Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi melapor ke Komisi Hukum DPR pekan lalu. Laporan ini terkait semua borok yang ada di dalam institusi pemberantasan korupsi itu.
Menurut anggota Komisi III dari Fraksi Partai Gerindra, Martin Hutabarat, jika Komisi III memiliki tingkat sensitivitas tinggi, seharusnya justru merasa malu.
Sebab, menurut Martin, Ketua KPK Abraham Samad dan pimpinan lainnya, dipilih langsung oleh anggota Komisi III DPR. Oleh karena itu, Martin mengaku kaget atas aduan mantan penyidik KPK.
"Hampir semua anggota DPR Komisi III setahun lalu, baik sebagai pimpinan maupun anggota memilih ketua KPK dengan sangat meyakinkan. Sehingga kalau Komisi III DPR memiliki rasa sensitivitas yang tinggi, seharusnya merasa malu dengan kritikan pedas dari eks penyidik KPK itu," kata Martin, Sabtu 1 Desember 2012.
Saat itu, Martin menjelaskan, hampir semua anggota Komisi III kepincut kepada Abraham Samad. Karena, pada saat melakukan fit and proper test, Komisi III melihat semangat Abraham Samad yang menggebu-gebu untuk memberantas korupsi.
Oleh karena itu, Martin melanjutkan, Komisi III seharusnya sangat mendukung Abraham Samad dengan gebrakan-gebrakan yang pro pada pemberantasan korupsi.
"Sangat mengherankan sebenarnya mengapa di saat eks penyidik KPK curhat ke Komisi III tentang kepemimpinan KPK yang dianggap menyalahi standar operasi di KPK, tidak mendapat pembelaan yang pantas dari Komisi III," kata dia.
Malahan, Martin mengatakan, Komisi III terkesan ikut menyalahkan pimpinan KPK. Apalagi, isi curhatan mantan penyidik yang disampaikan dalam rapat tertutup malahan diumbar-umbar ke media tanpa adanya klarifikasi pada pimpinan KPK.
"Saya sampai sekarang masih bertanya-tanya, atmosfer apa sebenarnya yang sedang menghinggapi Komisi III sekarang, terutama dalam hubungannya dengan Polri dan KPK," lanjutnya.
Sebelumnya, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar, Nurdiman Munir mengungkapkan dalam rapat tertutup itu, mantan penyidik KPK mengakui adanya pemaksaan dalam penetapan tersangka suatu kasus tertentu.
"Mereka cerita soal lika-likunya menjadi penyidik KPK. Mereka mengaku banyak tekanan dari pimpinan, sehingga banyak penyidik yang mengundurkan diri," kata Nudirman.
Tak hanya tekanan, Nudirman juga mengatakan, mereka mengadu tentang terpecahnya pimpinan KPK menjadi dua kubu. "Pimpinan KPK banyak konflik, sehingga tidak sama pendapat. Tidak sama seperti dibandingkan masa Antasari Azhar. KPK sedemikian kompak. Tapi, sekarang KPK terbelah dua," kata Nurdiman.
Sebab, menurut Martin, Ketua KPK Abraham Samad dan pimpinan lainnya, dipilih langsung oleh anggota Komisi III DPR. Oleh karena itu, Martin mengaku kaget atas aduan mantan penyidik KPK.
"Hampir semua anggota DPR Komisi III setahun lalu, baik sebagai pimpinan maupun anggota memilih ketua KPK dengan sangat meyakinkan. Sehingga kalau Komisi III DPR memiliki rasa sensitivitas yang tinggi, seharusnya merasa malu dengan kritikan pedas dari eks penyidik KPK itu," kata Martin, Sabtu 1 Desember 2012.
Saat itu, Martin menjelaskan, hampir semua anggota Komisi III kepincut kepada Abraham Samad. Karena, pada saat melakukan fit and proper test, Komisi III melihat semangat Abraham Samad yang menggebu-gebu untuk memberantas korupsi.
Oleh karena itu, Martin melanjutkan, Komisi III seharusnya sangat mendukung Abraham Samad dengan gebrakan-gebrakan yang pro pada pemberantasan korupsi.
"Sangat mengherankan sebenarnya mengapa di saat eks penyidik KPK curhat ke Komisi III tentang kepemimpinan KPK yang dianggap menyalahi standar operasi di KPK, tidak mendapat pembelaan yang pantas dari Komisi III," kata dia.
Malahan, Martin mengatakan, Komisi III terkesan ikut menyalahkan pimpinan KPK. Apalagi, isi curhatan mantan penyidik yang disampaikan dalam rapat tertutup malahan diumbar-umbar ke media tanpa adanya klarifikasi pada pimpinan KPK.
"Saya sampai sekarang masih bertanya-tanya, atmosfer apa sebenarnya yang sedang menghinggapi Komisi III sekarang, terutama dalam hubungannya dengan Polri dan KPK," lanjutnya.
Sebelumnya, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar, Nurdiman Munir mengungkapkan dalam rapat tertutup itu, mantan penyidik KPK mengakui adanya pemaksaan dalam penetapan tersangka suatu kasus tertentu.
"Mereka cerita soal lika-likunya menjadi penyidik KPK. Mereka mengaku banyak tekanan dari pimpinan, sehingga banyak penyidik yang mengundurkan diri," kata Nudirman.
Tak hanya tekanan, Nudirman juga mengatakan, mereka mengadu tentang terpecahnya pimpinan KPK menjadi dua kubu. "Pimpinan KPK banyak konflik, sehingga tidak sama pendapat. Tidak sama seperti dibandingkan masa Antasari Azhar. KPK sedemikian kompak. Tapi, sekarang KPK terbelah dua," kata Nurdiman.