Tuesday, 18 December 2012

Pebisnis di Indonesia Masih Gemar Menyuap. Indonesia belum jadi surga bagi investor karena maraknya praktik suap

Suap akan mempengaruhi kualitas semua sektor
Indonesia belum menjelma jadi surga bagi investor. Hasil survei lembaga swadaya masyarakat (LSM) Transparency International (TI) menyebut Indonesia berada di peringkat ketiga dalam pembayar suap untuk bisnis tahun 2012.

Survei ini melibatkan 3.000 eksekutif perusahaan di 30 negara. Dikutip dari laman TI, Selasa 18 Desember 2012, para pengusaha ini ditanya, apakah mereka gagal dalam mengamankan kontrak bisnis karena rival mereka menyuap petugas untuk mendapatkan kontrak itu, dalam 12 bulan terakhir. 

Hasil survei untuk pertanyaan ini, 47 persen eksekutif Indonesia yang diwawancara menjawab dengan,"Ya." Angka ini lebih 'baik' dibandingkan Malaysia di mana 50 persen eksekutifnya menjawab,"Iya." Setelah Malaysia, ada Meksiko dengan 48 persen menjawab hal yang sama. 

Sejumlah negara yang disurvei TI termasuk Jepang, Korea Selatan, China, India, Filipina, Jerman, Amerika Serikat, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. 

Jepang berada di peringkat terbaik sebagai negara dengan minimnya praktik suap dengan hasil survei di bawah 5 persen, yakni hanya 2 persen. Sementara Singapura di posisi runner up dengan hasil survei di bawah 9 persen. 

Sementara Amerika Serikat 30 persen dan Filipina 19 persen, dan China 27 persen. 

Dalam penjelasannya, TI menjelaskan bahaya suap dalam praktek bisnis, termasuk memenangkan kontrak atau tender. Dengan suap, tulis TI, perusahaan tersebut merusak tatanan birokrasi hingga lingkungan masyarakat di mana mereka berada. Selain itu, mereka juga merusak daya saing sesama pebisnis.

No comments:

Post a Comment