaklah terlalu jauh dari binatang, berbeda dengan apa yang diyakini oleh teman-temannya kaum agamawan.

Sementara di kapal, Darwin mengalami mabuk laut. Pada Oktober 1833 ia mendapat demam di Argentina, dan pada Juli 1834, ketika kembali dari pegunungan Andes ke Valparaíso, ia jatuh sakit dan terpaksa tinggal di tempat tidur selama sebulan. Sejak 1837 Darwin berulang-ulang menderita sakit perut, muntah-muntah, bisul yang parah, jantung berdebar-debar, gemetaran dan berbagai gejala lainnya. Semua gejala ini khususnya mempengaruhinya pada saat-saat ia merasa tertekan, seperti misalnya ketika menghadiri pertemuan-pertemuan atau berhadapan dengan pertikaian mengenai teorinya. Penyebab penyakit Darwin tidak diketahui pada masa hidupnya, dan berbagai upaya untuk merawatnya tidak banyak berhasil. Spekulasi baru-baru ini menyebutkan bahwa di Amerika Selatan ia terkena penyakit Chagas karena gigitan serangga, yang menyebabkan berbagai masalah belakangan. Penyebab lainnya yang mungkin antara lain adalah masalah-masalah psiko-biologis dan penyakit Ménière.

Karier dalam ilmu pengetahuan, pembentukan teori

Ketika masih muda, Charles Darwin bergabung dengan elit ilmiah.

Ketika masih dalam pelayaran, Henslow dengan hati-hati memperkuat reputasi bekas muridnya dengan memberikan kepada sejumlah naturalis terpilh akses kepada contoh-contoh fosil dan salinan-salinan tercetak tulisan-tulisan geologis Darwin. Ketika Beagle kembali pada 2 Oktober 1836, Darwin telah menjadi terkenal di kalangan ilmiah. Ia mengunjungi keluarganya di Shrewsbury dan ayahnya mengembangkan tabungan agar Darwin dapat menjadi seorang ilmuwan yang didukung dengan dananya sendiri. Kemudian Darwin pergi ke Cambridge dan membujuk Henslow agar mengerjakan deskripsi botanis tentang tanaman-tanaman modern yang telah dikumpulkannya. Setelah itu Darwin berkeliling ke lembaga-lembaga di London untuk mencari naturalis terbaik yang ada untuk menggambarkan koleksi-koleksinya yang lain untuk penerbitan pada waktu yang tepat. Charles Lyell yang sangat bersemangat menemui Darwin pada 29 Oktober dan memperkenalkannya kepada Richard Owen seorang ahli anatomi yang sedang naik daun. Setelah mengerjakan koleksi tulang-tulang fosil Darwin pada Perhimpunan Ahli Bedah Kerajaan-nya, Owen menimbulkan kejutan besar dengan mengungkapkan bahwa sebagian daripadanya berasal dari tikus-tikus dan sejenis binatang merayap raksasa yang telah musnah. Hal ini meningkatkan reputasi Darwin. Dengan dukungan Lyell yang antusias, Darwin menyampaikan makalahnya yang pertama kepada Perhimpunan Geologis London pada 4 Januari 1837, dan mengatakan bahwa tanah Amerika Selatan pelan-pelan sedang menaik. Pada hari yang sama Darwin menyajikan contoh-contoh mamalia dan burungnya kepada Perhimpunan Zoologis London. Binatang-binatang mamalia itu diambil oleh George R. Waterhouse. Meskipun burung-burung itu kelihatannya seperti pemikiran yang baru muncul belakangan, John Gould, seorang ahli burung mengungkapkan bahwa apa yang disangka Darwin sebagai "wren", burung-burung hitam, dan finch yang agak berbeda-beda dari Galápagos semuanya adalah finch, tetapi masing-masing merupakan spesies yang berbeda. Yang lainnya di Beagle termasuk FitzRoy juga telha mengumpulkan burung-burung ini dan lebih cermat dengan catatan-catatan mereka, hingga memungkinkan Darwin menemukan dari pulau mana masing-masing spesies itu berasal.

Di London Charles tinggal dengan saudaranya, Erasmus, seorang pemikir bebas. Pada pesta-pesta jamuan makan ia berjumpa dengan sejumlah cendikiawan yang berpendapat bahwa Tuhan telah menetapkan kehidupan sebelumnya dengan hukum-hukum alam, ketimbang dengan ciptaan-ciptaan yang ajaib untuk sementara. Sahabat saudaranya, Nn. Harriet Martineau adalah seorang penulis yang cerita-ceritanya mempromosikan pembaruan-pembaruan Hukum orang miskin Whig Malthus. Kalangan ilmiah heboh dengan gagasan-gagasan tentang transmutasi spesies yang secara kontroversial dikaitkan dengan kehebohan Radikal. Darwin lebih suka akan teman-temannya yang terhormat, para profesor Cambridge, meskipun gagasan-gagasannya melampaui keyakinan mereka bahwa sejarah alam harus membenarkan agama dan tatanan sosial.

Pada 17 Februari 1837, Lyell menggunakan pidato kepresidenannya di Perhimpunan Geografis untuk menyajikan temuan-temuan Owen untuk menentukan tanggal fosil-fosil Darwin, dan menunjukkan inferensi bahwa spesies-spesies dari binatang-binatang yang telah pu nah itu terkait dengan spesies-spesies dari yang ada sekarang di tempat yang sama. Pada pertemuan yang sama Darwin terpilih menjadi anggota Dewan Perhimpunan itu. Ia sudah diundang oleh FitzRoy untuk menyumbangkan tulisan dalam Journal berdasarkan catatan-catatan lapangannya sebagai bagian sejarah alam tentang laporan kapten dari pelayaran Beagle. Kini ia tenggelam dalam penulisan buku mengenai geologi Amerika Selatan. Pada saat yang sama ia berspekulasi tentang transmutasi dalam Buku Catatan Merah-nya yang telha dimulainya di atas Beagle. Sebuah proyek lain yang dimulainya mendapatkan laporan-laporan para ahli tentang koleksinya yang diterbitkan sebagai rangkaian terbitan Zoology of the Voyage of H.M.S. Beagle (Zoologi dari Pelayaran H.M.S. Beagle), dan Henslow menggunakan kontak-kontaknya untuk mengatur pemberian sebesar £1,000 dari Perbendaharaan untuk mensponsorinya. Darwin menyelesaikan penulisan Journal-nya sekitar 20 Juni ketika Raja William IV meninggal dunia dan zaman Victoria dimulai. Pada pertengahan Juli ia memulai buku catatan "B"-nya yang rahasia tentang transmutasi, dan mengembangkan hipotesis bahwa di mana setiap pulau dari Kepulauan Galápagos mempunyai jenis kura-kuranya sendiri, semuanya itu berasal dari satu spesies kura-kura dan telah menyesuaikan diri dengan pulau-pulau yang berlainan dalam cara yang berbeda-beda.

Di bawah tekanan untuk menata Zoologi dan mengoreksi naskah-naskah untuk Journal-nya, kesehatan Darwin mengalami kemunduran. Pada 20 September 1837 ia menderita "jantung yang berdebar-debar" dan pergi ke daerah pedesaan untuk memulihkan kesehatannya. Ia mengunjungi Maer Hall tempat bibinya yang invalid diasuh oleh anak perempuannya yang tetap melajang, Emma Wedgwood, dan menghibur sanak keluarganya dengan cerita-cerita mengenai perjalanannya. Pamannya, Jos menunjukkan sebuah tempat di tanah di mana cinders menghilang di bawah loam dan mengatakan bahwa itu semua adalah pekerjaan cacing tanah. Darwin memperoleh gagasan untuk sebuah percakapan yang disampaikannya kepada Perhimpunan Geologis pada 1 November, tentang topik yang sangat biasa tentang cacing tanah. Ia telah menghindari jabatan-jabatan resmi yang dapat menyita waktunya yang berharga, namun pada Maret itu, Whewell telah merekrutnya sebagai Sekretaris dari Perhimpunan Geologis. Sakitnya membuat Darwin beristirahat dari tekanan pekerjaan, dan ia pergi melakukan penelitian geologi di Skotlandia. Dalam udara yang cerah ia mengunjungi Glen Roy untuk melihat fenomena yang dikenal sebagai "jalan-jalan" yang - secara keliru - disebutnya sebagai pantai-pantai yang menaik.

Charles memilih menikahi sepupunya, Emma Wedgwood.

Setelah sembuh total, ia kembail ke rumahnya di Shrewsbury. Ia memikirkan karier dan prospeknya secara ilmiah, dan karena itu ia menyusun sebuah daftar dengan dua kolom dengan judul "Menikah" dan "Tidak Menikah". Daftar yang dimasukkan di bawah kolom pro-perhikahan mencakup "pendamping tetap dan teman pada usia tua ... betapapun lebih baik daripada seekor anjing," sementara daftar di antara yang kontra adalah "lebih sedikit uang untuk buku" dan "hilangnya waktu yang sangat menyedihkan." Pertimbangan pro akhirnya menang. Ia membicarakan hal ini dengan ayahnya lalu pergi mengunjungi sepupunya Emma pada 29 Juli 1838. Ia tidak langsung melamar, namun berlawanan dengan nasihat ayahnya, ia menceritakan kepada Emma gagasannya tentang transmutasi. Sementara pikiran dan pekerjaannya berlanjut di London pada msuim gugur, ia berkali-kali jatuh sakit. Pada 11 November ia kembali dan melamar Emma, dan sekali lagi menceritakan kepadanya gagasan-gagasannya. Ia menerimanya, namun belakangan menulis dan memohon kepadanya agar membaca dari Injil Yohanes bagian tentang kasih dan mengikut Jalan yang juga menyatakan bahwa "Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia ... dicampakkan ke dalam api lalu dibakar". Charles mengirimkan jawaban yang hangat yang menghapuskan keprihatinannya, namun Emma tetap kuatir bahwa kemunduran iman Charles akan membahayakan harapannya bahwa mereka akan berjumpa lagi dalam kehidupan setelah kematian.

Pernikahan dan anak-anak

Darwin pada 1842 dengan anak sulungnya, William Erasmus Darwin.

Pada 29 Januari 1839, Darwin menikahi sepupunya Emma Wedgwood di Maer dalam sebuah upacara Anglikan yang diatur agar sesuai dengan kaum Unitarian.

Setelah pertama-tama tinggal di Gower Street, London, pasangan ini pindah pada 17 September 1842 ke Down House di Downe (yang kini terbuka untuk kunjungan masyarakat, di selatan Orpington). Keluarga Darwin mempunyai sepuluh orang anak, tiga di antaranya meninggal dalam usia dini. Banyak dari mereka dan cucu-cucu mereka kelak menjadi terkenal (lihat keluarga Darwin — Wedgwood)

Beberapa dari anak-anak mereka menderita penyakit atau lemah tubuhnya. Charles Darwin kuatir bahwa hal ini mungkin disebabkan karena garis keturunannya dengan Emma cukup dekat. Hal ini diungkapkannya dalam tulisan-tulisannya tentang akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dari perkawinan antar kerabat dekat dan keuntungan dari perkawinan silang.


Pengembangan teori

Karena kuatir akan kritik dari kaum ilmuwan dan agamawan, Darwin menghabiskan puluhan tahun untuk mengembangkan teori-teori evolusinya, dan pada umumnya secara rahasia.

Darwin sudah lama berpikir tentang evolusi ide; bahwa semua species berhubungan satu sama lain dan mempunyai "common ancestor" (berasal dari satu garis keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Namun dia masih penasaran tentang mekanisme bagaimana proses itu terjadi. Secara kebetulan, ia membaca tulisal-tulisan Thomas Malthus. Malthus berpendapat bahwa populasi manusia bertambah lebih cepat daripada produksi makanan, sehingga menyebabkan manusia bersaing satu sama lain untuk memperebutkan makanan dan menjadikan perbuatan amal sia-sia. Dengan gembira Darwin menggunakan mekanisme ini untuk menjelaskan teorinya. Ia menulis: "Manusia cenderung untuk bertambah dalam tingkat yang lebih besar daripada caranya untuk bertahan. Akibatnya, sesekali ia harus berjuang keras untuk bertahan, dan seleksi alam akan mempengaruhi apa yang terletak di dalam jangkauan ini." (Descent of Man, Ps.21) Ia menghubungkan hal ini dengan temuan-temuannya mengenai spesies-spesies yang terkait dengan tempat-tempat, penelitiannya tentang pengembang-biakan binatang, dan gagasan tentang "hukum seleksi alam" (Natural Selection). Menjelang akhir 1838 ia membandingkan ciri-ciri seleksi para peternak dengan seleksi alam menurut teori Malthus dari varian-varian yang terjadi "secara kebetulan" sehingga "setiap bagian dari struktur yang baru diperoleh sepenuhnya dipraktikkan dan disempurnakan", dan menganggap bahwa ini adalah "bagian yang paling indah dari teori saya" tentang bagaimana spesies-spesies itu bermula.

Darwin kini adalah seorang geolog terkemuka di kalangan elit ilmiah di antara para pendeta yang juga adalah kaum naturalis. Secara kuangan ia cukup mapan dengan penghasilan pribadi. Ia mempunyai banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukannya, menuliskan temuan-temuan dan teori-teorinya, dan mengawasi persiapan penulisan rangkaian bukunya Zoologi yang menggambarkan koleksi-koleksinya. Ia yakin akan kebenaran evolusi, namun untuk jangka waktu yang lama ia sadar bahwa transmutasi spesies dihubungkan dengan penyangkalan terhadap Tuhan serta dengan para agitator demokratis di Britania yang berusaha menggulingkan masyarakat. Jadi, penerbitan teorinya dapat mengancam reputasinya. Darwin melakukan banyak percobaan dengan tanaman dan melakukan berbagai konsultasi dengan para peternak binatang, termasuk peternak burung merpati dan babi, sambil berusaha menemukan jawaban-jawaban yang kuat terhadap semua argumen yang diantisipasinya ketika ia menyajikan teorinya di muka umum.

Ketika laporan FitzRoy diterbitkan pada Mei 1839, Jurnal dan Catatan-catatan Darwin mendapatkan sambutan hangat. Belakangan pada tahun yang sama, tulisan itu diterbitkannya sendiri, laku keras dan kini dikenal sebagai The Voyage of the Beagle (Pelayaran Beagle). Pada Desember 1839, ketika Emma sedang hamil untuk pertama kalinya, Darwin kembali jatuh sakit.

Penerbitan buku Asal-Usul Spesies dan kontroversi

On the Origin of Species
by Means of Natural Selection
Origin of Species title page.jpg
Halaman judul
On the Origin of Species edisi tahun 1859
Penulis Charles Darwin
Negara Britania Raya
Bahasa Inggris
Subyek Biologi evolusioner
Penerbit John Murray
Tanggal terbit 24 November 1859

Darwin menulis ide tentang evolusi di buku Asal-usul Spesies (The Origin of Species) yang menjelaskan teori evolusi. Pada mulanya, Darwin sungkan untuk menerbitkan hasil pemikiran dan hasil observasinya yang sangat radikal, terutama di zaman itu, Inggris di zaman Victoria. Selama bertahun-tahun, ia menyimpan ide ini dan hanya berbicara dengan teman sekerja yang dipercayanya. Salah satu motivasi Darwin untuk pada akhirnya menerbitkan buku ini adalah dorongan dari Alfred Russel Wallace. Wallace sendiri juga menulis tentang ide serupa dan mengirimkannya ke Darwin. Darwin dinasehatkan untuk secepatnya menyelesaikan tulisannya. Di tahun 1859, buku The Origin of Species diterbitkan dan,secara tidak diduga, menjadi laku keras dan kontroversial.

Walaupun Darwin tidak membahas evolusi manusia secara terang-terangan, bukunya mendapat tantangan keras, baik dari kaum ilmiah, maupun masyarakat, terutama pihak gereja. Di periode yang sulit ini, Darwin didampingi oleh salah satu kawan setianya, Thomas Huxley, yang dijuluki "Darwin Bulldog". Secara jitu dan tajam, Huxley membela Darwin teori dari serangan-serangan. Salah satu episode yang terkenal ialah debat antara Huxley dengan Bishop Samuel Wilberforce.